34

143 16 7
                                    

Musim hujan mulai beranjak menuju awal bulan desember. Mendung serta angin yang menjadi pelengkap.

Ruangan persegi yang didominasi warna cream itu tampak lengang. Hanya Andra yang masih belum juga sadar. Dan Bella yang sedang tertidur dengan posisi duduk disisi Andra. Ini sudah ke 90 hari. Bella sangat berharap Andra akan membuka matanya.

"Bella.. Bella... Bell.. "
Sebuah suara seperti berbisik ditelinga Bella. Memanggilnya. Lalu, ada sentuhan dingin yang bergerak lambat dikulit pipinya. Kelopak matanya terbuka seketika.

"An.. Andra" ucap suara Bella terdengar tidak percaya.
Andra kini sedang menatapnya dengan pandangan lemah tak bertenaga. Sepasang matanya yang teduh terlihat sangat lemah, namun bibirnya melengkung sedikit di sudutnya. Tersenyum.

Bella merasakan oksigen membanjiri rongga dadanya. Kelopak matanya sudah menjatuhkan kilauan-kilauan bening itu. Diraihnya tangan Andra, lalu mengalirkan energi untuk laki-laki itu.

Kulit Bella terasa hangat ditelapak tangan Andra, membuat ia memejamkan matanya, menikmati rasa nyaman yang merayapi sekujur tubuhnya. Bahkan, sentuhan gadis itu masih terasa sama. Menenangkan.

Andra membuka matanya lagi. Pandangannya jatuh pada sebuah cincin yang melingkar dijari manis Bella. Disentuhnya permukaan cincin itu perlahan. Ada rasa sakit yang meninjunya keras, rasa sakit yang kini sudah membuatnya terbiasa.

"Selamat", ucapnya dengan suara serak yang lemah. Bella bergeming.
"Aku turut bahagia untukmu, Bella."
Air mata Bella semakin deras tak terbendung. Ia menggigit bibirnya. Bella menunduk, menatap tangannya yang masih berada dalam genggaman Andra. Ditatapnya jemari Andra. Bahkan, ia tahu bahwa yang sebenarnya yang ia inginkan adalah genggaman jari-jari itu. Tapi, untuk kesekian kalinya, dia sudah terlambat.

"Kenapa menangis? Apa aku menyakitimu lagi Bella?" tanya Andra pelan.
Bella menggeleng keras. Tidak ada suara yang bisa ia keluarkan. Terlalu takut kalau mulutnya mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya ia katakan, atau mengatakan hal yang membuat hatinya semakin sesak.

Andra mengusap punggung tangan Bella.
"Kalau begitu tersenyumlah. Kamu harusnya bahagia bersama Viyan"
Bella memindahkan tatapan matanya pada Andra. Diamatinya wajah lelaki itu lekat. Ada hembusan napas hangat, tanda bahwa ia amat sangat merindukan lelaki itu.

"A.. apa kamu bahagia melihatku bersama Viyan?" tanya Bella tanpa berpikir ulang.
Andra terdiam. Dimainkannya jemari Bella. Jemari yang kini bukan lagi miliknya. Ia tersenyum dan menjawab tanpa berani melihat Bella. "Aku bahagia jika melihatmu bahagia Bella"

"Andra. Kamu sudah sadar nak?" Mama memasuki ruangan diikuti papa.
"Syukurlah Andra kamu sudah sadar, apa yang kamu rasain sekarang?" papa mulai bertanya.
"Masih lemas pah, tapi Andra gak apa-apa kok" katanya dengan suara serak.

"Bella, mama mau bicara sama kamu, diluar aja yuk!" Bella bingung kenapa harus bicara diluar? Apa mama gak enak bicara di depan Andra yang baru siuman? Tapi mau ngomongin apa? nada bicaranya mama waktu mengajak seperti ada hal yang sangat serius.
"oh iya ma."
"Draa aku keluar dulu ya" Andra mengangguk.



Hallo gaess aku kembaliii 👋👋🤗🤗
Pasti kalian amat sangat rindu sama Andra, Bella, Viyan, Angel dan kawan-kawan kaann 😁
Yuk! Kita baper-baperan lagi sama mereka hehee.
Kira-kira apa ya yang mau diomongin mama sama Bella?
See u di next part yaw 😉

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang