18

265 23 4
                                    

Viyan berdiri mematung didepan pintu hotel tempatnya menginap. Bingung harus melakukan apa, menyendiri dikamar hotel membuatnya bosan. Walaupun kamarnya menarik, bisa melihat view tertentu dari sudut pantai kuta, tetap saja membosankan kalau menyendiri dikamar seharian.

Mamanya sudah pergi sejak setengah jam yang lalu. Mama jugalah yang mengajaknya ke Bali.

Ada acara reuni bersama teman yang harus dihadiri disini. Semacam pesta pantai, dan tidak mungkin Viyan ikut menghadiri pesta mamanya.

Hanya para wanita yang ada disana.
Akhirnya, Viyan hanya menelusuri keramaian Kuta pada malam minggu.

Dengan sepasang matanya berharap ada sesuatu yang menarik. Dia ingin berjalan menyusuri kompleks pantai, tapi berjalan sendirian juga membuatnya malas. Hiruk pikuk turis memenuhi jalanan sempit disekitar pintu masuk Kuta, baik turis lokal maupun turis asing.

Nada dering whatsapp diponsel Viyan berbunyi. Mengagetkan lamunan.
"Yan, lagi pesta barbeque nih di rumahku." dari Andra.

Viyan melenguh bosan. Andra teganya mengiriminya whatsapp seperti itu disaat dirinya bingung lontang lantung tidak jelas didepan hotel.

"pulang ke Yogya Ndra?"
Dia membalasnya basa basi.
Viyan menunggu balasan dari Andra, namun percuma, Andra tidak membalas chatingnya.

Akhirnya, Viyan memutuskan berjalan menyusuri jalan sempit yang dipenuhi para turis itu. Dari kejauhan, tampak gerombolan mamanya yang sedang menggelar pesta pantai.

Para wanita itu terlihat sedang menikmati suasana pantai malam ini. Mereka mengobrol, saling bercanda, melepas
rindu, serta menikmati hidangan yang tersaji secara khusus.

Beberapa langkah dari pesta itu, Viyan melihat sesosok gadis yang berjalan menjauh dari tempat pesta. Berjalan dalam diam dengan seraut ekspresi yang seolah tenang.

Viyan menahan napasnya. Merasakan sendiri bagaimana jantungnya tiba-tiba berdetak saat melihat sosok yang berjalan dipasir pantai itu. Viyan kenal dengan sosok itu.

Gadis berambut panjang lurus, Dia mengenakan blouse sifon selutut berwarna kuning, yang pas melekat dibadannya. Lengkap dengan sepasang flat shoes warna cream.

Bayangan gadis itu sesekali tersorot lampu-lampu yang terpasang disepanjang jalan di Kuta.

'Bella?' batin Viyan.
Jantung Viyan berdetak semakin cepat. Mungkin dia salah lihat, namun pembawaan gadis itu memang mirip Bella.

Mungkin, ini semacam pengharapan, tapi betapa menariknya jika dia bisa melalui malam membosankan ini bersama Bella.

Viyan mempercepat langkah. Berniat untuk mengikuti langkah pelan gadis itu. Ada rasa geli yang tiba-tiba menyelinap dihatinya. Viyan merasa tiba-tiba saja menjadi penguntit malam itu.

Awan hitam menggantung diatas pantai, membuat langit menjadi begitu pekat. Semerbak bau hujan mulai tercium samar.

Mungkin, sebentar lagi hujan akan turun karna kilat-kilat putih mulai membelah langit diatas laut kuta.

Dugaan Viyan tidak meleset, titik-titik kecil hujan mulai terasa menyentuh puncak kepalanya. Namun, Viyan tidak peduli. Rasa penasarannya lebìh besar daripada keinginan untuk berteduh.

'Marbella'. Viyan bisa merasakan suara jeritan dihatinya saat melihat bahwa gadis itu benar Bella.

Bella menepi kebawah pohon kelapa. Sepasang tangannya mengadah kelangit, memastikan apakah hujan benar turun atau tidak.

Belum sempat Viyan mendekati, intensitas hujan yang tertumpah dari langit semakin banyak.

Bella tiba-giba merunduk, terpekur memeluk lutut sambil menekan keypad ponselnya dengan gerakan cepat.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang