15 Kenangan

333 20 1
                                    

Perjalanan dari Bandung menuju Yogya memakan waktu sampai enam jam, bahkan bisa lebih lama walaupun menggunakan kereta eksekutif sekalipun. Ini kali pertama Andra pulang kampung
sejak dari KKN, sebagian besar waktu liburannya di semester ganjil telah terambil untuk KKN.

Rumahnya terletak diselatan Yogya, disalah satu kompleks perumahan asri yang tatanan rumahnya sangat teratur. Rumahnya terbilang luas, berpagar besi warna hitam.

Sebuah tulisan warna perak 'Hermano Prakarsa' terpasang di depan pintu pagar, lengkap dengan nomer rumah disampingnya.

Sudah lama tidak pulang, rumahnya sama sekali tidak berubah. Rumah luas yang dimodifikasi dengan nuansana klasik tradisional. Sebuah kolam ikan kecil dibagian depan, lengkap dengan air mancur dari batu yang dipahat abstrak.

Ayah Andra suka barang-barang klasik. Terlebih dengan seni unik, ditiap pojok rumah pasti terdapat barang seni. Entah itu vas yang berhiasan kulit telur, lukisan dan lainnya.

"Ehem...." Andra berdehem.
Seorang laki-laki yang badannya tak kalah tegap dengan Andra menoleh. Wajahnya tirus, terdapat kerut-kerut usia disekitar dahinya. Walaupun begitu, wibawa dan
ketegasannya masih tampak jelas diusiannya yang menginjak usia 45 itu.

"Surprise!" seloroh Andra. Dia meletakan tas rensel hitamnya begitu saja. Mengenakan T-shirt longgar warna abu-abu, serta celana 3/4 warna biru dongker.

"Papa nggak kesepian kan?"
Laki-laki itu tersenyum, "kamu pulang nggak kasih kabar?"
"Ini tanpa rencana, pa. Baru pulang KKN kemarin," lanjut Andra sambil menguap.

Sisa lelah perjalanan kemarin masih terasa. Ditambah sisa lelah perjalanan Bandung-Yogya yang juga ikut
menyergapnya. Ya habis KKN Andra pulang dulu ke kampusnya di bandung karena harus menyelesaikan laporan KKN.

"Lukisan baru ya, pa?" Andra mengamati lukisan pemandangan yang ada diruang tamu. Terakhir pulang beberapa bulan lalu belum ada lukisan itu disana. Laki-laki itu mengangguk. Ayah Andra memiliki kecenderungan memasang lukisan baru tiap hatinya sedang senang.

Sama seperti hari ini, ada sesuatu yang membuat suasana hatinya menjadi cerah. Sudah lama beliau ingin membicarakan ini pada Andra. Namun, sepertinya belum ada waktu yang pas. Tentang seseorang yang bisa membuatnya bangkit lagi, walaupun tidak sepenuhnya bisa menghapus semua kenangan tentang mendiang istrinya.

Sayangnya, tiap mau membahas hal itu dengan Andra, putra semata wayangnya itu selalu disibukan dengan kegiatan kampus. Andra sibuk klub fotografi, sibuk dengan kegiatan BEM, sibuk dengan tugas kampus, dan terakhir sibuk dengan KKN yang membuat Andra sulit dihubungi selama beberapa minggu karena harus menjalankan KKN di Bondowoso.

Ayah Andra merasa, inilah waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu. Apakah Andra akan siap menerima seorang ibu baru. Cepat atau lambat, wanita yang akhir-akhir ini mengisi relung hatinya
itu pasti akan menjadi pendamping hidupnya.

"Andra, ada sesuatu yang ingin papa bicarakan." laki-laki itu tersenyum.
Andra menyimak. Sudah lama dia tidak bercerita ini itu dengan ayahnya.

Belum sempat sang ayah bercerita, pintu depan berderit terbuka. Seseorang yang tak diundang masuk begitu saja tanpa permisi.

"Hallo, om. Lama nggak kesini, rasanya udah bertahun-tahun." Angel tersenyum lebar. Giginya berderet rapih disela bibirnya yang berwarna pink.
Angel mengenakan blouse tunik siang itu. Warna dress yang dipakainya senada dengan warna bibir dan cat kukunya.

"Wah, halo, Angel." sapa Ayah Andra. "Ternyata kamu juga pulang?"
Angel mengangguk.
Andra tampak terkejut. "kamu pulang pukul berapa Ngel? Tau gitu, kita kan bareng tadi. Aku juga baru saja sampai tadi naik kereta."

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang