29 Kerinduan

305 29 7
                                    

"Kamu sudah mendengarkan kabar itu kan?" Andra menyesap secangkir teh yang disediakan Viyan. Menyesapnya dalam diam sambil menerawang kejalanan. Dia sengaja menemui Viyan dirumahnya.

Viyan, walaupun sudah lulus dengan predikat cum laude, tetap tidak pernah meninggalkan buku-buku ilmiahnya. Dia harus mengambil profesi selama satu tahun, baru bisa melanjutkan ke S2.

" Tentang apa?"
" Perjodohanmu dengan Bella."
Andra tidak basa-basi lagi. Dia menarik napas sedalam-dalamnya dan mengembuskannya.

Viyan menutup bukunya, menghembuskan napas pelan sebelum menjawab pertanyaan Andra.
"Aku nggak berani mengambil keputusan untuk mangambil keputusan untuk masalah seperti ini."
"Kamu menolaknya?"

Viyan menggeleng, "Aku menyerahkan keputusan ini kepada Bella. Aku nggak ingin menjadi pihak egois, menyetuji hal yang belum tentu disetujui Bella."
Andra menyesap secangkir tehnya.
"Kamu mencintai dia kan?"

Viyan ragu. Antara menjawab 'iya' atau memilih diam. Mengakui bahwa perasaannya kepada Bella tidak pernah mati bukan waktu yang tepat. Terlebih dalam suasana sekeruh ini. Biar bagaimanapun, sampai Andra dan Bella masih tetap saling mencintai.

"Ya. Aku mencintainya," sahut Viyan pendek.
Andra beranjak dari tempat duduknya. Tanpa meninggalkan sepatah katapun. Pikirannya kalut.

"Andra, meratapi masa lalu hanya membuatmu melewatkan momen indah yang akan lewat sekarang..."
Andra menoleh tajam kepada Viyan.
"Kamu nggak akan pernah mengerti perasaanku, Yan."

Andra berlalu tanpa menoleh sedikit pun.
Andra ingin menyalahkan siapapun.., siapapun yang ada didepannya. Namun, siapa? Dia tidak punya hak untuk mencegah perjodohan Bella, karena posisinya sekarang berbalik. Bella adalah adiknya, bukan kekasihnya lagi.

'Hanya ada sedikit orang yang benar-benar menaruh simpati saat kita sedih dan sengsara'.

****

Langit Bandung tiba-tiba gelap. Hujan turun begitu saja disertai petir. Rumah sedang sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Papa dan mama belum pulang. Andra berlari sekencang-kencangnya ke kamar Bella. Hanya terlintas satu hal dikepalanya. Bella..

"Bella...!" teriak Andra.
Hening, tidak ada sahutan. Pintu kamar Bella tidak terkunci. Bella menggelung badannya dibawah selimut, dengan tumpukan bantal dibawah telinganya.
Andra sudah menduga itu. Tentang rasa takut Bella saat petir tiba-tiba menggelegar.

"Ini cuma petir, Bella. Nggak ada yang perlu dicemaskan."
Andra duduk ditepi ranjang Bella. Selimut begelak pelan. Kepala Bella menyembul dari balik selimut. Bella menggeleng lemah. Wajahnya pucat pasi.

"Aku tersiksa dengan semuanya, Ndra,"
Andra meletakan buku yang baru dibelinya kelantai.

'Sama Bella. Aku juga tersiksa dengan keadaan ini'. Batinnya.
Andra berusaha tetap tegar menghadapi masalah ini semua, agar Bella tidak terus berlarut dalam kesedihan.

"Aku berharap, masih ada seseorang yang menjanjikan rasa nyaman saat petir-petir itu bergejolak."

Andra mengangkat tangannya. Mengusap kepala Bella pelan. Dia tahu ini salah, namun rasa cintanya pada Bella mengalahkan logikanya.

"Apa kamu tidak merindukan sosoknya, Ndra..?"
Andra menggeleng,
"Aku tidak merindukan sosoknya Bella. Maksudku, rasa rindu itu tidak cukup untuk menunjukkan perasaanku kepadanya."
Bella tertegun. Semakin dia ingin melupakan Andra, rasa sesak didadanya semakin menjadi-jadi.

Semakin dia ingin menghapus sosok Andra, keberadaan Andra di dalam pikirannya semakin nyata.
"Aku ingin memeluk orang itu...."

Andra membungkam bibir Bella dengan bibirnya sebelum Bella menyelesaikan kalimatnya. Mengulum bibir Bella lembut yang dibalas dengan balasan serup oleh Bella. Perasaan bersalah dan juga rasa cintanya pada Bella melebur menjadi satu di dalam ciuman itu. Ciuman panjang dihari hujan yang membuat Andra mengambil keputusan salah.

Dia tidak akan menghapus rasa cintanya kepada Bella. Dia akan membiarkan perasaannya terhadap Bella. Dia tidak akan mengakhiri hubungannya dengan gadis yang sangat dicintainya. Walau keadaan tak sedikitpun mendukungnya...





Jangan lupa vote ya teman-teman karena semakin banyaknya vote diriku makin semangat menulis ceritanya...

Thank u 🌹

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang