27 Sebuah rencana Nya

232 16 13
                                    

"Andra pernikahan papamu...." Angle berbisik saat menghadiri pernikahan papa Andra dan mama Bella.

Andra sengaja mengalihkan pembicaraan. Dia memasang ekspresi seramah dan seceria mungkin. Angel nanar melihat itu semua. Andra memang ceria seperti biasa, namun ada rasa sedih yang terselip didalamnya. Tentang pernikahan papanya denga mama Bella, dan tentang kelanjutan
hubungannya dengan Bella.

"Ayo beri ucapan selamat ke papaku." Andra menepuk bahu Angel.
Andra mengantarkan Angel mendekati papa dan mama barunya. Resepsi pernikahan diadakan dirumah mama Bella tanpa menyewa gedung. Area rumah begitu luas, yang sudah cukup menampung banyak tamu.

"Andra, adikmu belum turun. Kamu nggak ingin menjemputnya?" tanya mama lembut.

Bella. Walaupun status mereka sudah berubah, hatinya masih bergetar setiap kali mendengar nama itu. Andra mengangguk sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian, dia sudah lenyap diantara kerumunan para tamu, menjemput Bella dikamarnya dilantai dua.

Sebuah ketukan pelan mendarat dikamar Bella. Tidak ada sahutan. Andra mengulang lagi sampai tiga kali, tetap tidak ada sahutan. Akhirnya, hanya itu yang bisa dilakukan Andra, membuka pintu kamar Bella dan masuk begitu saja.

Bella terduduk didepan meja rias. Pakaiannya sudah rapi. Rambutnya tertata indah, dengan polesan make up warna soft yang cocok dikulit putihnya. Bella terlihat semakin cantik dengan pembawaannya
hari ini. Cerah dan menawan, namun sayangnya, sepasang matanya terlihat kosong.

"Bella, ayo turun," ajak Andra pelan setelah menutup pintu kamar.
"Tamu sudah pada datang."
Bella tetap duduk menghadap meja rias. Dia tidak ingin menggerakan badan sedikit pun.

"Ayo Bella." Andra mendekat. Mengulurkan tangannya untuk dijadikan tempat bersandar bagi jemari Bella. Semuanya masih sama. Rasa cintanya pada Bella tidak pernah berkurang.

"Jangan bertindak seolah-olah nggak pernah terjadi apa-apa."
Nada datar yang membuat Andra
tercengang. Bella menoleh, menatap Andra tanpa ekspresi.

"Jangan memperkeruh keadaan, Bella," pinta Andra sesak. "Ayo kita turun, setidaknya itulah yang bisa kita lakukan saat ini."

Bella beringsut dari tempat duduknya, memunggungi Andra lagi. Dia bingung, sebenarnya untuk siapa kemarahan itu tertuju? Rasa cintanya pada Andra begitu besar dan tidak terukur. Sekarang,
semuanya berbalik. Keadannya saat ini membuatnya merasa bodoh.

Andra mendekatkan tubuhnya pada Bella. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya saat ini. Sebuah pelukan singkat dari belakang, lengan kukuhnya bersarang dileher Bella dengan erat.
Membenamkan kepalanya dibahu Bella. Andra bisa merasakan wangi parfum khas dari leher Bella.

"Bella.. aku akan selalu mencintaimu...."
Bella meneteskan air matanya yang ia tahan sejak Andra memasuki kamarnya.
Andra semakin mengeratkan pelukannya hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk menenangkan rasa pilu yang amat perih yang dirasakan mereka berdua.

****

Keluarga baru yang hangat.
Begitulah mama Bella dan papa Andra menyebutnya keluarga baru mereka. Andra dan papanya resmi tinggal dirumah Bella. Rumah mereka di Yogya dijadikan rumah singgah jika ingin liburan.

"Biar adil, kamar Andra juga dilantai dua ya. Di sebelah kamar Bella,"
kata mama saat makan malam. Tidak ada yang menarik dalam percakapan ini.

"Aku sudah kenyang ma." Bella beranjak kelantai dua.
"Tidak dihabiskan makanannya?"
Bella menggeleng simpul.
"Oh iya, Bell. Dua minggu lagi kamu dan Andra wisuda kan ya?"

Bella mengangguk lesu tanpa berniat untuk menolehkan kepalanya. Dia melangkah gontai ke lantai dua. Air mata menetes satu persatu tiap kali Bella meniti anak tangga.

"Ada apa dengan Bella?"
mama bertanya kepada Andra. Andra masih memegang garpu dan sendok makannya. Dia menggelengkan kepala.

"Mungkin kurang enak badan," jawab Andra sekenanya.
'Bukan itu. Hati Bella saat ini hancur berkeping-keping'.
Andra terus menelan makanannya sampai habis. Ada satu hal yang disadarinya saat itu, semua makanan yang tersaji terasa hambar dilidahnya. Hati Andra sama sakitnya dengan hati Bell.

****

"Jangan melihatku seperti itu, lama-lama kamu bisa suka loh."
Andra berkelakar di depan Viyan. Mereka bertemu di depan kampus sore itu. Viyan mendengus kesal. Laki-laki didepannya ini memang menyebalkan. Dia benar-benar bodoh, berpura-pura setegar itu, padahal hatinya sedang hancur lebur tidak karuan.

"Bagaimana kabar Bella? Kalian masih pacaran?"
tembak Viyan jengkel. Kali ini Andra mendengus keras. Sungguh, gurauan Viyan barusan membuatnya terpojok dan
menciut.

"Yan, kalau aku ngelanjutin kuliah S2 diluar negeri, semua berubah nggak ya?"
"Maksudmu?"
"Mungkin nggak saat aku balik dari S2 nanti, Bella tiba-tiba bisa ku nikahi?"
Viyan melotot, "Kamu berharap kedua orangtuamu cerai?"

"Hei siapa yang bilang begitu?" Andra terkekeh.
"Dra, masalahmu ini nggak lucu. Sungguh, ini bukan lelucon untuk bahan tertawaan."
"Siapa yang bilang ini lelucon sih, Yan?" Ekspresi diwajah Andra mendadak serius.

"Cinta itu berwarna. Didalamnya ada air mata, rasa bahagia, kesedihan, rasa takut akan kehilangan, dan rasa nyaman hanya dengan mendengar suara orang yang di cintai."
"Sebab, selalu ada yang ditakdirkan untuk menjagamu saat kamu sedih dan kecewa, Ndra."
Viyan menjawab diplomatif.

"Ya, aku tahu." Andra menerawang.
"Aku menemukan itu semua pada Bella." Andra jujur.
"Kadang, kita memang membutuhkan orang lain untuk bisa memahami diri kita sendiri."
Andra menghela nafas panjang.
"Kamu ingin menikahi adik mu sendiri?"

Andra diam tertegun tanpa bisa mengucapkan apa-apa. Rasa hancur dihatinya tiba-tiba muncul lagi.
'Apakah hubunganku dengan Bella akan berujung seperti ini selamanya?'

**

Hallo hallo hallloooooooowwww
Kangen nggak sih kalian sama si manis Andra dan si cantik Bella??

By the wayyy,,, kok jadi ikutan galau gini ya sama mereka huhuuu 😢😢

Eiittss,,, tenang gaes kan mereka masih tetap bersama walaupun sebagai kakak Adik 😆😆😂😂

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang