16

259 14 3
                                    

Menjelang peringatan hari sekolah, pengurus klub disibukan dengan banyak kegiatan. Mendekor, tenikal meeting hingga persiapan untuk pameran saat hari H.

Andra tergabung dalam klub mading
dan seni rupa, sedangkan Angel tergabung dalam klub musik. Ruang klub mading dan klub musik berdekatan. Masing-masing klub memiliki rencana berbeda untuk
ultah sekolah besok. Rencana matang yang sudah dipikirkan jauh hari sebelumnya.

"Angel..." Andra melongok dari pintu Klub musik. Beberapa anggota klub musik istirahat sebentar sore itu. Mereka baru saja melewati dua kali latihan penuh.
Angel menoleh. Dia tersenyum melihat Andra berdiri diambang pintu.

Perlakuan Andra beberapa hari yang lalu, membuat Angel semakin menghargai laki-laki ceria satu itu. Walaupun Andra berkelit bahwa itu hanya caranya untuk menghindari pelajaran ekonomi, bagi Angel itu adalah perbuatan luar biasa.

"sepertinya aku sampai malam," kata Andra.
"Kamu pulang duluan aja. Mungkin aku pulang pukul 11an. Masih ada bagian mading yang perlu dirapihkan. Artikelnya juga masih perlu dikembangin penjelasannya."

Angel mengangguk mengerti. Dia selalu hafal jadwal klub mading yang sering diluar batas itu. Lembur sampai malam demi menghias dan mengisi artikel. Ditambah lagi, Andra juga harus menyelesaikan sesuatu di klub seni rupa.

"Oke," jawab Angel mengerti.
"Jangan pulang terlalu malam," pesan Andra perhatian. "Kalau bisa sebelum pukul 7 segera pulang. Kamu pulang sendirian soalnya." Angel mengangguk lagi. Andra segera berlalu dari klub musik.

***
Angel mengintip jendela ruang klub mading. Satu-satunya klub yang belum membubarkan diri malam itu adalah klub mading. Masing-masing anggota sibuk dengan kegiatannya. Ada yang mengecat papan, memotong kertas, menulis artikel, dan memotong gabus menjadi pola-pola tertentu.

Andra sendiri sedang sibuk membuat pola ke atas gabus. Tangannya memegang pensil.
"Ndra, ini ditaruh dimana?" tanya salah seorang teman.

Andra menjawab tanpa mengacuhkan pekerjaannya, "Dipinggir, dekat puisi."
Tertegun menatap keseriusan diwajah Andra, Angel urung menapak masuk keruang mading.

Mereka ngebut untuk hari H, dan semua klub memang sedang puncak-puncaknya sibuk.

Angel menengok jam dinding diruangan klub mading. Jarum pendek nyaris menunjuk jam 10.30 anggota klub musik sepertinya juga tidak tahu waktu. Kegiatan latihan mereka baru selesai beberapa menit lalu. Baru kali ini klub musik berlatih sampai larut. Semua hanya bertujuan satu untuk mensukseskan acara sekolah.

***
Angel mempercepat langkah. Kompleks sekolah mulai hilang dibelakangnya, tergantikan dengan bayangan pekat langit malam. Awan hitam menggantung. Memberi kesan seolah bumi dan langit
sedang menyatu malam itu. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Akhir-akhir ini cuaca tidak menentu.

Hujan bisa turun tiba-tiba dan susah diprediksi. Terkadang mendung, tapi seharian hanya panas tanpa ada hujan. Terkadang terang, tiba-tiba beberapa menit kemudian turun hujan deras yang susah ditoleransi.

Angel nyaris mencapai perempatan lampu merah. Beberapa langkah sebelum lampu merah ada sebuah gardu kecil. Hatinya was-was tidak karuan. Dia baru ingat, dari omongan tetangganya, digardu itu. Ada orang-orang tak jelas yang sering nongkrong sambil mabuk.

Bangunan bercat cokelat tua itu mulai tampak dipelupuk mata Angel. Jantung Angel semakin berdetak kencang. Berharap bahwa omongan tetangganya itu hanya gosip belaka, berharap digardu itu tidak ada siapapun sehingga dia bisa pulang tanpa rasa was-was yang terus menghantuinya.

Angel terus melangkah, mempercepat langkah, dia melirik gardu dari sudut matanya, sepi. Tidak ada siapa-siapa digardu itu, membuat Angel bernafas lega.
Langit gelap membuat orang-orang urung keluar rumah.

Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang