31 Pengorbanan

277 20 1
                                    

"Setidaknya ketuk pintu dulu!"
Bella langsung memasuki kamar Andra dan duduk di atas temoat tidur. Andra sedang bersiap-siap memakai hoodie dari balik pintu.

"Kamu mau kemana?" Bella cemas. Andra bukan tipe lelaki yang suka keluar malam. Dia selalu berusaha menghindari keluar di malam hari, kecuali dalam keadaan stres berat.

"Ini bukan urusanmu,"
timpal Andra datar.
Bella tersentak. Baru kali ini Andra menjawab pertanyaannya dengan acuh. Sakit...

"Bagaimana, apa persiapan pertunangan mu sudah matang?" 
Pertanyaan retoris yang membuat Andra semakin marah. Di dalam kepalanya, berkecambuk berbagai hal. Tentang cintanya kepada Bella yang tidak pernah main-main. Juga tentang bayangan-bayangan Bella yang akan bersanding dengan laki-laki lain.

"Apa kamu punya pilihan lain kalau aku membatalkan perjodohan itu?"
mata Bella terpicing. Putus asa tergambar dengan jelas diwajahnya.

"Apa kamu akan menikahi ku?"
Menikah. Andra benci kata-kata itu sejak beberapa minggu yang lalu. Sejak terbentuk keluarga yang baru yang mencekik cintanya terhadap Bella.

"Nggak, Andra. Nggak ada yang bisa kita lakukan. Saat semuanya sudah diatur seperti itu, hubungan kita sudah berakhir..."

"Bella.., dengarkan..."

"Dengarkan aku, Andra..."
Mata Bella berkaca-kaca.

"Mungkin mudah bagimu untuk menutupi
semua itu dengan tawa dan senyum cerahmu itu di depan orang. Tapi, nggak gampang buatku." suara Bella terbata-bata.

"Ini terlalu menyakitkan untuk ku jalani. Berpura-pura menjadi adikmu, seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kita..." Bella sedikit menaikan volume suaranya.

"ssstttt... Bella... Pelankan suara mu"

"Aku belum selesai." Bella menginterupsi. Dia terisak sejadi-jadinya. Susah payah mengumpulkan napas untuk berbicara disela isak tangisnya.

"Sampai sekarang pun, aku masih belum bisa menghapus kehadiranmu, Ndra. Entah sampai kapan..."
Mendengar sebuah penuturan jujur yang terucap langsung dari bibir Bella, jantung Andra terasa berhenti. Kepalan ditangannya meluruh seketika.

"Aku pun sama sakitnya Bella, kamu pikir beberapa hari ini aku menjalani keseharian ku dengan senang? Tidak".
Andra mendekati Bella yang masih terduduk ditempat tidur.

"Terpisahkan sesuatu yang seharusnya tidak memisahkan kita...."

"Biarkan aku memilih jalanku, Ndra. Setidaknya hanya itu yang bisa ku lakukan untuk mengurangi bayanganmu..."

Andra berdiri terpaku tanpa bisa berkata apa-apa. Bella benar, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Tidak ada yang bisa Bella lakukan selain menerima perjodohannya dengan Viyan.

Suasana di kamar menjadi hening setelah perdebatan beberapa menit lalu. Mereka sedang mencerna tindakan apa yang harus mereka lakukan. Mungkin, memang hanya dengan cara ini perasaan cinta keduanya harus berkorban. Sulit memang.

'Drrtttt' ponsel Bella berbunyi. Tertera di sebuah layar bernama Viyan. Andra juga melihatnya.

Bella hendak keluar dari kamar Andra untuk mengangkat telpon dari Viyan.
"Biar aku yang keluar."
Andra segera mengambil kunci motornya dan melangkah pergi dan menutup pintu kamar dengan hentakan begitu keras.

Membuat Bella kaget dan terpaku diam berdiri yang masih di dalam.

"Andra, mau kemana malam-malam begini?"
Kebetulan papa keluar dari kamar melihat Andra.

"Minimarket pa"
Andra menjawab sekenanya, karena sebetulnya ia tak tahu harus pergi kemana untuk menenangkan diri dan pikirannya.

Andra hendak menyalakan mesin motornnya, tiba-tiba ponselnya berdering ternyata itu Angel.

"Hallo Angel?"
"Hay Dra, bisa kamu temenin aku ke mall malam ini? Aku mau beli sesuatu untuk ulang tahun mama ku besok."

Andra menarik napas sesaat.
"oke, aku jemput ke rumah mu"

****

"Jam tangan yang itu bagus nggak menurut kamu untuk selera mama ku?"
Tidak ada respon dari Andra. Angel perhatikan dari tadi selama memilih-milih barang Andra sering melamun dan menjawab hanya seperlunya.

"Andra! Hey!!" Angel menepuk bahunya.
"Eh, iya?" Andra baru sadar.

"kamu kenapa sih Draa.. Aku perhatikan kamu nggak fokus terus, banyak melamun. Kamu lagi mikirin apa sih?"

"hmm nggak ada apa-apa ko. Jadi mau pilih jam tangan yang mana? Kita harus segera pulang sudah larut malam."

Selesai membeli hadiah untuk ulamg tahun mama Angel. Akhirnya mereka putuskan untuk langsung pulang. Andra mengantar Angel pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Angel.
"Mampir dulu yuk Ndra, mama kangen ngobrol-ngobrol sama kamu loh"

"Mmm lain kali aja ya Ngel, udah malam juga soalnya. Nanti besok di hari ulang tahun mama mu aku kemari lagi ya"
Angel tersenyum walaupun Andra menolaknya.

"okedeh nanti aku kabarin kamu ya."
Andra tersenyum tipis mengangguk.

"oh iya, Dra. Makasih ya sudah mau menemani ku malam ini"
"Iya Angel sama-sama"

Andra mulai menyalakan mesin motornya
"Ayo, masuk Angel"
"Iya.. Daahhh"
Andra dan Angel saling melambaikan tangan. Angel segera masuk kedalam rumah dengan sebuah senyuman yang sangat ceria.








Keajaiban HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang