Part 8 - Save Me

469 65 26
                                    

Happy Reading, chingu 😁

Thanks vote and comment my fanfic,

DIMENSI
Part 08

🔆🔆🔆

"Haneul-ssi, kau ingin bawa kami kemana?" tanya Somin yang langsung menghentikan langkah kakinya lalu menahan Jieun disebelahnya. Kedua yeoja itu telah menukar hanbok putih mereka yang kotor dan bau dengan hanbok baru yang dibawa Haneul dalam buntalan yang diletakkan tidak jauh dari pintu penjaga. Ia kini menatapi tiga kuda yang saat ini dipegangi 3 pria yang mengenakan seragam prajurit berwarna hitam yang membuatnya tertegun berat.

"Kalian ingin kembali ke dunia asal bukan? Aku bisa mengantarkan kalian," kata Haneul sambil berbalik badan dan tersenyum. Namun Somin menangkap basah senyum Haneul yang biasa manis dan tulus itu kini terlihat dipaksakan.

 Namun Somin menangkap basah senyum Haneul yang biasa manis dan tulus itu kini terlihat dipaksakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku setuju, aku bosan disini," Jieun mengerucutkan bibirnya. "Makanan dan toilet sepertinya dua hal yang paling sulit ditemukan disini," ocehnya yang membuat Somin meliriknya geli. Mengaitkan pemasukan dan pengeluaran dalam tubuh sekaligus seperti itu buat bulu kuduknya berdiri. Mengingat lagi kelakuan mereka berdua saat minta ijin ke toilet tapi ditunda karena tidak ada bidet. Namun demi kelancaran diperut terpaksa mereka menerima takdir dengan toilet tradisional.

"Kau sendiri tidak ingin kembali Haneul-ssi,?" Somin berusaha melupakan pengalaman buruknya bersama Jieun yang sial setiba di dunia aneh ini. "Kenapa kau masih disini?" Somin melangkah mundur dengan menarik Jieun ke arahnya. Haneul melihat sekitarnya, merasakan terpaan angin laut dari barat yang menerpa wajah tampannya. "Tadinya aku benci berada disini, sungguh menjengkelkan bisa terlempar ke sini, tapi setelah tahu kalian berada di sini juga, aku merasa tidak sendiri. Lagipula, ini seperti pulang ke kampung halamanku,"

Jieun tiba-tiba terkikik geli. "Kampung halamanmu Oppa? Kau bicara seolah kau pernah hidup di jaman ini saja, eonnie, Haneul Oppa lucu juga ya, wajahnya saja yang terlihat selalu serius,"

"Atau memang dia pernah hidup di jaman ini," Somin masih menatapi Haneul dengan tatapan curiganya. Jieun mengakak hingga perutnya terasa sakit. Dipeganginya perutnya yang terasa sakit lalu menghapus air di sudut mata kirinya. "Bian, bukan maksud mentertawakan khayalanmu eonnie, tapi sungguh, kau lucu sekali,"

"Sedikit meleset, Somin nuna, bukan jaman Joseon, tapi Era Silla,"

Suara tawa lebar kembali keluar dari Jieun. Kali ini gadis itu terjatuh ke tanah akibat sulitnya ia menahan posisi berdirinya. "Akh, jeball, jangan siksa aku lagi dengan lelucon kalian, jjincha, perutku mulai sakit,"

Jieun memegangi perutnya dengan tatapan meringisnya, ia malah terlihat menderita dibandingkan menikmati lelucon. Lalu ia menatapi Somin dan Haneul yang saling bertatapan dingin dan tidak ada senyum apalagi tawa dari mereka. "Kalian, serius ya?" Jieun mendadak pucat. Perutnya semakin melilit dan sakit.

"Siapa kau sebenarnya?" Somin mengerutkan kening, "Apa kau itu seorang penyihir yang meniru wajah Kang Haneul? tapi apa hubungannya dengan kami, gimana kau mengenal kami?" Somin bertanya cepat layaknya mengintrogasi orang yang tidak dikenalnya padahal mereka pun sempat dekat. "Penyihir?" Jieun melihat Haneul dengan seksama. "Oh, yang dibicarakan para tawanan waktu perjalanan ke sini ya, para penjaga juga bicarakan soal penyihir, tapi, masa sih, dia penyihir,"

DIMENSION (BTS & KSE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang