Ini cerita baru yang akan saya tulis jika punya waktu luang. Dan pastinya nggak bisa cepat apdate sebelum ceritanya Kevan tamat.
Saya mutusin buat cerita ini karena idenya udah banjir di kepala. Tapi tenang aja, saya bakalan tetap nyelesaiin ceritanya Kevan sampai selesai. Saya cuma lagi drop aja semangatnya karena respon pembaca di ceritanya Kevan nggak sebayak ceritanya Danu.
Cerita Delisha ini baru akan saya publish bagian prolognya aja buat ngeliat minat pembaca. Untuk bab pertamanya, akan saya publish setelah cerita Kevan tamat. Itu aja sih yang mau saya sampaikan. Oh iya vote dan komennya jangan lupa ya (yang banyak kalau boleh minta sama pembaca sekalian).
Selamat membaca dan semoga kisah Delisha ini bisa diterima di hati kalian semua, pembaca setia saya.
🌺🌺🌺
Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing. Ada yang terlahir dengan piring dan sendok emas yang tersaji di depan mata, namun banyak pula yang harus merangkak dari bawah untuk mewujudkan setiap mimpi yang diinginkan.
Delisha Azwar tentu tak perlu memusingkan apapun permasalahan yang ada di sekitarnya. Terlahir di tengah-tengah keluarga kaya membuat gadis itu bisa mendapatkan semua yang ia inginkan. Biarpun begitu, gadis yang tak lagi memiliki orang tua dan hanya diasuh sang kakek sedari kecil itu tidak sombong seperti kebanyakan orang kaya lainnya.
Delisha selalu berpenampilan sederhana di setiap kesehariannya. Memiliki beberapa teman untuk diajak bersenang-senang, jalan-jalan, atau bahkan hanya sekedar makan di restoran. Tak ada satupun yang bisa dicela darinya. Selain baik hati, Delisha juga tak perlu berpikir dua kali jika ada yang membutuhkan bantuannya. Entah itu berupa materi ataupun sekedar bantuan tenaga.
Namun gadis yang terlalu baik itu ternyata harus lebih banyak lagi belajar. Bahwa di dunia ini tak semua orang bisa ia nilai baik. Diantara mereka pasti ada yang ingin mengambil kesempatan dan memanfaatkan apa yang ada padanya. Itulah yang membuat Delisha terpukul saat secara tak sengaja mendengar beberapa orang, atau lebih tepatnya dua orang, membicarakan dirinya, menganggap ia begitu bodoh dan gampang dipermainkan.
Delisha sedih tentu saja. Hingga berhari-hari ia terus memikirkan, apakah sikapnya selama ini membuat orang di sekitarnya muak? Atau justru pemikirannya yang masih terjaga membuat orang menganggap ia membosankan?
Karena tak tahan lagi dengan pikirannya yang semakin kusut, Delisha pun akhirnya bertanya kepada pria yang sedari kecil ia kenal namun baru beberapa minggu terakhir ini benar-benar melakukan komunikasi secara intens dengannya.
"Menurut om, ukuran dada aku, kecil atau besar?"
Orang yang ditanya langsung melihat ke samping, sesaat kemudian ia tersedak oleh cairan kopi yang baru sampai dikerongkongan. Hidungnya terasa perih, ia juga merasa tidak nyaman di lehernya. Akan tetapi yang lebih mengganggunya adalah tatapan gadis yang duduk di sampingnya itu. Tatapan polos yang tak menyadari apa efek dari tangkupan kedua tangan mungil itu di atas dadanya yang tidak sebesar wanita lainnya itu.
Pria itu berpikir, apakah gadis secantik boneka di sampingnya ini tak memikirkan bahwa apa yang sudah dilakukannya bisa saja mendatangkan bencana, andai saja ia sama dengan pria bejat di luaran sana."Teman-teman aku 'kan, dadanya besar-besar semua, om. Mereka bilang dada dengan ukuran besar gampang narik perhatian laki-laki, gampang di remes-remes, trus bisa diisap kayak netekin bayi. Benar nggak sih gitu, om, apa yang mereka bilang itu?"
Si pria yang ditanya matanya melotot. Belum hilang rasa sakit di hidungnya, ia kembali ditanyai pertanyaan yang bukan ranahnya untuk menjawab. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis teramat cantik di sampingnya itu? Yang pasti, apapun pemikiran yang ada di kepala cantik itu, ia tak ingin terseret lebih jauh.
Delisha yang merasa kesal karena tak mendapat jawaban yang ia inginkan, terpaksa mengajukan satu pertanyaan terakhir yang dianggapnya bisa menjadi solusi terbaik agar ia tidak lagi dikatakan 'cupu dan nggak asyik'.
Akan tetapi, siapa yang bisa menebak jalan hidup seseorang. Delisha juga begitu. Ia tak menyangka jika pertanyaannya justru memberikan ia warna baru dalam hidupnya. Di awali dengan rasa penasaran, lalu 'mencoba-coba', kemudian memiliki akhir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Om mau nggak merawanin aku?"
Satu pertanyaan yang diucapkan sambil lalu diantara pencarian jati diri dan makna hidup, nyatanya sanggup menjerat dua hati dengan begitu eratnya. Tak ada yang salah dengan semua itu. Bukankah cinta bisa tumbuh tanpa disadari? Dan siapapun berhak merasakan satu kata yang membawa kebahagiaan bagi siapapun yang kejatuhan cinta itu sendiri.🌺🌺🌺
🌺🌺🌺
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-24-09-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Titian Cinta Delisha [TAMAT]
Romance- Zona dewasa - Dihapus sebagian - Sudah ada di google play - Ekstra part cuma ada dalam versi ebook Banyak sekali kelebihan yang bisa menggambarkan sosok Delisha Azwar. Diantaranya: 1. Cantik 2. Kaya 3. Bertubuh imut Namun ada kekurangan yang melek...