Bab 8 Luka

2.2K 32 5
                                        

VIOLET

Part 8

LUKA

Oleh : Triana Kumalasari

Lalu, hari ini, email itu datang.
Salah satu email yang sebelumnya selalu dinanti Violet. Email dari sebuah bank swasta besar di Indonesia.

Email yang mengabarkan bahwa ia telah lulus tes wawancara tahap satu yang dilaksanakan di kampusnya hampir sebulan yang lalu.

Bank tersebut mengundangnya untuk mengikuti tes wawancara tahap dua pada tanggal 22 Agustus di Jakarta. Dilanjutkan psikotes pada tanggal 30 Agustus. Diakhiri tes kesehatan pada tanggal 9 September. Bila lulus, Violet akan mengikuti pelatihan selama dua tahun. Dan, selama itu pula, ia diharuskan belum menikah.

Violet tertegun.

Ya Allah ... bagaimana ini?
Selama setahun mencari pekerjaan, ia sangat mendambakan datangnya kesempatan seperti ini. Namun, bila ia pergi, rencana pernikahan yang sedang dalam proses akan berantakan.

Violet mengigit bibir. Meremas jemarinya yang mulai berkeringat dingin.

Apa yang harus ia lakukan?
Manakah yang harus ia pilih?
Dan, manakah yang terpaksa ia korbankan?

🌸🌸🌸

Yudha membaca email yang disodorkan oleh Violet. Perlahan, wajahnya tampak khawatir.

Dialihkannya matanya dari layar ponsel, menatap Violet yang berdiri gelisah di sampingnya. Wajah oval gadis itu tampak pias. Matanya yang kuyu mengindikasikan bahwa ia semalaman tidak dapat tidur.

"Lalu?" tanya Yudha.

"Iya, em, jadi ... Mas ...." Violet menelan ludah. "Aku ... harus pergi."

"Vi, tanggalnya ...."

"Iya, makanya ...." Violet serba salah. "Maaf ...."

Hening. Yudha hanya menatap Violet. Entah apa yang harus dikatakannya pada wanita ini.

"Lalu ... ada tertulis, bila lolos tes, tidak boleh menikah selama dua tahun, ya, kan?" Violet melanjutkan, perlahan.

Yudha mengangguk.

"Aku ... bolehkah aku membatalkan pernikahan kita? Karena, ada syarat single ...."

"Vi ... bukannya aku nggak ngerti keinginanmu. Tapi, Pernikahan bukan hal kecil. Melibatkan orang tua dan keluarga."

Aduh, Yudha mulai cemas. Violet yang ia kenal cukup keras kepala untuk bersikeras dengan keinginannya, bahkan meskipun bila itu akan mendatangkan masalah besar. Yudha menyadari hal ini.

Berdua mereka berdiri di depan pagar rumah Papa. Bahkan lupa untuk duduk di teras.

"Bisakah kau temani aku mengatakan ini pada orang tua kita?" pinta Violet. Di dalam hati, ia mengutuk diri sendiri. Betapa egoisnya! "Aku ... takut untuk memberi tahu mereka sendirian."

"Tak bisakah kau berubah pikiran, Vi?"

Violet menggeleng. Menatap Yudha dengan wajah memelas. "Kan Mas Yudha tahu sendiri, betapa aku sulit mendapatkan kesempatan ini. Masa mau dilepas? Kalau dilepas, aku bisa menyesal seumur hidup. Kesempatan kan nggak datang dua kali, Mas."

Yudha mendesah sedih. Wanita ini terlalu keras kepala untuk bisa dipatahkan.

🌸🌸🌸

"Yang benar saja, Vi!" seru Papa terkejut, sambil meletakkan buku yang sedang beliau baca. Sejak pensiun dari Pengadilan Agama Malang setahun yang lalu, Papa banyak menghabiskan waktu membaca buku agama di ruang membaca.

VIOLET (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang