Bab 12 Pak Gatot Genit

2.1K 39 2
                                    

VIOLET

Part 12

PAK GATOT GENIT

Oleh : Triana Kumalasari

Rena mengambil onde-onde dan menggigitnya. Mengunyah dalam diam. Tak berani bicara lagi.

"Rena."

"Iya, Mas?"

"Kalau mau cerita, terusin aja ... aku dengarkan."

Rena lega sekali mendengarnya. Buru-buru ditelannya onde-onde yang masih di dalam mulut.

"Mbak Vio WA aku, cerita kalau dia keterima jadi guru TK. Aku kan heran, bukannya Mbak Vio kemarin itu tes di bank? Terus, katanya di bank itu dia nggak lulus."

"Nggak lulusnya kenapa?"

"Nggak tahu, Mas. Mbak Vio nggak mau bilang. Katanya ceritanya panjang."

Yudha memandang layar tabletnya. Hanya menatap saja, tanpa menggerakkan jari di atas layar. Rena tak tahu apa yang Yudha pikirkan, tetapi Rena merasa lega. Bagi Rena, beban selama dua bulan yang mengganjal pikirannya hilang sudah.

Plong.

Beban itu sudah ia oper ke Yudha.

🌸🌸🌸

Berbaris dengan seragam berwarna merah muda, para guru TK itu menyambut anak didik mereka di teras sekolah. Bu Hesti, Bu Eni, Bu Ima, Bu Arini, Bu Nur dan Bu Violet. Warna seragam yang cerah agar berkesan ramah dan ceria.

Anak-anak lucu dalam seragam kotak-kotak hijau kuning datang diantar Ayah, Ibu atau asisten rumah tangga. Setelah berpamitan pada pengantar mereka, para siswa mengucapkan salam dan mencium tangan Ibu Guru yang menyambut di teras dengan senyuman. Setelah itu, baru mereka masuk ke kelas masing-masing.

Ada juga, beberapa anak yang masih kolokan. Tidak mau ditinggal dan masih menangis. Di sinilah salah satu tantangan bagi seorang guru TK.

Violet menyukai suasana ini. Meskipun jauh dari cita-citanya semula, tetapi ia cukup suka. Ia menyukai lucunya anak-anak, meskipun kesulitan untuk bersabar dengan tingkah mereka saat kumat jahil dan kolokannya.

Seorang Bapak setengah baya berperut buncit dan berkepala botak berjalan memasuki pagar sambil menggandeng seorang bocah gendut.

Violet maju menyambut mereka. Anak itu adalah muridnya, dari kelas A2.

"Assalamualaikum, Gery," sapa Violet, sambil mengulurkan tangannya pada si anak gendut.

Gery membuka mulut. "Wa ...."

"Wa'alaikumsalam, Bu Vio," sambar pria botak di sebelah Gery, sambil tersenyum manis pada Violet. "Apa kabar Bu Vio hari ini?"

"Alhamdulillah baik, Ayah Gery. Terima kasih." Violet mengangguk sedikit pada pria itu, lalu membungkuk ke arah Gery. Mengulang salamnya. Kali ini Gery menjawabnya dengan baik dan mencium punggung tangan kanan Violet.

"Nama saya Gatot, Bu." Pria itu tersenyum pada Violet.

Violet tersenyum tipis pada Pak Gatot, lalu kembali fokus pada Gery. "Taruh tas di kelas dulu, ya. Nanti keluar lagi untuk baris," kata Violet pada Gery.

"Ya, Bu Guru."

Gery pun berlalu. Tapi sayang, ayahnya tak juga pergi. Masih berdiri di dekat Violet. Memindai Violet dari atas ke bawah. Violet tak suka caranya menatap yang menurutnya kurang sopan.

"Gery bisa ditinggal, Ayah Gery." Violet mengusir halus. "Nanti dijemput waktu pulang saja. Jam sebelas, ya."

"Hari ini yang jemput si Bibik, Bu Vio." Pak Gatot tetap tak beranjak. Masih memandang Violet. Violet segera meninggalkannya, menghampiri Nur dan Bu Eni.

VIOLET (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang