VIOLET
part 9B
PENGGANTI?
Oleh : Triana Kumalasari
Yudha bangkit dari kursinya dan membiarkan ibunya duduk. Dari gelagat Bunda, pembicaraan ini akan cukup panjang.
Bunda Arista duduk, memandang putranya. "Bila ayahmu masih ingin berbesan dengan mereka, masih ada Rosa dan Rena sih, Yud. Rosa anak yang cantik, sedangkan Rena anak yang baik. Kamu lebih suka siapa?"
"Rena sudah seperti adikku. Sedangkan Rosa, kami berantem terus, Bun. Kurasa kami nggak cocok."
"Memangnya dengan Violet nggak berantem?"
"Berantem juga sih, Bunda. Lha ini sedang berantem," Yudha tersenyum kecut.
"Kalau enggak, teman-teman arisan Bunda banyak yang punya anak gadis, lho. Cantik-cantik, deh, Yud. Bunda pernah ketemu beberapa."
"Bunda ih, kok aku mau ditawar-tawarin, kayak nggak laku aja." Yudha cemberut.
"Eeh ... siapa bilang anak Bunda nggak laku? Kamu kan banyak yang suka. Lha yang pada telepon ke rumah itu. Teman SMP dan SMA. Terus yang lebaran dulu bawa nastar bikinannya sendiri ke sini itu siapa namanya, ya? Bunda lupa. Katanya teman SMA sekaligus teman kuliahmu."
"Friska."
"Oh iya, benar. Friska apa kabar, Yud? Sekarang di mana?"
"Kerja di Bali. Sebenarnya besok dia bilang ingin main ke sini. Katanya ada oleh-oleh dari Bali untuk aku dan si kembar. Entahlah, Bun. Sebenarnya sekarang ini aku sedang agak malas."
"Malas apa?" Sergah Bunda Arista, tampak bersemangat. "Pergilah sana. Jalan-jalan dengan Friska dan si kembar. Refreshing dari kerjaan dan masalah."
Yudha mengamati ujung jari kakinya yang berada di lantai. Entah apa yang dipikirkan.
"Friska juga cantik anaknya. Kalau Bunda ingat-ingat lagi, nastar bikinannya enak lho, Yud."
"Ah, Bunda ...."
🌸🌸🌸
Seorang gadis berjilbab putih gading berlari masuk ke rumah dan memeluk Violet. Di belakangnya, seorang pria muda berambut gondrong berjalan masuk.
Violet membalas pelukan Alifa dan tersenyum pada Anwar. Anwar dan Alifa, dua bersaudara tetangga Bude Wati yang dulu menjadi teman bermain Violet kecil.
"Mbak Vio beneran pindah lagi ke sini?" tanya Alifa.
"Sepertinya begitu, Fa," jawab Violet.
"War, rambutnya dipotonglah," ujar Bude Wati pada anak tetangganya itu. Disimpannya kembali obat darah tinggi di kotak obat, lalu mulai membungkus pisang goreng, bakwan dan kolak yang akan beliau jual. Setiap pagi dan sore hari, banyak pedagang jajanan dan makanan matang yang berjualan di pinggir jalan perumahan. Bude Wati adalah salah satunya. "Rambut panjang jadi kayak cewek, War."
"Ini kan nyeni, Bude," kilah Anwar.
"Anwar, besok lusa aku mau ke alamat ini. Naik apa ya?"
Anwar membaca alamat yang disodorkan Violet. "Naik busway bisa, Mbak. Naik dari halte di Giant BSD, terus oper di Harmoni."
Anwar menjelaskan sementara Violet mencatat setiap detailnya. Ia takut tersesat.
🌸🌸🌸
Yang Violet suka dari halte Giant BSD adalah karena ini halte pertama. Tempat duduk masih banyak yang kosong. Tak perlu takut tak kebagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (SUDAH TERBIT)
RomanceBLURB VIOLET Ambisi yang terpantik dari sulitnya hidup yang pernah ia jalani bersama sang mama pasca mamanya kehilangan pekerjaan, membuat Violet memutuskan berdiam dalam keluarga tiri. Demi kesuksesan akademis, karier dan materi. Namun, di saat ia...