*Bab 10B SURAT MAMA (B) dihapus untuk kepentingan penerbitan
VIOLET
Part 11A
RENA : BILANG ATAU TIDAK?
Oleh : Triana Kumalasari
"Auw!"
Untuk kesekian kalinya Violet tergores ujung lancip peniti.
Duh, susah sekali memakai jilbab segitiga. Penitinya berulang kali menggores dan menusuk. Ia belum mahir.
Pakai jilbab instan sajakah?
Ah, jangan. Jilbab instan terkesan kurang formal untuk wawancara kerja.Sudah sebulan Violet mulai mengumpulkan jilbab dan pakaian lengan panjang, kemudian belajar membiasakan diri memakainya.
Ada masa di mana ia merasa terpuruk. Sangat terpuruk.
Mama kehilangan Papa, namun selama beberapa tahun pernah bersinar cukup lama dalam kariernya. Sedangkan Violet, kehilangan Yudha, tapi jangankan bersinar lama, mulai menyala saja juga tidak.
Ia merasa kehilangan pegangan dan juga harapan. Melamar ke perusahaan-perusahaan besar kini sudah tak mungkin lagi, karena ia tidak akan dapat melewati tes kesehatan. Rasa putus asa seperti tak mau berhenti mengganggu, memperparah hatinya yang sedang pilu.
Bunuh diri sajakah?
Ah, tidak, tidak!
Bila bunuh diri, sudah matinya sakit, masuk neraka pula. Malah selamanya akan menderita.Maka, Violet memutuskan untuk semakin mendekat pada Rabb-Nya, sebelum ia kalah pada bisikan setan yang terasa terus mendekatinya.
Bude Wati meletakkan gelas seusai meminum obatnya, lalu bangkit dan tertatih menghampiri Violet. Dengan sabar, diajarinya putri asuhnya itu cara menyematkan peniti di bawah dagu agar tidak tertusuk.
🌸🌸🌸
Violet duduk terpekur di mushola ITC. Masih mengenakan mukenah krem selepas salat Zuhur.
Sedih.
"Kontraknya tiga bulan dulu nanti kalau diterima, Mbak," ucap pewawancaranya tadi, saat ia mengikuti tes call center.
"Apakah ada kemungkinan bisa menjadi pegawai tetap, Mbak?" tanya Violet.
"Nggak ada, Mbak. Tetap pegawai kontrak. Diperpanjang tiap kontraknya habis. Itu pun kalau user mau memperpanjang."
Violet menunduk. Cukup sedih dengan kenyataan itu.
"Oh iya, Mbak. Kalau call center outbound jam kerjanya pada jam kerja. Tapi yang inbound shift-shiftan. Kadang pagi sampai sore, kadang sore sampai tengah malam." pewawancara itu menjelaskan. "Yang sedang ada lowongan sekarang yang inbound."
Violet terhenyak. "inbound, maksudnya ... yang bisa sampai tengah malam itukah, Mbak?"
"Iya."
Violet mendesah. Setelah mundur dari tes tadi, sekarang apalagi yang akan ia lakukan?
Ia tidak mungkin pulang tengah malam. Terlalu berbahaya, juga menakutkan.
Duh, padahal uang tabungannya sudah habis. Tinggal recehan di dompet saja. Minta pada Papa juga tidak mungkin. Papa sudah pensiun. Uang tabungan Papa juga telah terkuras untuk membiayai kuliah keempat anaknya.
Violet memijat keningnya. Kepalanya terasa sakit. Andaikan saja ia punya teman bicara untuk berbagi masalah-masalah yang terasa kian menghimpit ini.
Melepas mukenah, diraihnya tas, lalu mengeluarkan ponsel.
[Mas Yudha, apa kabar?]
Jempolnya berhenti di atas tombol kirim. Diam sejenak, lalu beralih ke tombol hapus. Dihapusnya ketikan itu tanpa dikirim.
![](https://img.wattpad.com/cover/157962085-288-k268146.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (SUDAH TERBIT)
RomanceBLURB VIOLET Ambisi yang terpantik dari sulitnya hidup yang pernah ia jalani bersama sang mama pasca mamanya kehilangan pekerjaan, membuat Violet memutuskan berdiam dalam keluarga tiri. Demi kesuksesan akademis, karier dan materi. Namun, di saat ia...