Perjalanan ditempuh selama dua jam dengan naik bus. Badan Karina remuk duduk dengan kaki tertekuk. Dia naik bus pertama antar kota yang menurunkan Karina di dekat lokasi wisata Kereta Gantung Hallyeosudo. Gunung Mireuksan tampak hebat. Menjulang perkasa dengan hijau membentang. Gugusan Hallyeo Haesang menyembul di tengah perairan.
Kim Minjeong menjemput Karina di halte. Dia menawari Karina sarapan di rumahnya, namun gadis asli Seoul itu menggelengkan kepala.
"Maafkan aku, Minjeong-ssi, bukannya aku tidak sopan dengan kebaikanmu. Tapi aku agak buru-buru harus bertemu seseorang." Karina tak enak hati menjelaskan.
Raut gusar tampak jelas di wajah adik kelas Karina. Minjeong yang tiga tahun lebih muda itu menganggukkan kepala pengertian.
"Jadi bagaimana aku harus membantumu, Eonni?" tanya Minjeong.
"Wah, ada banyak pulau. Tapi aku tak tahu pulau mana ayahku tinggal," gumam Karina kecewa.
Dia menyesal tak pernah tahu rumah ayahnya. Seojoon selalu datang di Seoul, menghabiskan waktu paling maksimal tiga jam dengan Karina untuk sekadar makan di luar. Tapi mengunjungi rumah Seojoon, Karina bagai menyelami segitiga bermuda. Hanya kehampaan yang dia terima.
"Aku pikir Tongyeong hanya kota kecil." Lagi-lagi Karina bergumam putus asa.
Minjeong tersenyum, "Tongyeong cukup besar. Apa Karina Eonni yakin, ayahmu tinggal di pulau?"
Karina mengangguk lesu.
"Di sini ada beberapa pulau. Geojedo, Somaemuldo, Saryangdo, Hansando, Bijindo, dan Oedo. Kau harus menyewa kapal untuk menyeberangi pulau-pulau itu. Di sini ada layanan antar pulau. Hanya saja Eonni harus menunggu beberapa jam untuk pergi ke pulau-pulau itu. Apa kau ingin pergi secepatnya?"
Karina mengangguk kecil "Berapa biayanya?"
Pipi Minjeong memerah. Dia tak nyaman membicarakan sesuatu yang dia tak tahu. Aura Karina membuat Minjeong selalu merasa segan.
"Apa Eonni mau kukenalkan pada kakak sepupuku? Mungkin dia mau membantumu," ucap Minjeong tersenyum, dikendalikan perasaan gugup. Dia takut salah bicara di depan Karina.
"Kau baik sekali, Minjeong-ah. Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?"
"Ah, tak usah. Sebaiknya kita bergegas. Kakak sepupuku, biasanya masih di rumah sebelum jam delapan."
***
Seperti biasa, Sunghoon masih meringkuk di kasur lipat. Dia tampak nyaman di balik selimut. Acara semalam melelahkan sekali. Dia pergi ke Bijindo untuk membantu Joongseong bongkar pasang rumahnya yang mirip sarang ular.
Ayah Joongseong hampir dua minggu di laut, berlayar mengarah ke Jepang untuk menangkap ikan. Praktis Joongseong merasa bebas di rumah. Dia membuat berbagai eksperimen makanan laut di dapur seorang diri. Sialnya rumah mereka separuh terbakar gara-gara gas meledak. Dan begitu ayah Joongseong pulang, pemuda setengah sinting itu bakal mampus dihajar.
Hanya ekspresi Joongseong yang membuat hati Sunghoon luluh. Pemuda itu mengiyakan permintaan Soonyoung. Jadi pagi ini dia terkapar kelelahan. Untuk merenovasi rumah Joongseong dibutuhkan tiga hari bolak-balik dari tenggara Tongyeong ke Bijindo lalu balik ke Tongyeong. Kedua orang yang beranjak usia dewasa itu harus membeli banyak peralatan dan perlengkapan.
Hari ini dia ingin tidur seharian lagi. Melepas dendam tidur setelah hampir 36 jam matanya tidak istirahat.
"Sunghoon-ah!" panggil ibunya sengaja menarik selimut Sunghoon.
"Eomma, biarkan aku tidur sebentar. Uh, padahal baru tidur tiga jam!"
"Bangunlah. Ada gadis cantik di depan!" desis ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]
FanfictionKarina ingin pulang ke rumah, tetapi dia malah tersesat dalam liku keluarga. Perpisahan menggores banyak luka di antara keluarga. Tiga pria berebut perhatiannya. Siapa yang sangka, salah satunya sangat menginginkan Karina lebih dari sekadar adik. Ap...