19 Mengalah

755 104 3
                                    

Mobil Mercedes-Benz itu bergerak menjauh dari hotel Royal, melarikan sepasang suami istri yang dijerat malu dan kaget. Sopir mobil tak banyak bertanya, sebab bukan tugasnya untuk ikut campur urusan penumpang di jok belakang. Dia mendengar, tapi tidak bermaksud menguping. Mobil itu terus membelah jalanan, yang akan membawa majikan ke kondominium di Centra Tower.

Nahyun dan Sangyeob duduk bersebelahan. Tangan Nahyun berada dalam genggaman Sangyeob.

"Yeobo, apa kau yakin?" tanya Nahyun, menatap intens suaminya.

Pria itu masih diam, rahangnya tegas menahan marah. Malah, dia tidak memandang istrinya sama sekali. Kata-kata Heesung tadi, telak merusak pilar yang dia bangun. Heesung telah mendobrak risiko yang ditakuti Sangyeob belasan tahun. Entah apa yang diinginkan putranya.

Heesung sudah menolak Karina dan Nahyun sebagai anggota keluarga sejak dulu. Akhir-akhir ini Heesung sangat aneh. Mendadak melakukan banyak pembelaan pada Karina.

Dia sering bertanya-tanya, apakah putranya bermaksud mendepak Karina dan Nahyun dari Sangyeob, agar kembali ke keluarga lamanya? Sangyeob menghela napas dalam-dalam. Dadanya sakit dan sesak. Dia tak ingin kehilangan dua wanita berharga dalam hidupnya, meski Karina bukan putri kandungnya, Sangyeob sangat mencintainya. Perasaannya sama besar pada Heesung. Karina anaknya.

"Kau ingin Jongseong dan Jungwoon tinggal di rumah kita? Apa kau yakin?" Nahyun ketakutan.

"Tak apa-apa, Nahyun-ah. Mereka anak-anakmu," bujuk Sangyeob. Rasa gelisahnya tersamarkan oleh batuk kecil.

"Tapi Heesung..." Nahyun menggelengkan kepala. Putra tirinya sudah pasti lebih suka tinggal di luar rumah, dari pada berhadapan dengan Nahyun dan tiga anaknya.

"Akan kita coba, apakah Heesung keberatan atau tidak. Semua anak-anakmu memiliki fasilitas yang sama dengan Karina dan Heesung. Tidak ada perbedaan. Termasuk pula saham mereka."

Keputusan Sangyeob sudah dipikirkan matang-matang. Sudah lama dia memiliki opsi cadangan, tepat ketika Heesung berhasil membawa pulang Karina ke rumah.

Hanya saja, dia tak tahu bagaimana tanggapan Seojoon, bila Jongseong–putra semata wayangnya yang diakui—malah diboyong ke Seoul.

"Jangan lakukan itu. Aku mohon. Sudah banyak yang kau lakukan pada kami, aku dan Karina. Tolong, biarkan Heesung mendapat belas kasih kita. Selama ini dia seorang diri, tanpa kita pedulikan bagaimana keinginannya," pinta Nahyun. "Aku tidak mau perhatianmu terbagi pada putra-putriku saja, Yeobo."

Seberkas air mata mulai tumpah. Nahyun terisak, menyadari bagaimana upaya Heesung menghindar dari keberadaan Nahyun. Dia tak mau melihat penderitaan Sangyeob. Pria itu suaminya. Dia sudah bahagia memiliki Sangyeob sebagai pasangan hidupnya. Sudah puas menyalurkan nurani ibu pada Heesung. Padahal jelas sekali Heesung benci Nahyun.

Lima belas tahun mereka hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Jauh sebelum Sangyeob menikah dengan ibunya Heesung, keduanya sudah saling mencintai. Nahyun tak bisa bersikap egois demi kebahagiaan Sangyeob. Pria itulah segalanya bagi Nahyun.

"Kita ini orang yang paling mengerikan, Yeobo." Sangyeob menertawai dirinya sendiri, "Kita yang menghancurkan kebahagiaan anak-anak. Heesung dan ibunya. Seojoon beserta anak-anakmu. Kita sangat egois mempertahankan cinta kita tanpa mempertimbangkan anak-anak."

"Tidak, Sangyeob Oppa. Ini sudah menjadi pilihan kita. Keputusan kita!" bantah Nahyun putus asa.

"Materi tidak bisa mengobati luka yang tergores di hati anakku, juga anak-anakmu. Aku seorang bajingan." Pengakuan Sangyeob mengguncang hati Nahyun. Wanita itu tak tahan mendengarnya.

"Jangan bicara itu lagi, kumohon," desak Nahyun.

"Mungkin ini waktunya bagi kita untuk menebus kesalahan. Jongseong dan Jungwoon akan tinggal bersama kita. Kita bisa menjadi keluarga yang sempurna. Terutama bagi Karina, tak ada kebahagiaan, kecuali memiliki kakak-kakaknya. Akan kita bebaskan putrimu untuk menemui ayahnya. Seperti Heesung yang akan kubebaskan mengunjungi pusara ibunya," renung Sangyeob. Tatapannya mengarah ke jalanan Seoul yang sepi, tapi tatapan itu sangat kosong. "Sudah waktunya bagi kita untuk mengalah, Yeobo."

"Lee Sangyeob." Nahyun menyandarkan kepalanya di bahu Sangyeob. Beban bersalah menderanya terus menerus. Gara-gara Nahyun, pria itu sangat menderita.

"Maafkan aku." Bibir Nahyun bergetar. Tak mampu bicara apa-apa lagi.

Pasangan itu terjebak dalam ruang sesal tanpa ujung. Hatinya terus tercabik menyadari kesalahan besar mereka. Dan kini sudah waktunya bagi mereka untuk berubah. Tak ada hal lain, kecuali mencari kebahagiaan melalui putra-putri mereka.

Dan apa gunanya bagi Sangyeob menumpuk pundi uang, bila Lee Heesung kesepian selama ini? Meskipun usia Heesung sudah dewasa, tapi dia tetaplah putranya. Telah kehilangan kepercayaan karena tak memiliki ayah secara batin. Begitu pula bagi Jongseong dan Jungwoon. Kedua anak malang itu sama menderitanya tanpa mengenal dekapan ibu mereka.

Semuanya, karena Sangyeob menginginkan Nahyun.

"Maafkan aku, anak-anakku," gumam Sangyeob.

Detik demi detik, ketenangan itu semakin mencekik. Dia bergetar, dalam tangis bisunya bersama istrinya.

26 Agustus 2021

Dikit dulu yaaa. Jumpa besok.


Are you ready for this story?
Next level, votenya dulu, Bossss.

Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang