16 Jamuan Pesta

600 114 4
                                    

Votenya ditunggu, kakaaaaa~~~~~
Happy reading!!

Sejak hubungannya membaik dengan adik tirinya, Heesung kembali ke kondominium. Dia menghuni kamar tepat di seberang kamar Karina. Namun, sore itu rumah mereka sangat lenggang. Tidak ada siapapun. Sangyeob sejak kemarin pergi ke Bangkok untuk urusan bisnis. Sementara Nahyun mengisi waktunya di rumah, sibuk membuat cake.

Heesung sudah mengetuk pintu kamar Karina, tidak ada jawaban. Mendadak dia ingat siang sebelumnya. Mungkin Karina pergi bersama kembarannya. Alhasil Heesung bosan di rumah, tanpa ada teman mengobrol.

Sore menjelang petang itu, keributan kembali terjadi. Karina lelah direcoki ibunya. Lelah dibatasi harus bersama siapa. Bahkan ponselnya terancam disita Nahyun.

"Eomoni..." Heesung melerai adu mulut mereka. Karina duduk di kursi makan, wajahnya tegas sementara Nahyun lagi-lagi melarang keras Karina keluar bersama Jungwoon.

"Seandainya aku berkumpul dengan Bibi Son dari Gwangju, apa itu boleh?" tanya Heesung merujuk adik dari ibu kandungnya.

"Tentu saja, Nak." Nahyun mengiyakan. Walau hubungan Nahyun dengan keluarga Soojung tidak begitu baik, tetapi Heesung bebas menemui siapapun yang diinginkan.

"Lalu kenapa Karina mendapat perlakuan yang berbeda?"

Pancingan Heesung berhasil membungkam mulut Nahyun. Wanita itu bingung mencari jawaban.

"Kalau Anda ingin kehidupan yang utuh dari kami, bukankah Anda harus mempelakukan anak-anakmu sama adilnya?"

"Begini, Heesung." Nahyun gelisah. "Kau dan anakku yang lain berbeda. Bagaimana aku bisa menyayangi mereka, sementara kau yang harus kuperjuangkan."

"Apanya yang harus diperjuangkan? Sebagai seorang ibu, Anda setidaknya harus memperlakukan sama adilnya. Baru menyayangiku dengan benar."

"Kalau aku memperlakukan kakak Karina yang lain, kau bakal marah, Nak. Kau akan menganggapku tidak peduli seujung kuku padamu!" tegas Nahyun.

"Kau harus menjadi ibu yang sesungguhnya, baru bisa menerimaku. Dan yang kulihat sekarang hanyalah kekacauan." Heesung duduk di sebelah Karina. Dia prihatin dengan adik tirinya yang terguncang setiap mengungkit saudara kandungnya.

Walaupun sulit untuk membiarkan perasaannya tenang, gelombang itu terus menghantamnya. Gelombang hampa dan cemburu yang membakar habis perasaan Heesung. Baginya, melihat kebahagiaan Karina jauh lebih bermakna daripada yang lain.

"Maafkan aku, Nak. Tapi kau sendirian di sini. Bagaimana aku bisa melihatmu sendirian. Ayahmu saja tidak peduli, jadi apa yang harus kulakukan untuk menyayangimu?"

"Jika kau ingin menjadi ibuku, biarkan Lee Karina menjalani kehidupannya. Dia punya saudara dan ayah yang lain. Biarkan dia bertemu mereka. Dengan begitu, aku tidak akan kecewa begini."

"Heesung-ah—"

"Ingin pesta di rumah, Karina-ya?" Heesung memalingkan muka. Ditatapnya Karina yang tertunduk. Masih cemberut perkara tidak boleh keluar rumah.

"Apa?"

"Kita undang Jongseong dan Jungwoon ke rumah kita besok. Dan kita akan tahu, keluarga apa yang seharusnya kita jalani. Saling mendukung atau saling mengekang." Sindiran Heesung telak membekukan Nahyun.

"Kau tidak boleh begitu, Nak!" sergah Nahyun.

"Dan Anda tidak boleh memperlakukan putrimu seperti ini."

Karina menggigil. Matanya terpejam. Dia sadar pembelaan Heesung bukan semata dia kakak tirinya. Lebih dari itu, Lee Heesung masih sulit memperlakukan hubungan mereka sebagai adik kakak. Heesung memang masih mencintainya, tetapi dalam proses untuk mencintai dengan benar sebagai saudara.

Andaikan Nahyun dan Sangyeob berpisah, Heesung yang ambil peran. Dia bakal egois, memperlakukan Karina sebagai tambatan hati. Wanitanya. Dan Karina menghindari itu.

"Oppa—" sebut Karina lirih.

"Jangan memanggilku anak laki-lakimu, kalau Anda sendiri tidak pernah mengakui anak laki-lakimu yang lain," desis Heesung penuh benci ke arah Nahyun.

"Kau tidak berhak ikut campur kehidupanku, Heesung-ah." Nahyun belum menyerah. Perdebatan semakin sengit di penghujung malam itu.

Heesung menyeringai sinis. Ekspresi yang sangat berbahaya terpampang di mata sipitnya.

"Bukankah Anda ingin mengakui aku sebagai anak Anda, biarkan aku ikut campur dalam kehidupan Anda. Akan kuundang kedua anak yang tidak Anda akui. Apa Anda keberatan menyiapkan jamuan mewah untuk mereka, Eommoni?"

Nahyun diam menahan murka. Tangannya terkepal di balik punggungnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan perkataan Heesung.

"Ayahmu tidak akan menyukai ini, Heesung-ah."

"Dan aku tidak suka dengan cara Anda, Nyonya Lee," balas Heesung sengit. "Laporkan saja pada suami tercinta Anda, kalau aku bersikap kurang ajar, tetapi putri Anda punya keinginannya sendiri. Tidak selamanya seorang anak bisa dikekang seenaknya. Di mana letak manusiawinya? Dan sebagai seorang ibu, di mana nurani Anda?"

Tak pelak kata-kata Heesung menggentarkan Nahyun. Bahu wanita itu bergetar. Dia telah gagal memperoleh kepercayaan anak tirinya. Semuanya semata untuk kebaikan Heesung. Nyatanya apa yang dilakukan Nahyun tak ubahnya bumerang. Melukai dirinya sendiri.

"Kalian memang brengsek!" tandas Heesung tanpa ampun, tertuju pada Nahyun dan Sangyeob. Tangannya mengepal penuh benci. Dia memikirkan ibunya, yang walaupun bukan wanita serakah—tapi sangat peduli pada anak kandungnya sendiri. Sangat berbeda dengan Nahyun. Tindakannya tidak pernah sepadan dengan penampilannya yang keibuan.

"Aku muak memiliki ayah bernama Sangyeob. Aku juga muak punya ibu tiri yang menelantarkan anak-anaknya sendiri. Dan aku muak sekali..." Mata Heesung tertuju lurus pada Karina, penuh sorot amarah. Karina tahu, Heesung muak pada dirinya sendiri. Gadis itu sangat tahu, Heesung muak telah mencintai adik tirinya.

Heesung tak mampu berkata sepatah kata pun. Dia melemparkan tinjunya ke udara kosong. Dibuang segala frutasi yang ditumpuk di dadanya, lalu menghambur ke kamarnya sendiri.

"Apa yang kau bicarakan pada Heesung, sampai kakakmu menyalahkanku?" tuduh Nahyun jengkel.

"Dia tahu sendiri. Kalau Heesung Oppa yang tahu masalah kita, dan menyalahkan Eomma, kenapa Eomma tidak intropeksi sekarang?"

Karina ikut menyusul Heesung. Ditinggalkan Nahyun seorang diri. Untuk kesekian kalinya Karina meredam tangis di bantalnya. Di kamar yang serba gelap ini, Karina merasakan kehampaan yang tak tertahankan. Dia tak punya kebebasan seperti yang diinginkan. Dia telah membuka tabir rahasia lama orang tuanya. Alih-alih merasa baikan, gadis itu semakin terpukul menghadapinya. Dia malu memiliki seorang ibu seperti Nahyun. Dia berlimpahkan belas kasih sayang pria yang bukan ayahnya.

Dan itu sangat menjengkelkan ketika orang lain yang haus kasih sayang malah berdiri tegak membela Karina. Gadis itu tahu, Jongseong, Jungwoon maupun Heesung sangat menginginkan sebuah pengakuan dari orang yang sangat diharapkan. Nyatanya, semuanya sulit direngkuh, kecuali dia bersimpuh di kaki Nahyun dan Sangyeob, agar mengakui ketiga saudaranya.

***********
23 Agustus 2021

Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang