8 Cepat Kemari

903 160 11
                                    

Suasana makan malam yang tadinya meriah mendadak berubah. Udara bagai terhisap ke suatu tempat. Ini keteledorannya. Jongseong salah bicara. Dia mengungkit soal Jungwoon secara tidak sengaja. Hasilnya, Seojoon dan Karina mulai bersitegang.

"Astaga, aku punya dua anak yang sama bandelnya. Apa susahnya kalian kuliah, eoh? Terutama kau, Karina-ya. Appa tidak melarangmu tinggal di sini, tapi pikirkan baik-baik masa depanmu. Jika memang tidak mau sekolah di Seoul, pindah saja ke Busan!" Seojoon kembali mengomel.

"Aku tidak mau!" bantah Karina kehilangan selera makan.

"Lalu apa yang kau inginkan di pulau kecil ini, Nak? Ataukah Appa menikahkan kau dengan Sunghoon?"

Karina tersentak. Diempaskan sumpitnya ke meja. Ini pertama kalinya bagi Jongseong melihat kedua anggota keluarganya adu mulut. Menjadikan Sunghoon sebagai saudara ipar, sama saja dengan malapetaka. Jongseong tak sudi.

"Kenapa harus Sunghoon?" tepis Karina, wajahnya merah merona. Mati-matian menyembunyikan gurat malu.

Setiap akhir pekan Sunghoon rajin menyambangi Karina. Mereka menikmati pemandangan laut berdua, sementara Jongseong ikut ayahnya mencari udang. Dan rumor bertebaran kalau kedua orang itu kencan.

Padahal Karina yakin, dia dan Sunghoon tak terikat oleh hubungan macam-macam. Kecuali mengobrol soal potensi wisata Tongyeong dan makanan semata.

"Tentu saja. Bahkan Appa bertemu ibunya. Dia berniat menjadikan kau penerus restoran generasi keempat! Jualan sup, itu masa depanmu, Nak! "

Karina melesat keluar rumah. Tak tahan mendengar ocehan Seojoon. Gadis itu lari ke pinggiran pantai. Kakinya basah oleh air laut. Hamparan putih pasir membuai telapak kakinya.

"Oi, Karina-ya!" panggil Jongseong melambaikan tangan. Gadis itu menoleh malas-malasan. "Ikut ke Tongyeong?"

"Tidak!" tegas Karina judes.

"Ah, padahal aku mau beli pizza."

"Tunggu!"

Bibir Karina yang cemberut mulai mengendur. Perlahan dia mulai tersenyum. Gadis itu maniak pizza, jadi Jongseong tahu bagaimana mengatasi sikap sentimental adiknya jika tidak bisa diajak bicara baik-baik.

Jongseong mulai menyalakan kapal. Tidak sampai satu jam kemudian, mereka tiba di Tongyeong.

"Pesan saja sana. Oppa harus menemui seseorang."

"Bagaimana aku bisa tahu apa yang kau inginkan?" sergah Karina.

"Milk Green Tea saja. Dan jangan pesan pizza nomor dua. Aku sudah mencoba. Rasanya kacau. Pilih saja nomor satu dan lima. Aku pergi dulu."

Buru-buru Jongseong kabur ke arah lain. Meninggalkan Karina seorang diri di dermaga kecil.

Jongseong pun mencari tempat yang lumayan tidak terjangkau deteksi pendengaran Karina. Dikeluarkan ponselnya hati-hati. Di sinilah tujuannya pergi ke Tongyeong. Dia harus mendapat sinyal selular agar bisa menghubungi seseorang.

"Jungwoon-ah, kapan kau datang kemari? Karina sudah tinggal di Bijindo. Cepat kemari. Firasatku berkata kalau dia sebentar lagi bakal pergi ke Seoul," tulis Jongseong dengan cepat. Jongseong menghela napas dalam-dalam. Pemuda itu tidak tega melihat kedua adiknya saling mencari, ingin melihat satu sama lainnya.

***

Perasaan Jungwoon remuk redam. Dia sudah berlayar mengarungi pulau kecil di lautan lepas Tongyeong. Singgah ke Bijindo dengan harapan melambung amat tinggi. Setiap musim panas, berharap Karina muncul di pulau itu untuk sekedar liburan.

Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang