Karina tidak langsung menelepon Jongseong. Tentu saja dia tak punya nomor telepon Jongseong. Bagaimana bisa dia menghubungi kakaknya itu? Gadis itu pun memutuskan pulang ke rumah, dengan perasaan campur aduk.
Kehidupannya bagai roller coaster. Mendaki pelan-pelan lalu menukik gila-gilaan. Adrenalin terus menggerus tengkuknya. Ada banyak kejutan yang berhasil menjungkirbalikkan keseimbangan hidup Karina. Dikelilingi banyak orang, anehnya membuat Karina kesepian. Dia tahu, bukan ini jalan yang ingin ditempuhnya. Dia punya ibu monster, yang tak punya secuil perasaan untuk anak-anaknya. Sebuah keegoisan yang mengorbankan Karina dan kakak-kakaknya. Kali ini seseorang kembali menjungkirkan kehidupannya.
Heesung sangat menyukainya, tetapi malah paling tersakiti di antara yang lain.
Karina bersimbah air mata. Kemarahannya diluapkan di depan Centra Tower yang tinggi menjulang. Gadis itu bergegas masuk ke lantai di mana ia tinggal bertahun-tahun. Hari sudah benar-benar larut. Rumah begitu gelap. Tanpa menyalakan lampu, kemarahan menuntun Karina menerobos masuk ke kamar ibunya.
"Eomma!" Karina berteriak, sengaja mengagetkan dua orang yang terlelap itu. "Bangun!"
"Karina-ya, ada apa?" tanya Sangyeob kini menyalakan lampu.
Kilat marah terpancar. Semakin membara di mata Karina.
"Seharusnya Anda tidak menikahi seorang wanita licik," kata Karina masih mendelik. "Tidak seharusnya Anda menikah dengan ibuku. Dan kami, anak-anaknya menjadi korban kelicikannya. Aku tidak boleh berkumpul bersama kedua kakakku. Semuanya, karena ibuku ingin aku lebih memilih Anda sebagai keluargaku!"
"Sayang, kau kenapa?" cecar Sangyeob masih bingung.
"Aku benci dengan keluarga ini."
"Tutup mulutmu, Karina-ya!" gertak ibunya.
Nahyun tersadar sepenuhnya. Malu terpampang jelas. Wanita itu tidak pernah memimpikan anaknya bertindak di luar batas di depan suaminya. Selama ini Karina terkontrol. Semuanya karena Nahyun mendikte sikap dan sifat Karina. Entah siapa yang mengajari Karina, sampai putrinya bersikap labil.
"Kenapa memangnya, Eomma? Apa pikirmu aku harus menjadi penerus Sangyeob aboji? Bagaimana bisa kau bermimpi aku menjadi eksekutif muda, memamerkan ke dunia kalau keluargaku penuh cinta. Padahal ada banyak borok di sini. Tanya saja Heesung Oppa, bagaimana kau bersikap seperti ini! Dan mulai hari ini, jangan pernah menganggapku putrimu. Aku bukan siapa-siapamu sekarang."
Sangyeob bergerak lebih cepat. Ditahan lengan Karina, berusaha mendekap putri tirinya. Namun Karina mendorong kasar dada Sangyeob.
"Seharusnya Anda lebih memperhatikan putramu. Tega-teganya Anda tak tahu, betapa kecewanya anakmu karena Anda lebih menyayangiku!"
Karina lari keluar rumah. Tak sanggup menampung udara yang memadat di dadanya. Dia berharap tak akan pernah tinggal lagi dalam kurungan yang dibuat ibunya.
Seandainya saja hidupnya statis, tanpa terlonjak-lonjak layaknya roller coaster.
Makin tenang, makin bahagia.
Sayangnya, banyak sisi yang menarik Karina, agar mengikuti salah satu sisi. Dan dia benci pada keadaan yang mendesaknya memilih. Tak ada jalan lain. Jalannya sendiri terhalang. Buntu akan segala kerumitan yang menderanya.
***
Berada di Sungai Han berhasil membuat gadis itu merasa baikan. Berjam-jam Karina duduk di luar. Tak ada lagi bendungan air mata. Tangisnya sudah lenyap sejak duduk di taksi. Mata Karina benar-benar kosong. Rona kehidupannya terhisap jauh bersama arus Sungai Han.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]
FanficKarina ingin pulang ke rumah, tetapi dia malah tersesat dalam liku keluarga. Perpisahan menggores banyak luka di antara keluarga. Tiga pria berebut perhatiannya. Siapa yang sangka, salah satunya sangat menginginkan Karina lebih dari sekadar adik. Ap...