14 Saham

707 119 6
                                    

Heesung dan Karina berdiri tegang di depan pintu apartemen. Mereka saling berpandangan dengan gugup. Perasaan Karina campur aduk. Pasalnya dia sudah melontarkan kata-kata yang tidak sopan. Dia tidak yakin ayah tirinya memaafkan Karina.

"Tenang saja," kata Heesung pelan. Dia menepuk punggung Karina. Refleks punggung Karina menjauh, kaget dengan sentuhan itu.

"Ah, maaf," gumam Heesung menyeringai. Adik tirinya balas menyeringai.

Pintu apartemen dibuka oleh ayah mereka. Heesung masuk duluan, tangannya menggenggam Karina. Gerakan itu tidak luput dari Sangyeob. Namun, dia menyimpan segala pertanyaan sampai mereka duduk di ruang keluarga.

"Kondisi ibumu drop. Apa kau ingin masuk ke atas?" tanya Sangyeob sambil lalu. Ekspresi wajahnya keruh, pertanda kurang istirahat.

"Dokter sudah memeriksanya, kan?" tanya Karina enggan.

"Ya, hanya terlalu stres dengan sikapmu akhir-akhir ini."

Karina memalingkan muka. Anehnya dia tidak suka cara bicara Sangyeob yang agak menyalahkan dirinya.

"Aboji." Heesung memanggil ayahnya. Dia bisa merasakan kecanggungan yang melebur di seluruh penjuru rumah mereka. "Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Apa itu?" Dada Sangyeob berdegup. Pasti ada sesuatu hal, sampai Heesung ikut campur urusan bagian keluarga sambungannya. Mana mungkin Heesung memegang Karina. Hampir seumur hidup anak laki-lakinya, Heesung benci sekali dengan Karina dan Nahyun.

"Beri tahu aku, kenapa Eo..Eomo...Ni," Heesung kesulitan mengucap Eomoni, "peduli pada satu anaknya, sementara yang lain ditelantarkan. Kenapa kau mencintai wanita semacam dia," tuntut Heesung. "Dan kenapa kau bahkan tidak peduli pada ibuku?"

Sangyeob masih diam. Dia menarik napas dalam-dalam. Matanya menghujam ke sosok menunduk putri tirinya.

"Ibumu bukan orang yang baik, Heesung-ah."

Kata-kata itu mengejutkan Heesung. Baginya, ibu kandung Heesung adalah wanita yang paling perhatian pada keluarga. Dia sangat menjunjung keutuhan keluarga kecilnya. Berusaha mempertahankan ikatan pernikahan. Melindungi Heesung dari ancaman keluarga berantakan. Dia hanya ingin kehidupan Heesung yang terjamin. Wanita yang kecewa pada suaminya sendiri, sekalipun Sangyeob mencintai wanita lain.

"Ibumu mengambil tempat yang seharusnya menjadi milik Nahyun. Ibumu yang serakah, menginginkan harta dan jabatan untuk kepentingannya sendiri. Dan itulah alasanku ingin menceraikan dia. Tapi ibumu mengidap kanker leher rahim. Bagaimana aku tega menceraikan ibumu, kalau kau sendiri sangat sedih akan penyakit itu."

"Jangan salahkan ibuku," ucap Heesung, kilatan matanya mengintimidasi Sangyeob. "Kau sendiri juga bukan orang baik. Egois, sampai membuat banyak orang lain terluka."

"Ya memang." Sangyeob sepakat. "Aku membawa wanitaku pulang ke Seoul, tanpa peduli dia mencintai orang lain atau tidak. Aku hanya ingin dia berada dalam pandanganku."

"Anda memisahkan aku dengan saudara kandung dan ayahku. Kenapa tidak tinggalkan aku sekalian di Tongyeong? Jadi aku bisa membenci kalian dengan tenang," balas Karina diliputi kobaran emosi.

"Aku hanya ingin punya anak perempuan. Tapi ibumu menyerah untuk hamil lagi. Jadi sekalian saja kau diboyong kemari, Nak."

"Apakah Anda tidak keterlaluan, mengacaukan kehidupan orang lain? Bagaimana bisa aku baru tahu aku punya saudara kembar? Dan bagaimana bisa, aku tidak diizinkan bertemu ayahku?"

"Heesung-ah," sebut Sangyeob mengabaikan pertanyaan Karina, "Seandainya ada dua anak laki-laki di rumah ini yang memanggilku Aboji, apa kau keberatan berbagi saham dengan mereka?" tanya Sangyeob.

Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang