Tak ada pilihan lain. Nahyun tak bisa mengelak. Seluruh dunia sudah tahu, dia punya dua anak laki-laki lain—yang tak pernah dipublikasikan. Wartawan memberondong keluarga Sangyeob atas konfirmasi itu. Sangyeob tersenyum ke arah kamera, mengiyakan kebenaran akan video dokumenter itu. Mereka berdiri sejajar, termasuk Jungwoon sebagai salah satu anggota keluarga.
Nahyun memeluk Jungwoon dengan amat canggung. Dia mencium kening Jungwoon sekilas, lalu mengucapkan terima kasih atas lagu yang dibawakan Jungwoon. Sangyeob menyusul tindakan istrinya, dia menepuk pundak Jungwoon. Kilatan lampu flash memberondong momen itu tanpa ampun. Pasangan itu lalu memisahkan diri dari kerumunan, pulang ke kondominium mewah mereka.
Heesung menarik Karina, keduanya menuju kamar hotel tempat Karina menghabiskan waktu dengan main game. Setelah keduanya masuk, gadis itu menghadap ke Heesung. Matanya sudah bengkak atas video tadi.
"Oppa, apakah kau sudah sinting?" tanya Karina belum kunjung dari rasa terkejutnya.
"Hm," gumam Heesung, mengiyakan dengan ketenangan yang sangat mengerikan bagi Karina.
"Tapi Sangyeob Aboji..." Kalimat Karina terputus, ketika pintu kamar diketuk dari luar. Heesung segera membukakan pintu. Rupanya Jungwoon bergabung dengan percakapan mereka. "Jungwoon Oppa...," sebut Karina masih belum pulih dari shock.
Jelas Karina heran bagaimana mereka bisa berkonspirasi untuk mengguncang Nahyun dan Sangyeob. Apalagi menyembunyikan semuanya di balik punggung Karina. Gadis itu agak tersisihkan tidak ikut peran, tetapi bahagia mengingat ketiga saudaranya tampaknya baik-baik saja tanpa status mereka sebagai saudara tiri.
"Annyeong." Jungwoon melambaikan tangan. Setelah mengedikkan bahu, Jungwoon duduk di sofa, salah satu kakinya ditumpuk di paha. Tangannya terentang ke kepala sofa.
"Akhirnya, ibumu mencintaiku Karina-ya." Helaan napas berat Jungwoon terdengar keras. Jungwoon tampaknya bahagia atas pengakuan itu. Namun, Karina dan Heesung tahu, pengakuan itu teramat palsu. Sebab Nahyun melakukannya atas dasar reputasi.
"Jamuannya sangat enak, tapi aku masih lapar. Bagaimana kalau kita pesan makarel panggang?" usul Jungwoon, ditatapnya penuh harap Heesung, agar setuju dengan makan malam lanjutan.
Karina dan Heesung saling lirik. Lalu mereka setuju memesan makarel panggang. Si kembar mendengar bagaimana Heesung bisa memiliki ide video dokumenter itu. Mulanya Heesung ingin Seojoon menjadi narasumber utama. Namun, dia membatalkan di akhir, tepat ketika Sunoo tiba di Bijindo, menyumpah jengkel karena badannya pegal mengusung kamera. Dia pun menyuruh Sunoo mencari Jongseong, yang tak sulit ditemui. Pria hiperaktif itu orang pertama yang ditemui Sunoo.
"Aku hanya berharap, kalian bakal lebih mudah lagi untuk bertemu satu sama lain," pungkas Heesung tulus. Dia menganggukkan kepala serius.
Karina mendekap ringan bahu Heesung. "Tanpamu, mungkin aku tak bakal merasa sesak di rumah. Keberadaanmu salah satu faktor, kenapa aku sangat ingin lari dari rumah. Dan seandainya aku bertahan di sini, aku tak akan pernah tahu bahwa aku punya saudara kembar berbakat seperti Jungwoon, sesinting Jongseong Oppa atau sosok lain yang paling tulus kukenal. Heesung Oppa kelihatannya cuek sekali. Mengerikan." Karina mendadak dramatis, dia menyeringai kemudian, "Tapi pada akhirnya, kau yang paling peduli padaku, kurasa."
Heesung mengempaskan badan ke sofa. Tarikan napasnya senyaring helaan napas Jungwoon. Dia alasan Karina kabur dari rumah? Dia yang menanam bom terhadap hubungan baik Karina dan Nahyun? Tak bisa dipercaya.
"Aku? Hahahaha!" Heesung tertawa keras-keras. Itulah gerakan refleks setiap kali ada kejadian ataupun perkataan yang tak mengenakkan.
"Gomawo, Heesung Oppa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]
FanfictionKarina ingin pulang ke rumah, tetapi dia malah tersesat dalam liku keluarga. Perpisahan menggores banyak luka di antara keluarga. Tiga pria berebut perhatiannya. Siapa yang sangka, salah satunya sangat menginginkan Karina lebih dari sekadar adik. Ap...