Dengan penerangan sekadarnya dari lampu senter, Karina berjalan tersaruk-saruk. Dia menyesal mengenakan celana pendek. Hampir tengah malam dia tiba di pulau yang sunyi. Mereka melangkah di atas dermaga yang dibuat asal-asalan. Kemudian pasir mengambil alih kayu sebagai pijakan. Pulau itu benar-benar gelap total. Lebih mirip pulau berhantu.
Refleks Karina menyambar lengan Sunghoon sebagai perlindungan. Dia tidak terbiasa di tempat gelap yang sunyi. Matanya butuh beberapa menit untuk menyesuaikan diri. Di balik rimbunan pohon bakau, ada siluet rumah bambu. Sunghoon mengarah ke rumah itu dengan cepat.
Perasaan Karina berdesir. Sebab dia menyadari, sosok di dalam rumah bukanlah ayahnya. Karina amat mengenali postur tubuh Seojoon, dan itu bukan postur Seojoon. Melainkan postur tubuh orang lain.
"Hoi... Park Jeongseong!" teriak Sunghoon mengagetkan Karina. Sunghoon menggoyangkan senternya ke jendela yang terbuka.
"Hoi!" sahut suara berat dari dalam menyahut. "Sunghoon, itu kau?"
"Ya, keluar. Ada seseorang yang berkunjung."
Beberapa hal terjadi bersamaan. Suara gedebuk keras seseorang menabrak sesuatu, erangan keras Jeongsong menyumpah gelas yang diinjak dan embusan kencang angin. Rumah seketika menyala, lalu pintu depan menjeblak terbuka. Sosok itu menyipitkan mata pada Karina.
"Siapa kau?" tanya Jongseong menundukkan kepala, berusaha mengenali gadis di belakang Sunghoon.
"Kau, Jongseong Oppa?" tanya Karina ragu-ragu. Dia mengerjapkan mata tak yakin. Kebingungan jelas terpancar di wajahnya. "Benarkah kau kakakku? Atau mungkin aku salah mengenal."
Karina yakin foto Jeongsong yang ditunjukkan ayahnya berhidung sangat mancung, mata kecil seperti Karina dan bibirnya tipis. Postur tubuhnya tinggi ramping dengan badan atletis.
"Apa-apaan ini? Kalian ini adik kakak atau bagaimana? Kau tak setuju kakakmu tak setampan aku?" ledek Sunghoon.
"Apa kau...?" Mata Jeongsong menyipit semakin tajam. Kemudian cengiran lebar tersungging di bibir tebalnya. Dengan cepat Jongseong menuruni empat anak tangga. Dia merentangkan kedua tangan lebar-lebar. Jongseong mendekap erat Karina penuh haru. Kerinduannya tak terbantahkan.
"Ya Tuhan! Kusangka aku tak akan pernah melihat adik kandungku! Astaga Karina-ya! Kau lebih cantik daripada di foto!"
Bibir Jongseong sukses menghajar kening Karina dengan ciuman sayang. Tapi Karina malah berontak ingin melepaskan diri. Jongseong melepaskan pelukan. Dia menari tak jelas sebagai ucapan selamat datang. Sementara Sunghoon jengah menatap tarian itu. Ini bukan Hawai. Dia sudah sering melihat atraksi yang dilakukan Jongseong setiap Sunghoon singgah ke Bijindo.
Setelah reuni heboh itu, ketiganya masuk ke dalam rumah. Bau cat baru bercampur kayu hangus tampak kentara di dalam ruangan. Rumah itu tampak jauh lebih berantakan dari kelihatannya. Jongseong mengeluarkan makanan dari rak makanan, tetapi belasan ikan kering tumpah ruah menimpa kepalanya.
"Astaga!" pekik Karina terkesiap. Dia tak menduga gaya hidup Jongseong tak ubahnya tarzan yang terdampar di pulau aneh.
Permukaan lantai berdebu. Sebuah TV keluaran tahun 80-an tergeletak lesu di salah satu sudut. Antenanya panjang sebelah menyalurkan satu-satunya stasiun TV yaitu MBC. Itu pun menyala normal jika tidak terhalang mendung.
"Appa pulang paling cepat besok malam. Jadi sebaiknya, eoh... Kau tidur di kamar Appa saja," kata Jongseong menyodorkan kesemek kering. Tawanya tak pernah ketinggalan. Renyah di telinga. Membuat orang lain ikut tertawa.
"Dan kau, pulang saja sana!" Jongseong mendorong bahu Sunghoon kasar.
"Kenapa aku pulang! Ya, aku menunggu bayaran darinya, bagaimana bisa aku pulang tanpa bayaran?!" protes Sunghoon tak terima.
![](https://img.wattpad.com/cover/160524543-288-k966017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]
FanfictionKarina ingin pulang ke rumah, tetapi dia malah tersesat dalam liku keluarga. Perpisahan menggores banyak luka di antara keluarga. Tiga pria berebut perhatiannya. Siapa yang sangka, salah satunya sangat menginginkan Karina lebih dari sekadar adik. Ap...