9 Keluarga Lengkap

902 153 15
                                    

Jungwoon menelepon Jongseong. Dia berharap Jongseong mau menjemputnya begitu sampai di Pelabuhan Tongyeong. Nasib sial. Jungwoon mengutuk dalam hati. Sinyal di Bijindo buruk sekali. Tak heran Jongseong harus ke Tongyeong dulu untuk menghubungi Jungwoon.

Akhirnya pemuda itu menyewa kapal. Dia sudah mengenal Sunghoon sebagai teman baik kakaknya. Umur Jungwoon dan Sunghoon sama. Jadi mereka gampang membaur.

"Ayolah, Sunghoon-ah. Antarkan aku ke rumah Jongseong Hyung," desak Jungwoon tak sabar.

"Astaga, aku baru ke sana. Aku lelah sekali. Bawa saja kapalku. Kemudikan sendiri!" tepis Sunghoon menguap lebar-lebar.

"Apa kau senang kapalmu tenggelam?" pancing Jungwoon menyipitkan mata.

Mendengar kapal tenggelam sukses membuat Sunghoon standby 100 persen. Dia mengerjapkan mata. Lenyap kantuknya. Seperti disuntik tenaga seribu volt.

"Kajja!"

Sunghoon bergegas masuk ke speedboat putih. Mereka berangkat ke Bijindo. Lautan benar-benar tenang. Tebing mencuat di tengah. Ada pula sebuah kuil di salah satu pulau. Kedua orang itu mengisi malam dengan dua cup ramen hangat. Mereka bertukar cerita. Hampir tiga tahun Jungwoon tidak berkunjung ke sini.

"Jadi belahan hatimu sudah pulang?" tanya Sunghoon tak senang. Kecemburuan mengisi setiap rongga hatinya.

"Iya," sahut Jungwoon dengan semangat. "Sudah lama mencarinya. Tapi rasanya lega penantianku sudah berakhir. Bertemu dengan Karina membuatku lega." Jungwoon terus berceloteh. Dia tidak tahu, betapa besar niat Sunghoon menjungkalkan dirinya di tengah laut.

Tentu saja Sunghoon menyukai Karina. Masalahnya dia tak tahu, bahwa keduanya punya ikatan darah.

"Aigoo... Semoga hubunganmu berlanjut dengannya, ya!" Sunghoon masuk ke ruang kemudi. Jengkel hebat. Dia menyesal bersedia mengantar Jungwoon ke belahan jiwanya. Seandainya dia tahu, Sunghoon pasti punya alasan untuk menolak ke Bijindo.

Speedboat itu merapat di dermaga kecil. Jungwoon bergegas lari, dia membayar sekadarnya untuk Sunghoon. Pemuda itu tidak berbalik ke Sunghoon. Emosi Sunghoon semakin menjadi.

Jungwoon hafal jalan yang menuju rumah bambu itu. Dengan cepat, Jungwoon menghambur masuk ke rumah itu.

"Aigoo, kenapa banyak orang yang masuk ke rumahku!" Seojoon mengeluh. Pria itu mengurut kening. Mati-matian menetralkan suasana hati yang memburuk.

Belum cukup Nahyun bermalam di hotel, kini Jungwoon muncul satu malam sesudah kedatangan Nahyun.

Seojoon merasa dunia semakin sesak dengan keberadaan banyak orang. Pulau kecil itu mendadak pengap. Seluruh anak-anaknya berkumpul. Lengkap dengan ibu mereka. Tidak cukup satu anak bernama Jongseong membuat urat Seojoon nyaris lepas, ditambah lagi dua anak lain. Memusingkan.

Jungwoon tersenyum meminta maaf. Belum-belum, dia sudah kena omel Seojoon.

"Kenapa kau ke sini?"

Seojoon adalah pria yang sangat ramah. Masalahnya Seojoon kelewat stres gara-gara kebanyakan tamu di rumahnya.

"Aku hanya datang berkunjung. Apa Aboji baik-baik saja?"

"Apanya yang baik-baik saja?" lenguh Seojoon berkacak pinggang.

Sebelum dia mulai mengomel, Jongseong keluar kamar. Dia mendapati keributan yang dibuat oleh Seojoon. Jongseong pun menarik Jungwoon keluar dari rumah itu.

"Akhir-akhir ini Aboji sensitif. Bagaimana kalau kau bermalam di hotel saja? Aboji sekarang tidur di kamarku," ucap Jongseong pelan.

"Apa?" Jungwoon tampak tidak terima tidak dipersilahkan tidur di rumah itu.

Way Back Home || ENHYPEN AESPA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang