"I'm looking for more this time."
•••••
"Marsha Ariesta?"
Aku mengangkat tanganku saat wali kelasku mengabsen namaku.
Lalu dia kembali menyebut nama murid lain.
"Radeva Saputra?"
Cowok sebelahku tadi mengangkat tangannya. Kini aku tahu namanya.
"Jadi nama kamu Radeva?" Tanyaku.
Dia hanya mengangguk.
"Panggilannya?" Tanyaku lagi.
"Terserah." Jawabnya.
"Radev? Deva? Atau yang lain?" Tanyaku lagi dan lagi.
"Terserah." Jawabnya.
"Oke, aku panggil kamu Radev aja. Gimana?"
"Terserah."
Aku berdecak sebal, "Jawab apa gitu selain terserah."
"Up to you." Balasnya.
"Sama aja kali."
Kini aku menyadari bahwa dia adalah cowok yang menyebalkan, meskipun baru bertemu satu hari. Like it's just first impression though.
"Kamu Marsha kan?" Tanyanya dengan tiba-tiba.
Aku menoleh padanya. "Tadi disebutin kan." Jawabku datar.
"Memastikan." Balasnya.
Aku hanya mengendikkan bahu tak acuh. Lama-lama bisa gila jika aku terus meresponnya.
Setelah itu pun wali kelasku memberikan informasi tentang apa yang kelas kami harus lakukan, seperti membentuk sususan organisasi kelas ataupun jadwal piket. Aku hanya diam saja, tidak peduli. Begitu pula dengan Radeva.
"Kamu tertarik jadi apa gitu nggak di kelas? Ketua mungkin?" Tanyaku lagi pada Radeva.
Dia menoleh sebentar kearahku lalu menggelengkan kepala.
"Kenapa?" Tanyaku untuk kesekian kalinya.
Dia berdecak, lalu menatapku. "Nggak usah kepo!"
Aku tersenyum miring. "Kamu cocok jadi bendahara, galak sih."
"Kamu lebih cocok jadi ketua. Cerewet."
Dia menghela nafas pelan lalu mengacuhkanku.
Sejujurnya aku paling malas untuk berbicara dengan orang asing, apalagi lawan jenis. Tetapi entah kenapa, Radeva membuat semuanya menjadi berbeda.
Mungkin karena dia terlalu menyebalkan, dan berbeda. Bisa dibilang dia masuk ke dalam jajaran daftar orang aneh yang pernah aku temui, meskipun hidupku memang dipenuhi orang-orang aneh.
Hingga akhirnya tak lama setelah itu bel istirahat berbunyi. Kebanyakan siswa-siswi dari kelasku memilih meninggalkan kelas untuk keluar, entah kemana. Aku tidak peduli.
Pada akhirnya hanya tersisa aku dan Radeva saja di dalam kelas. Suasana yang tadinya ramai kini menjadi hening.
Dia nampak mengeluarkan ponselnya dan memasang earphone, lalu ia nampak memutar musik dari ponselnya tersebut.
Aku juga melakukan hal yang sama dengannya. Bukan bermaksud ikut-ikut, tetapi aku memang niat awalku seperti itu.
Before you came into my life
Everything was black and white
Now all I see is colour
Like a rainbow in the sky
So tell me your love will never fade
That I won't see no clouds of grey
'Cause I don't want another
You bring colour to my life babyTak terasa bibirku mengikuti lirik lagu tersebut. Aku juga mendengar bahwa Radeva juga menyanyikan lagu itu.
Aku menoleh kearahnya, dia juga menoleh kearahku. Dia tampak heran, sama sepertiku.
Bagaimana bisa kami mendengarkan dan menyanyikan lagu yang sama? Sangat-sangat tidak diharapkan.
Aku melepas salah satu earphone, Radeva juga melakukan hal yang sama.
"Kamu ikut-ikut aku ya!" Ujarku dengan mata memincing.
Dia memutar bola matanya, "Ngapain coba?"
"Kamu dengerin lagu yang sama kayak aku!" Ujarku lagi.
"Salah?" Dia menatapku malas.
"Iya! Kamu ikutin aku!"" Jawabku.
"Gitu aja lho, ribet!" Balasnya lalu kembali menggunakan earphonenya.
Aku terdiam. Mungkin aku terkesan berlebihan, tetapi memang aku seperti itu.
Aku pun kembali melanjutkan aktivitasku tadi pagi, membaca novel.
"Nggak ke luar?" Tanya Radeva saat aku sedang fokus membaca novel.
Aku menoleh kearahnya. "Nggak, males."
"Kamu sendiri?" Tanyaku balik.
Dia menggeleng. Mungkin jawabannya hanya menggeleng, mengangguk atau mengendikkan bahu saja. Siapa yang peduli?
"Nggak pengen tau sekolah?" Tanyaku lagi.
"Kemarin udah waktu MOS." Jawabnya.
"Terserah lah." Balasku dengan nada malas.
Daripada aku pusing, lebih baik aku diam saja.
•••••
Ok, I'm in love with this story. If there's no one reading this, no matter what, I'll keep writing this story. It's about doing what I like, expressing my feelings through words. I don't care about how much readers that I'll get, I do care about how my story entertains people who willingly read this and maybe get the feeling that I tryna share with.
Ok, I'm done with talking too much.
Gracias🙂
Somewhere, January 5th 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless
Teen Fiction[COMPLETED] "Whoever told you that life would be easy, I promise that person was lying to you." --Kondisi dimana tidak memiliki ekspetasi tentang hal-hal baik yang akan terjadi dan juga kesuksesan di masa mendatang. [Definition of Hopeless] Apakah...