Hallo teman-teman ini cerita pertama dari Tang_kata. Harap maklum ya apabila ada typo dan kekurangan lainnya. Selamat membaca...
>>
Semburat jingga menyorot sempurna ke sisi kiri atas jendela sebuah rumah petak cukup besar.
Menggambarkan bayangan daun yang bersinggungan dengan ranting seakan menyambut datangnya pagi.
Ini adalah hari yang penting bagiku setelah kerja keras mulai menguasai batin kecilku yang ingin meronta meminta belenggu ini cepat berlalu. "pring..."
Pecahan kaca kecil mulai berhamburan tak karuan. Membuat semua orang di rumah melirik kearah suara pecahan beling tajam itu.
"Chris... cepat bereskan serakan beling sebelum mengenai adikmu" Lantang suara dari ibuku terdengar di dapur.
Ibuku tengah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga ini, di bantu Thomas adik keduaku.
Tatapan kosong dan tangan yang selalu menunjuk sisir di atas meja kamar.
Anggelia seraya mengisyaratkan sesuatu namun apa daya seluruh tubuh kaku, bibir bergetar ingin mengucapkan sesuatu.
"Sisir itu?" tanyaku sambil menoleh sesaat sambil membersihkan pecahan beling itu, adik pertamaku ini sangat senang sekali rambutnya di sisir.
Tak usangnya setiap pagi adalah jadwal rutinku menyisir rambutnya sebelum berangkat bekerja.
"Rambut yang bagus, Anggelia sangat cantik sekali seperti putri di dalam dongeng. Gadis berusia sepuluh tahun yang akan menemukan kesatrianya kelak" Tanganku terus menyisir rambutnya yang lurus halus, Anggelia tersenyum riang dan mengepalkan tangan ke dadanya seraya mengisyaratkan sesuatu.
Sesekali aku memaling pandangan menatap wajahnya melihat binar matanya begitu indah.
Namun ada yang membuatku bersalah setiap melihat tatapan gadis kecil itu.
Ia... aku bukanlah kakak yang baik untukmu, aku yang selalu membuatmu terpuruk menatap pedihnya derita dunia. Terlebih aku adalah seorang psikolog yang terbilang mendulang banyak prestasi atas keahlianku.
Sebenarnya keahlian yang aku punya sekarang tidak ada gunanya, bagaimana tidak di luar sana aku banyak mengobati jutaan jiwa yang hilang.
Tetapi adikku sendiri tak aku perhatikan keadaannya, anehnya aku belum bisa menyembuhkan luka yang menyayat dalam kalbu anak berusia 10 tahun ini.
Aku terus menyalahkan diriku sendiri dengan keadaan Anggelia yang menderita down sindrome langka.
Tak terasa aku sudah 15 menit melamun menatap kosong atap rumah tua yang hampir punah digrogoti sunyinya suasana.
Kemudian, aku disadarkan dengan dentingan suara gelas dari dapur menandakan makanan sudah siap saji.
"Thomas cepat bersihkan kotoran di bajumu, ini adalah hari ujian masuk kelas level 5 di sekolah Santya Aulia 01. Ayah tak ingin kalau kau terlihat buruk di depan banyak orang" Thomas lantas segera menyeka kotoran yang tertinggal selepas membantu ibu di dapur.
Ia adalah salah satu anak terbaik di sekolah, kelas level 1-4 di lewatinya dengan sangat baik dengan mendapat penghargaan khusus di sekolahnya sebagai murid teladan tahun ini.
Berkeinginan membuat roket yang akan membawanya berkeliling dunia, bekerja menjadi profesor di NASA pun sempat menjadi salah satu list bucketnya kala itu.
Mataku terus merunduk melihat arloji di tangan pemberian nenek pada natal saat usiaku sembilan tahun, sesekali aku melirik jam dinding di ruang dapur itu mencocokan apakah benar akurat satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANTA
RomanceSebuah kisah percintaan yang tak biasa dan sebuah rasa bersalah hingga tiba musibah. Polemik hingga drama yang menggambarkan sosok tangguh namun luruh. Ganta terjerat persoalan wanita yang membuatnya selalu salah tingkah. Masa demi masa dilaluinya...