Terima kasih sudah setia membaca. Kritik dan saran sangat dibutuhkan. Jangan lupa votenya juga para pembaca setia tang_kata 💕💕💕. Bagian ini masih sambungan dari part sebelumnya ya readers. Selamat membaca 😍😍😍
>>
>>Ia mencoba menghampiriku.
"Dengan tuan Anta?" Gadis itu menunjukku dan aku hanya terdiam kaku.
"Eh, maaf maksud saya tuan Ganta" senyumnya manis semanis gula di pasar kamis heheheh, terlarut melihat senyumnya membuatku gagal fokus.
"Eh.. eh, oh tidak apa-apa. Aku tidak keberatan" Mataku melotot dan terbata-bata menahan rasa grogi saat pertama bekerja, ditambah harus di hadapkan dengan gadis cantik di hadapanku. Rasanya waktu sulit untik dilalui.
Sudah tiga tahun silam aku tak pernah berhadapan langsung dengan wanita lain setelah saat semua itu terjadi. Perpisahan kala itu menyisakan luka dihati yang membuat malamku selalu merasa sepi.
Terlebih lagi teringat saat dia pergi. Tahun 2022 telah menjadi saksi pilu peristiwa itu. Menyiksa batinku dan selalu terikat oleh rindu. Maryam adalah....
"Tuan ini card-flash anda. Jadwal dan semua akses yang tuan butuhkan ada di sana. Tinggal tempelkan pada monitor CRD maka semua informasi departemen ini akan terbuka" Memotong pikiranku sambil mengajukan kartu ke tanganku.
"Oh.. ya. Terima kasih" Masih penyakit yang sama mendadak gagap saat gadis di depanku menuntun berjalan menuju ruang kerjaku.
"Di sini tidak ada jebakan yang harus diwaspadai tuan. Perhatikan saja langkahmu hanya itu yang kami hargai" Gurauan gadis itu membuat jantungku terasa berlari.
"Kamu tidak perlu kaku untuk berjalan dan melihat sekitar. Lulusan terbaik Psikologi di Universitas Indonesia mustahil tak paham dengan perkataanku bukan?" ia melihat dan mengeser layar gawai yang dipegangnya.
Gadis itu mulai serba tahu tentangku. Tapi gadis itu benar juga kenapa aku harus berjalan dengan hati-hati. Aku baru menyadari kalau aku sebodoh itu jika lama tak berjumpa wanita.
Bahkan otak secerdas Albert Einstein pun akan mengalami hal yang sama ketika berada di posisiku. Entahlah, kenapa wanita selalu membuat hati jadi tak terduga.
"Mari ku antar ketempat kerja kita"
"Apa? Kita? eh,maaf. Jadi.." mataku melotot kaget. Wanita itu tertawa pelan melihat tingkahku yang mulai tak karuan.
"Bukan kita, tapi semua karyawan di sini. Ini ruangan unit gangguan jiwa" sambil memperlihatkan ruang tempatku bekerja saat semua karyawan sibuk menggeser layar monitor dengan mimik serius.
"Baiklah tuan, kerjamu di sini bagian psychologist DSM-III. Ini tempatmu, akses akan aktif ketika kamu menempelkan card-flashmu ke monitor"
"Maaf nona, panggil saja Ganta. Hmm.. oh ya, kita belum berkenalan sejak tadi. Jadi aku memanggilmu apa?"
"Dian Clara Hakime, panggil saja Clara"
"Jadi.. kau putri bapak dr. Alan Hakime? Kepala departemen ini? Kupikir kar.. eh..."
Aku langsung menelan ludah dan mulai serba salah di hadapannya. Dia hanya menatapku tersenyum dan pergi meninggalkan aku dari ruangan. Siapa sebenarnya dia? Dan kenapa aku mulai salah tingkah di hadapannya. Apakah mungkin karena aku tak pernah berhadapan langsung dengan wanita sejak tiga tahun lalu.
>>
>>Hari-hariku disini menjadi lebih menyenangkan ketika mengenal Clara. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Clara adalah gadis yang pintar dan ambisius. Bicaranya yang lembut sering kali membuatku nyaman bersamanya. Tidak hanya Clara ayahnya juga dekat denganku. Semenjak bekerja disini ayah Clara sering mengajakku dinas ke luar kota. Berkat keahlian dalam bidang psychologist, aku sering mendapatkan penghargaan dari departemen IPA.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANTA
RomanceSebuah kisah percintaan yang tak biasa dan sebuah rasa bersalah hingga tiba musibah. Polemik hingga drama yang menggambarkan sosok tangguh namun luruh. Ganta terjerat persoalan wanita yang membuatnya selalu salah tingkah. Masa demi masa dilaluinya...