Halo pembaca setia @tang_kata jumpa lagi dibagian 19. Maaf jika masih banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan terima kasih. Selamat membaca 💕💕💕.
~~
~~Mentari tidak bisa bersinar terang saat salju mematahkan pancarannya. Semburat yang memancar cerah pun tak mampu menghalangi salju turun.
Penghangat ruangan semakin berhembus ke seluruh ruangan. Jendela tampak begitu mengerikan. Salju membuatnya tidak sebening biasanya.
Jam makan siang sudah tiba, Loh juga belum ada kabar sejauh ini. Dia belum kembali ke departemen dari tadi. Sekreteris Loh pun baru saja pergi menyusulnya.
Aku berharap semua berkas yang dikirim oleh Sime tadi sampai ke tangan Loh sebelum terlambat. Hari ini aku masih mengemban tugas untuk mencari pelaku kejahatan pada departemen ini. Setelah makan siang aku harus bergegas menemui staf keamanan pusat. Banyak yang harus aku tanyakan akan hal yang mencurigakan.
Termasuk orang yang mengganggu Sime di ruangan pusat keamanan informasi HFPC malam minggu lalu. Tidak peduli siapa orang itu, apapun jabatannya, aku akan menangkapnya. Siapapun itu yang ingin berniat jahat dengan Sime tidak akan aku biarkan hidupnya tenang. Walaupun itu teman, sahabat, ataupun kerabat.
Tanda jam makan siang sudah berlalu tiga puluh menit. Tugas ini membuatku bekerja lebih keras dari biasanya. Sibuk dengan tugas tambahan ini, aku masih enggan beranjak dari tempat kerjaku. Makan siang rela aku lewatkan.
Tiba-tiba saat Sime masuk ruangan, dia terkejut karena aku masih di meja kerja.
“Maaf pak, ini sudah jam makan siang. Bapak harus makan, kalau tidak semua pekerjaan menjadi berantakan dan tidak akan berkonsetrasi bekerja” Sime datang kemejaku.
“Sebentar lagi aku makan. Oh ya Sime, bisakah kamu kirimkan sekarang cacatan grafis perkembangan laboratorium penelitian?” Sime masih terdiam mendengar perintahku.
Aku masih sibuk dengan laptop.
“Sime, apakah kamu dengar. Aku membutuhkannya segera, kalau tidak..”
“Kalau tidak apa? bapak bisa sakit kalau tidak makan. Aku tahu bapak juga tidak sarapan tadi pagi. Kalau bapak sakit siapa yang akan.. eh.. kalau bapak sakit tidak akan ada yang merawat bapak”
“Sebentar lagi. Dua puluh menit lagi akan selesai. Cepat kirimkan datanya”
“Pak! Sepuluh menit lagi waktu makan siang habis. Apakah salah ketika seorang sekretaris mengingatkan bosnya untuk makan? Itupun demi kebaikan dan kesehatan bapak”Seketika aku melihatnya terus mengomel di depan mejaku. Tak menghiraukannya, aku langsung melanjutkan kesibukanku.
“Aku harus menyelesaikan rekapan data ini. Kalau sudah, aku bisa lanjut makan siang”
“Bapak memang keras kepala” Sime langsung memutari mejaku dan menghampiri kursi kerjaku.
Aku terkejut dan langsung berdiri. Kami berdua saling tatap kala pemanas ruangan terus berdesut memaksa udara dingin singgah.
Tatapan Simee terlihat begitu mengkhawatirkanku. Matanya mengeluarkan sejuta amarah sambil mengangkat tangannya. Yang tadinya salah tingkahku hilang, tiba-tiba kembali menyatu menjadi ketakutan. Kakiku bergetar tak mampu menopang bobot tubuh, hingga ingin terjatuh.
Sime mengangkat tangannya seraya mengambil sesuatu di atas lemari belakang kursi tempat aku duduk. Simee mengambil kotak makan berisi bekal makan siang pemberiannya yang aku letakan di atas sana ketika baru sampai. Bekal itu di letakkannya di atas meja dengan raut wajah yang marah.
Aku tahu Simee marah karena mengkhawatirkanku. Terlihat dari tatapannya seperti ada rasa yang mambuatnya cemas.
“Ini! bekal ini aku buat bukan untuk dipajang. Makanlah sekarang juga” tatapannya begitu tajam seperti mau menagih hutang.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANTA
RomanceSebuah kisah percintaan yang tak biasa dan sebuah rasa bersalah hingga tiba musibah. Polemik hingga drama yang menggambarkan sosok tangguh namun luruh. Ganta terjerat persoalan wanita yang membuatnya selalu salah tingkah. Masa demi masa dilaluinya...