Bagian 5

83 33 6
                                    

Halo pembaca setia @tang_kata jumpa lagi dibagian 5. Selamat membaca. Maaf jika masih banyak kekurangan. Kritik dan saran sangat dibutuhkan terima kasih. Happy reading.

>>
>>
Dua tahun sudah aku bekerja di departemen IPA milik ayah Clara. Saatnya dana beasiswa dibuka untuk pekerja terbaik. Ini adalah kesempatanku mendapatkannya tak akan aku sia-siakan impian yang ingin aku capai. Usiaku sudah 27 tahun. Bagaimanapun impianku untuk bekerja di luar negeri dan menjadi ahli psikologi belum tercapai. Thomas akhirnya kuliah di ibu kota menuruti perkataan ayah. Sesal memang ada pada dirinya tapi keluarga adalah segalanya baginya. Berkorban mempertahankan keutuhan walau impiannya terhalang. Pikiran Thomas sudah dewasa aku bangga padanya.

Semenjak dua tahun terakhir Clara masih sering main kerumah, makan bersama keluargaku sambil membantu ibu merawat Anggelia. Ia gadis yang baik, aku juga sudah beberapa kali makan malam di keluarganya. Dr. Alan Hakime dan keluargaku (terkhusus ayah) seringkali menjodohkan kami.

Namun aku masih fokus untuk mengejar beasiswa agar bekerja ke luar negeri.
"Permisi pak, kepala departemen memanggil anda ke ruangannya" jelas sekretaris pak Hakime padaku.

"Ada apa? Proyek luar kota lagi?" tiba-tiba Clara datang kepada kami dan bertanya pada sekretaris ayahnya, sekretaris itu menggeleng tak tahu.
Aku langsung ke ruangannya.

Clara juga ikut denganku karena dia juga di panggil ayahnya. Kami langsung masuk ke ruangan kepala departemen.

Pak Hakime langsung membuka tablet dan menggesernya memperlihatkan kepada kami. Terlihat data density yang menyelimuti kota Bali, titik merah yang berdenyut seperti nadi menandakan titik density. Density adalah wabah kepadatan.

"Kepadatan penduduk?" tanya Clara.

"Kota Bali memang dua pekan terakhir ini mengalami perkembangan density PPDGJ-II sangat pesat. Kita perlu ahli distres untuk menanganinya" Aku langsung menjelaskan titik merah di tablet pak Hakime

"Tapi kami unit DSM-III, kenapa harus menangani kasus unit lain?"

"Kemana sektor unit PPDGJ-II? Aku menyambung pertanyaan Clara.

"Semua ahli unit PPDGJ-II di departemen ini pergi ke Afrika memenuhi panggilan WHO. Terjadi density tingkat aktif di sana memaksa untuk saya mengirimkan semua ahli PPDGJ-II. Jadi, hanya bagian gangguan jiwa yang dapat mengatasinya dan itu unit DSM-III yang bisa membantu. Departemen ini sangat mengandalkan kalian berdua "

"Tapi yah, kami perlu memahami ambivalensi, variasi efek, anhedonia, dan juga erofii. Kami perlu waktu cukup lama untuk itu"

"Tenang Clara, aku akan berusaha memahaminya. Aku belajar unit PPDGJ-II saat kuliah"

"Baiklah aku akan menugaskan kalian. Besok kalian segera bersiap utuk ketitik density. Akses keperluan akan aku siapkan. Ganta, departemen mengandalkanmu semoga kalian berhasil" Pak Hakime bicara sambil menatapku dengan penuh keyakinan.

Keesokannya kami bersiap terbang ke Bali memenuhi misi yang diberi. Ini pekerjaan yang susah bagiku, karena menangani sesuatu yang bukan keahlianku. Tapi aku dan Clara yakin akan menjalankannya dengan sangat baik. Setibanya di Bali, saat itu kami langsung memulai pekerjaan. Lalu menemui departemen kesehatan khusus di sana. Meminta kumpulan data, pekerjaan kami menjadi lebih mudah dibantu dengan teknologi canggih fitur terbaru.

Kami bekerja keras saat itu bahkan untuk beristirahat membuat kami tak mampu oleh tugas ini. Dua minggu lebih kami habiskan waktu untuk menangani wabah density tanpa henti. Clara sempat demam saat tugas kami berangsur selesai. Kemudian kami berhasil menyelesaikannya dan mendapat penghargaan dan goldcard dari walikota Bali. Kartu itu berisi akses bebas untuk kita melakukan apapun dengan menempelkannya pada sensor robotik pada hotel, tempat belanja, wc, dan sebagainya. Kartu itu hanya berlaku di Bali saja. Kami pun melepas penat dari pekerjaan yang membuat batin memilu.

GANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang