Warning!
Mohon semua bijak, cerita pertama admin ini mature, jika tak suka lewati saja.
Mengandung banyak unsur dewasa. Jadi tidak disarankan untuk kamu yang merasa di bawah 21 tahun. Mohon bijak dan mengerti. Ditunggu vote and comment. Terima kasih.
***
"Apa kamu pikir aku sudah lupa dengan perbuatan kamu? Tidak mungkin seorang gadis lupa dengan perbuatan orang yang memaksanya berbuat nista. Seorang gadis seperti aku tidak akan bisa melupakan derita seperti itu seumur hidupnya. Lalu bagaimana mungkin aku akan menghabiskan sisa hidupku dengan orang seperti kamu? Katakan bagaimana?"
Hening tanpa sepatah katapun terucap. Tatapan yang kosong dan cenderung acuh tak acuh. Diam adalah pilihan yang tepat. Raka melakukannya agar tak melukai hati gadis yang sedang emosi di hadapannya. Ia tak tahu mengapa ajakannya untuk menikah akan berakibat fatal dan merusak suasana.
"Aku heran kenapa kamu tidak malu meminta ku menikah dengan mu. Dimana letak pikiran kamu? Semakin lama, sepertinya aku semakin tidak mengenal kamu. Aku hanya mengenal kamu sebagai bajingan yang mengotori hidupku"
Umpatan berlarian, beriringan dengan guyuran air mata. Melepaskan segala derita dari akar hingga ke puncak. Tapi tak lepas. Tak lega. Tak ada reaksi, padahal aksi sudah sejauh ini.
"Aku tidak butuh tanggung jawab! Untuk apa aku hidup dalam bayang-bayang kamu. Menyakitkan! Sama seperti menabur garam di luka ku yang bahkan masih basah. Apa kamu tahu bagaimana perasaan wanita yang diperkosa? Apa kamu tahu heh? Saat itu dunia ini adalah neraka, perasaan ingin mati, seperti sampah yang terbuang, begitu hina. Kamu bahkan tidak pernah bertanya betapa sakitnya itu, yang ada di pikiranmu hanya memuaskan birahi. Lalu kamu bilang itu cinta? Membuat geli saja. Kamu mungkin seorang dokter muda yang kata orang cerdas, tapi bagiku kamu hanya pria idiot!!"
Reaksi cepat ditunjukkan sepasang mata tajam dihadapannya. Tersulut kalimat yang semakin kasar dan merendahkan. Wajah mendekati wajah. Satu kuat, satu lemah. Walaupun sejatinya keduanya ketakutan.
"Kamu tahu apa yang terjadi terakhir kali kamu katakan 'idiot' padaku? Saat itu dunia menjadi neraka bagimu. Jangan mencoba memprovokasiku dengan kalimat-kalimat keji itu. Aku hanya mencoba bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan. Semua itu terjadi begitu saja saat emosi menguasai jiwaku. Saat aku tidak tahan setiap kali menatap bibirmu yang basah. Lidah kamu, harusnya kamu menjaga lidah kamu. Aku masih baik hati menawarkan tanggung jawab, dan bodohnya aku masih mencintai kamu, cinta!! Bukan birahi! Bukan! Di luar sana, mungkin jutaan wanita yang ditinggalkan pasangannya setelah mendapat malam bersama. Jangan jadi wanita yang tidak bersyukur. Apa artinya seorang gadis tanpa keperawanan? Bahkan janda ada pada tempatnya. Jangan kamu lupakan itu! Aku hanya mengajak kamu untuk hidup bahagia seperti pasangan normal pada umumnya, tujuan akhir mereka adalah menikah. Sudah..."
Lawannya membuang pandangan. Menyembunyikan air mata yang bercucuran.
"Tapi aku tidak sudi menjadi istri mu. Sekalipun kamu sudah mendapatkan semua dariku, bukan berarti kamu bisa mengatur hidupku. Aku akan cari jalan ku sendiri. Dan.. aku sudah tidak punya perasaan apa-apa lagi."
Ia pergi menjauh. Tatapan tajam dan beringas itu melunak, tertegun, kemudian pasrah. Tak ada cengkeraman menahan seperti biasanya. Kali ini ia membiarkan gadisnya pergi. Dalam batinnya bergumam, mengapa cara biadab seperti ini pun masih tidak berhasil meruntuhkan keteguhan hatinya. Ia menyesali sekaligus menyukuri. Seandainya gadis yang berlalu dari hadapannya tidak berusaha lepas dari genggaman tangannya tentu tidak ada tragedi. Tragedi yang mengenalkannya pada kenikmatan dunia.
Kalian tahu, manusia cenderung menahan sesuatu yang dimilikinya untuk pergi. Apalagi jika kepergian itu disertai pemberontakan. Tetaplah tenang jika kau ingin pergi dari sesuatu, terlebih dari seseorang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Scratched-END
Romance"Kamu tidak butuh aku lagi? Kamu tidak butuh laki-laki yang telah mengambil 'perawanmu'? Jangan salahkan aku kalau membuatmu membutuhkanku lagi mulai sekarang. Aku sudah seminggu menantikan tubuhmu, sayang." -Raka- "Aku sudah melupakan semuanya. Aku...