Hallooh.. Thor yang baek hati dan tidak sombong balik lagi. Maap part kmaren bikin kepo, kalo yg ini bikin kepo lagi ga ya?
Maap ya sering ga sengaja kepencet publish n kasih PHP hihihi
Baca, komentar, vote, cuma itu aja modalnya biar thor ga patah hati terus masih semangat ketik2 manja ala Snowwhite.
***
Raka mondar mandir di depan IGD, cemas setengah mati, Asya di dalam sedang diberi pertolongan, ia tak diperkenankan masuk meskipun profesinya terbiasa menghadapi situasi ini. Yah ini bukan rumah sakit tempatnya bertugas. Raka merasa bodoh dalam profesinya karena tak bisa melakukan apapun.
Ranti, Darius dan Dina duduk di kursi tunggu tak kalah cemas. Ranti melihat putranya mondar mandir dengan kepala menunduk dan mendongak berulang kali, tak bisa diam. Pandangan Ranti pada putranya terlihat gemas, nampak sangat geram, kemudian bangkit meninggalkan putri dan suami di kanan kirinya.
Ranti menepuk bahu Raka, membuat lelaki yang kini menempelkan dahinya ke tembok itu menoleh dan membalik tubuhnya.
"Duduklah..", perintah Ranti.
"Mana bisa, Ma.." Raka menolak dengan cemas, cenderung tak mengindahkan.
"Sikapmu ini tidak membantu.", jelas Ranti.
"Sudahlah, Ma! Biarkan aku begini!" Raka kesal dengan sikap ibunya.
Ranti yang sedari tadi menahan kesabaran menjadi semakin gemas dengan tingkah putranya. Tak heran ia terprovokasi oleh sikap Raka, kemudian menumpahkan emosi terpendamnya.
"Mama kecewa padamu!"
Raka diam. Mulai bertanya-tanya maksud ibunya.
"Kamu yang membuat Asya begini!"
Raka menoleh, penasaran sekaligus jengkel dengan tuduhan ibunya.
"Apa maksud Mama??"
Plak!! Suara tamparan Ranti cukup jelas dan terdengar panas menyambangi pipi kanan Raka.
"Jangan pura-pura bodoh! Kamu pikir Mama tidak tahu apa yang kamu lakukan semalam heh??"
"Ma, mama..??", Raga tergagap.
"Ya! Mama tahu perbuatan bejatmu!"
***
Ranti menaiki tangga. Tanpa seorangpun tahu ia selalu memeriksa kondisi Asya setiap malam, ia tahu trimester awal kehamilan sangat berat. Mungkin keponakannya kesulitan tidur.
Baru saja kakinya sampai di depan pintu kamar Asya, jantungnya sudah gerudukan. Samar tapi cukup jelas di telinganya, suara-suara erotis bersahutan, mengorek-ngorek dan menjijikkan. Ada desahan, lenguhan, perintah, semua membaur jadi satu di telinganya.
"Aaaaaakkkkk... Aakkk... Aakkk"
"Aaahhhh.. Diamlah! Kamu bisa membangunkan mereka. Arrhhggtt.. Ini rapat sekalii Maniiss.. Aaahhh.."
"Aaahh.. Kaaakk... Aaahhh.."
"Nikmat Sayang? Aku aahhhhh.. Milikmuu aahhh.. Adalah milikku.."
Ranti menguatkan hati, sudah dapat ditebak siapa di dalam kamar itu serta aktivitas apa yang dilakukan. Ia yakin tapi tetap ingin membuktikan.
Ranti meraih gagang pintu di depannya, memutar dengan sangat pelan tanpa menimbulkan suara. Terbuka. Ia memberanikan diri mendorong pintu itu pelan sekali, sekedar menciptakan cela kecil yang cukup untuk mengetahui aktivitas panas yang mungkin terjadi di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scratched-END
Lãng mạn"Kamu tidak butuh aku lagi? Kamu tidak butuh laki-laki yang telah mengambil 'perawanmu'? Jangan salahkan aku kalau membuatmu membutuhkanku lagi mulai sekarang. Aku sudah seminggu menantikan tubuhmu, sayang." -Raka- "Aku sudah melupakan semuanya. Aku...