DEG!
Seketika senyuman Asya pudar. Tercekat membentuk cengang, nanar dalam sadar. Matanya terpaku pada kehadiran manusia yang tersenyum lebar di hadapannya. Ludahnya mengering hingga kerongkongannya garing.
Inikah badai itu?
"KEJUTAANN!!"
Asya tercekat. Kedua orang tuanya datang tanpa pemberitahuan. Seperti bencana yang tak disiagakan. Tak ada alarm, sirine, atau bunyi notifikasi.
"MA, MAMA?? PAPA??"
"Kaget ya Sayang?", tanya Surya seraya mengembangkan senyum penuh keberhasilan di wajahnya.
Asya mengangguk-angguk dengan mata lebar yang gusar. Ia meramal bencana macam apa yang segera menimpanya tapi otaknya terlampau tumpul untuk berpikir.
"Kamu kaget sampai papa dan mama tidak disuruh masuk?", Wicak memecah kekakuan Asya.
Asya menoleh ke dalam kamarnya, menyapukan pandangan singkat ke seluruh penjuru dan sudut di dalam kamar itu. Mulai sofa, ranjang, hingga dapur yang hanya terlihat sebagaian. Untunglah tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Asya bisa melonggarkan nafasnya sejenak.
"Ma, masuk Pa, Ma."
Tanpa permisi, Asya segera berlari ke dapur, membiarkan orang tuanya menjejaki lantai kamarnya tanpa dipimpin. Pikiran Asya hanya terfokus untuk menyingkirkan semua hal yang mungkin mencurigakan.
Ah ia melihat susu ibu hamilnya mentereng dengan percaya diri di atas kulkas. Segera ia dekap susu berbagai rasa itu, oven jadi pilihan singkat untuk menyembunyikan mereka. Bra dan baju tidur sexy di jemuran belakang ia masukkan dalam kantong plastik hitam besar, kemudian melemparnya ke keranjang baju kotor.
"Sya! Sedang apa kamu?", panggil Surya yang duduk di sofa setengah berteriak.
"Iya, Ma, sebentar! Asya merebus air untuk kopi Papa!!", teriak Asya tanpa menunjukkan batang hidungnya.
"Wah anak Papa sudah dewasa ya, tahu kebiasaan papanya.", sahut Wicak bangga.
Asya yang teringat Raka segera berlari ke ranjang, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas selimut, kemudian berlari ke dapur lagi untuk mewanti-wanti Raka agar tidak datang.
Cepatlah baca kumohon cepat, Kak! Jangan datang! Jangan datang!
Krieett!
Nasi sudah menjadi bubur. Alih-alih mengharap Raka membuka pesannya, justru pintu kamarnya yang terbuka. Sepasang bola mata kembali tercengang setelah bertatapan dengan dua wajah yang mengandung unsur Asya, wajah Wicak dan Surya.
Raka mendelik lebar seolah bola matanya hendak berganti cangkang. Ini bukan mimpi, bukan pertunjukan sulap, tapi matanya masih tak percaya dengan kehadiran om dan tantenya, di hadapannya.
"Raka?", Surya mengangkat alisnya tak percaya. Muncul perasaan anehnya setelah menyadari Raka masuk kamar putrinya tanpa mengetuk pintu.
"Tan, tante, Om? Apa, apa kabar?"
Raka mendekati dua orang yang membentuk tubuh Asya itu seraya mengulurkan tangannya yang bergetar untuk memberi salam. Ia bingung setelahnya akan bagaimana, mulai bicara dari mana. Sungguh tak menyiapkan situasi ini sama sekali. Baru kali ini ia merasakan suasana kamar kos Asya, yang selalu dalam kekuasaannya, tak ubah wahana rumah hantu. Horor.
Asya yang menyadari kehadiran Raka segera merapat ke belakang sofa, tempat di mana ransel Raka terpuruk tak berdaya. Mereka saling berbalas pandang penuh ketegangan, saling bertanya dalam diam. Lalu buru-buru mengalihkan ke tempat lain saat menyadari Wicak menemukan kontak mata mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/160919386-288-k190867.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Scratched-END
Romance"Kamu tidak butuh aku lagi? Kamu tidak butuh laki-laki yang telah mengambil 'perawanmu'? Jangan salahkan aku kalau membuatmu membutuhkanku lagi mulai sekarang. Aku sudah seminggu menantikan tubuhmu, sayang." -Raka- "Aku sudah melupakan semuanya. Aku...