Belum 21 tahun? Minggir!
Ditunggu vote and commentnya.
***
Raka berdiri di samping ranjang Asya sembari berkacak pinggang. Pakaiannya sudah rapi untuk menepati janjinya mengajak Asya jalan-jalan. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat tubuh kecil yang sedang lelap di atas kasur itu berpose sangat sensual.
Tubuh Asya miring setengah tengkurap. Selembar kain hanya menutup sebagian dadanya sampai persis di bawah pantatnya. Paha mulusnya terumbar, tanpa ia sadari telah menjadi umpan.
Asya tertidur lagi pagi ini. Bagaimana tidak? Semalam Raka tak henti mengajaknya berolahraga ranjang. Bahkan tengah malam ia masih tega membangunkan Asya untuk mau membuka pahanya, menghujam dan menyadarkan Asya dalam kenikmatan. Lalu pagi ini ia masih meminta jatahnya lagi. Luar biasa besar hasrat Raka harus Asya penuhi.
"Coba tadi tidak bilang 'miliki aku sepuasmu'. Kamu tidak akan selelah ini. Hemmph.,", gumam Raka kecil agar tak membangunkan Asya. (please bang, ini gara-gara elu! Gara-gara elu!)
Ia mendekati ranjang untuk memungut selimut yang terpuruk di lantai. Kemudian duduk di tepi ranjang untuk menyelimuti Asya. Tapi seperti yang sudah-sudah, tubuh gadis itu sangat menggoda, sayang jika hanya menjadi konsumsi matanya.
"Ck! Hahh!"
Raka mendecak dan mendesah kesal, berusaha membuang hasrat karena menyaksikan paha mulus Asya memanggil-manggil untuk dijamah. Kemudian bergumam kecil sendiri.
"Baiklah, ini bukan salahku. Sepertinya tidak ada salahnya mencicipi pahamu sedikit, Sayang."
Ya, sedikit.
Raka menunda niatnya untuk menyelimuti Asya. Tangannya kini mulai menjelajah paha Asya yang terekspos bebas. Bergantian paha kanan dan kiri.
Nafas Raka mulai berat karenanya. Pada akhirnya ia harus menurunkan kecupan di sana. Menelusuri paha yang menggoda itu dengan nafsu yang mulai terkumpul pada sesapan-sesapan kecilnya.
"Ssh.. Kamu milikku, Sya!"
Raka mulai gerah, melepas dua kancing teratas kemejanya. Kemudian lanjut memainkan bibir dan tangannya di paha Asya. Sudah bisa dipastikan bahwa miliknya memberontak dan ingin dipuaskan lagi.
"Engghhh.."
Asya membenahi posisinya karena gusar. Raka menghentikan aktivitasnya. Ia sudah seperti maling yang mengendap-endap agar aksinya tak ketahuan pemilik rumah. Kemudian melanjutkan perbuatannya ketika Asya terlelap kembali.
Raka menyantap kembali paha mulus itu. Naik, naik, dan naik hingga hidungnya menghirup aroma khas yang memejamkan matanya, melayang-layang seolah terhipnotis. Ujung hidungnya yang lancip naik turun membuka pintu agar lidahnya bisa segera menyerobot untuk menjilat area kenikmatan itu dengan sangat lembut.
Aromanu sangat memabukkan, Sayang.
"Engghhh.."
Asya mulai mengerjapkan mata, menyadari ada yang bergerak-gerak di bagian bawah tubuhnya.
Ia kaget bukan kepalang saat menyaksikan kepala Raka bergerak-gerak di selangkangannya. Terasa sekali lidah Raka mengorek miliknya sangat intens, sementara pahanya digerayangi elusan lembut.
"Aaah!! Kak Rakaa! Jangaann!"
Lelaki yang dipanggil namanya itu mendongak. Melihat kekesalan di wajah kekasihnya. Menelan ludahnya untuk meninggalkan bagian merah muda yang sedang dinikmatinya. Kemudian menutup bagian itu dengan selimut yang tadi dipungut. Yah, mau tak mau ia harus menyerah, memberi kesempatan gadis ini beristirahat. Lagi pula Asya menolaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Scratched-END
Romance"Kamu tidak butuh aku lagi? Kamu tidak butuh laki-laki yang telah mengambil 'perawanmu'? Jangan salahkan aku kalau membuatmu membutuhkanku lagi mulai sekarang. Aku sudah seminggu menantikan tubuhmu, sayang." -Raka- "Aku sudah melupakan semuanya. Aku...