Tumben thor tengah malam up? Yah, sedang ingin saja, lagi ga ada kerjaan hahaha
Jangan lupa nanti klik backsound ya biar lebih nyessss...
***
Suasana kamar Ranti bertabur emosi.
"Aku mencintai Asya."
Darius menatap wajah tegang putranya. Nafasnya cukup tenang meskipun amarah menguasai hampir seluruh wajahnya. Ia tak habis pikir dalam situasi kacau ini anaknya masih bisa mengucap kalimat kekanak-kanakan tentang perasaannya pada Asya.
"Perbuatanmu pantas dikatakan sebagai laki-laki hah?", Darius bertanya sembari merendahkan kepalanya, mencari wajah Raka yang menundukkan pandangan.
Raka diam, tak mampu menjawab pertanyaan ayahnya. Ia teringat bagaimana ayahnya selalu mengajarkan agar memperlakukan wanita dengan baik. Bukanlah seorang laki-laki yang memperdaya wanita agar jatuh dalam pelukan dengan sebuah pemaksaan, tapi ia telah melakukannya.
Tangis Ranti mengalir di atas ranjang. Ia tak kuasa menerima kenyataan, anaknya telah menghamili keponakannya sendiri, lebih tepatnya memperkosanya hingga hamil. Ingatannya kembali pada pertanyaan Raka seputar pasiennya yang mengalami pemerkosaan, menggiring pada kenyataan bahwa putranya tak hanya sekali memperdaya Asya.
"Kenapa harus Asya, Raka?? Kalaupun ini harus terjadi, kenapa bukan gadis lain?", Ranti meremas dadanya sendiri, menahan perasaan kecewa yang sangat dalam seolah tak berdasar.
Raka mengangkat wajahnya, menemukan wajah Darius yang siap menghancurkannya. Namun ia tetap berusaha tenang seperti tak terjadi apa-apa, berusaha tegar, membentuk wajah lelaki yang siap bertanggungjawab tanpa takut apapun.
"Aku memang bersalah, tapi aku tidak menyesal melakukannya Pa, karena aku mencintainya."
Bug!!
Raka terkapar saat kepalan Darius menempeleng pipi kirinya. Ia tidak menyangka putranya mengucapakan hal tak pantas yang memanaskan telinganya. Bisa-bisanya putranya mengatakan tidak menyesal setelah menodai anak gadis orang. Apa yang salah dengan didikan yang sudah ia berikan.
"Bangun kamu!", perintah Darius serius.
Raka mencoba berdiri meskipun tubuhnya belum bisa diseimbangkan. Pipinya merah dan memar akibat pukulan Darius yang kuat dan berat.
Darius merenggut kerah kemeja Raka, mengalirkan emosi di setiap jarinya untuk memberi pelajaran bagi putranya yang sudah sangat kelewatan, mempermalukan keluarga di hadapan keluarga.
"Kamu pikir kamu siapa hah?? DIA ITU ADIKMU!!", Darius membentak, menggertak Raka semakin mengurangi jarak tubuh mereka.
"Dia hanya sepupu.", Raka menjawab dengan berani.
"KAMU MEMALUKAN, RAKA!!"
Darius merasa perilaku Raka semakin menjijikkan, tak ragu mengakui kesalahan, mengungkap cinta pada seorang yang telah dianggap saudara.
"Aku akan menikahinya."
Raka semakin menunjukkan percaya dirinya. Yang ia tahu saat ini hanya menikahi Asya, cara untuk memiliki jiwa raga gadis yang dicintainya secara utuh. Tak peduli rintangan yang ada di depan langkah mereka, termasuk rasa malu orang tuanya pada saudara mereka sendiri.
"Kamu akan dibunuh Elan dan Mas Wicak!", ancam Darius semakin mengeratkan renggutannnya.
"Papa tidak akan membiarkanku dibunuh kan??"
Bug!! Bug!!
Bercak darah segar mulai menghiasi kemeja Raka, darah yang mengalir dari ujung bibirnya akibat pukulan demi pukulan Darius. Raka tak melawan, lebih tepatnya tak berani melawan. Merasa pantas diperlakukan begini, seolah ingin mengurangi tanggung jawabnya dengan menerima perlakuan yang sepantasnya dierima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scratched-END
Romance"Kamu tidak butuh aku lagi? Kamu tidak butuh laki-laki yang telah mengambil 'perawanmu'? Jangan salahkan aku kalau membuatmu membutuhkanku lagi mulai sekarang. Aku sudah seminggu menantikan tubuhmu, sayang." -Raka- "Aku sudah melupakan semuanya. Aku...