Bagian 35 Cara Tedy Atau Raka

27.3K 1.1K 98
                                    

Asya berlari keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh, ada ponsel dan selembar rupiah biru dalam genggaman nya. Ia berlari padahal tak ada yang sedang membuntuti, menghampiri abang penjual makanan yang memarkir gerobaknya di salah satu tepi perempatan, betransaksi di sana.

Asya kembali ke kamar dengan gerakan penuh kewaspadaan, seperti orang yang dikuntit. Matanya was-was dalam ketakutan. Semacam tak ingin disadari keberadaannya, takut ada yang tahu kegiatannya.

Asya menjatuhkan sebuah kantong plastik putih di meja, di depan sofa yang diduduki. Ia mengeluarkan isi kantong plastik pembeliannya, sekotak plastik mika berperekat staples dengan isi berwarna kuning muda.

Air liur Asya mengering ketika menatap makanan yang telah dibelinya. Matanya berkaca-kaca lalu tiba-tiba teringat Raka.

Asya membuka notifikasi Whatsapp dari Raka. Banyak karena memang tak dibuka sejak kemarin. Semua tentang kecemasan akan keadaannya. Asya tak ingin membalas. Sudah cukup kepedihan yang Raka sematkan pada tubuhnya. Ia ingin berhenti membahas hidup dengan nama Raka terkandung di dalamnya.

 Ia ingin berhenti membahas hidup dengan nama Raka terkandung di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan aku, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maafkan aku, Kak. Hiks.."

"Aku harus membuang anakmu. Aku tidak bisa membiarkan anakmu merusak masa depanku. Hikks.."

Asya menggigit bibir bawahnya, sebuah tanda sesal. Namun ia tak akan mundur. Ia tak boleh menyesal atas keputusan yang telah dibuat. Semua demi masa depan indah dalam rancangannya.

"Aku mengingkari janjiku padamu.."

Asya teringat sesuatu, benda lucu pemberian Raka. Ia bergegas menuju lemari, mencari benda kecil yang ia sembunyikan di salah satu sudutnya. Sepasang sepatu mungil yang Raka belikan untuk anak mereka. Asya menemukannya dan air mata mengalir begitu deras saat menyadari kelucuannya.

Mengapa sepatu ini lucu sekali?

Asya menyandingkan sepatu mungilnya di samping makanan bermika di atas meja. Matanya memandangi keduanya seolah mereka adalah dua sisi bermusuhan yang harus dirujukkan. Sementara tangannya mengusap lembut perutnya.

Scratched-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang