4. Bubur Ayam

2.6K 324 97
                                    

Hari minggu, hari bebas para atlet bulutangkis. Termasuk Jenny. Sudah terhitung empat hari ia berada di pelatnas ini, dan hari-harinya benar-benar menyenangkan.

Ada kak Greysia yang ramah banget, kak Ginting dan kak Ihsan yang juga asik, kak Kevin dan Kak Gideon yang bikin berdecak kagum setiap latihan, dan Kak Jojo yang bikin jantung Jenny ngamuk-ngamuk setiap saat. Dia bener-bener gak baik buat kesehatan!

Sebenernya masih sangat banyak atlet hebat lainnya, tapi Jenny belum sempat kenalan. Goalsnya sih, menjadi atlet sukses yang punya banyak teman kelak.

Sarapan hari ini, Jenny berencana akan mencari makanan keluar pelatnas, walaupun baru empat hari berada disini tapi Jenny sudah mulai bosan dengan makanannya. Niatnya mencari junk food, namun gerobak bertuliskan 'Bubur Ayam Mang Jamal' menarik perhatiannya.

"Buburnya satu, Mang!" Jenny langsung duduk di kursi kayu panjang tepat di belakang gerobak Mang Jamal.

"Dua, Mang!"

Suara dari arah sebelah membuat Jenny tersentak. Jojo berdiri disana dengan kaus putih polos dan celana training yonexnya. Otot-ototnya tercetak jelas di kaus itu, ditambah dengan warna putih membuatnya terlihat bersinar dibawah cahaya matahari.

"Boleh gabung kan, dek?" Jojo memang bertanya, tapi seakan tidak butuh jawabannya ia langsung duduk di sebelah Jenny. "Sendirian aja?"

Jenny gugup, dalam hati ia merutuki dirinya yang selalu gugup jika berada di sekitar Jojo.

"Iya aku bosen kak makanan pelatnas."

Jojo tertawa pelan, "Padahal baru juga di pelatnas kan ya?"

Mendengarnya, Jenny hanya merespon dengan tawa canggung. Matanya hanya mengamati Mang Jamal menyiapkan bubur ayam untuk mereka berdua, sama sekali tidak berani menatap balik Jojo.

Keheningan terjadi selama beberapa detik, Jojo membuka suara. Berusaha mencairkan dinding es diantara mereka.

"Gimana sama dropshotnya? Udah bisa? Atau masih ada yang perlu ditanyain?"

"Eh iya bisa kok kak."

"Ohya? Kalo gitu besok bisa dong ya kita latihan bareng lagi?"

Jenny menoleh, menangkap mata Jojo yang memandanginya sedari tadi. Mata itu indah, Jenny seakan tenggelam di dalamnya.

Jenny mengerjap-ngerjapkan matanya, tersadar pada apa yang baru saja ia lakukan. Cowok berkaus putih itu hanya terkekeh, "Jadi gimana, dek?"

"Bukannya pasangan latihannya random ya kak? Terserah pelatih?"

"Ah, itu mah gampang."

"Tapi besok kan belum tentu aku satu lapangan sama kak Jorji."

Jojo mengernyit, "Ha? Maksudnya?"

Jenny menggaruk tengkuknya. Bingung, bukannya kak Jojo sengaja minta tukeran sama kak Ihsan biar bisa satu lapangan sama kak Jorji?

"Enggak kak, lupain aja."

Mang Jamal datang dengan dua mangkuk bubur ayam yang mengepul panas. Jenny menyambutnya dengan cepat. Bukan apa, perutnya sudah benar-benar keroncongan.

Sama halnya dengan Jenny, Jojo juga menyantap buburnya dengan lahap. Menciptakan keheningan lagi diantara mereka.

"Jadi, sejak kapan lo main bulutangkis?"

Suara itu membuat Jenny menoleh. Jojo masih berkutat pada makanannya, tapi Jenny tahu pasti, Jojo lah yang baru saja bertanya padanya.

"Dari umur 6 tahun kak."

VOIR | Jonatan ChristieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang