14. Bahagia itu Sederhana

2K 285 245
                                    

Pagi ini atlet badminton menjalani latihan di lapangan pelatnas. Jenny terus memukul shuttlecock dengan raket ditangannya, kali ini ia berlatih bersama Rina.

Semua masih terasa seperti mimpi baginya. Kejadian semalam, perkataan Jojo, tatapan cowok itu, potongan kue pertama, dan banyak hal-hal lain yang kini memenuhi kepalanya. Bahkan Jenny sampai tidak fokus latihan pagi ini.

Dan hari ini pun, Jenny masih dibuat gugup karena Jojo yang memerhatikannya sejak tadi. Jarak mereka cukup jauh, namun Jenny bisa melihat bagaimana cowok itu selalu menaruh perhatian padanya.

Dan moment dimana Jenny memberanikan diri menatap balik, saat itulah ia merasakan gugup yang semakin memuncak. Jojo tersenyum sangat manis padanya.

Setelah 3 jam berlatih, coach akhirnya mengizinkan mereka untuk menyudahi latihan pagi ini. Jenny menuju ke pinggir lapangan dan mengelap tubuhnya yang telah dibasahi keringat. Bersama dengan Rina dan Kintan disebelahnya.

"Jen, perasaan gua aja atau memang bener, kak Jojo ngeliatin lo daritadi, iya gak sih?" Rina yang belum tahu apa-apa tentang hubungan Jenny dan Jojo bertanya dengan kernyitan dalam di dahinya.

Pertanyaan itu disambut senyuman lebar oleh Kintan, satu-satunya yang tahu bagaimana perkembangan hubungan Jenny dan Jojo saat ini.

Jenny melirik pada Jojo. Sebenarnya ia sudah merasakannya sejak tadi. Tapi selalu menyanggahnya karena merasa itu hanya perasaannya saja. Namun kalau Rina sampai bertanya, apa Jojo memang seintens itu melihatnya sampai Rina pun ikut sadar?

Jenny langsung menunduk malu, ini Kak Jojo kenapa sih. Dia bakalan semakin gak fokus latihan kalau diliatin terus kayak gini!

Terlalu sibuk dengan pikirannya, membuat Jenny tidak sadar kalau Jojo telah melangkah menghampiri mereka.

"Hai, dek." Cowok itu duduk tepat disebelah Jenny, kemudian meneguk sebotol minuman dengan sekali tarikan napas. Ia terlihat sangat kehausan.

"Eh, hai kak." jawab Jenny masih dengan kepala yang tertunduk.

Jawaban itu, berhasil menjadi tanda tanya besar di kepala Jojo. Membuat cowok itu mengernyit bingung.

Jojo kemudian memegang dagu Jenny dan mengangkatnya, berusaha menyejajarkan mata mereka. Ketika mata itu telah bertemu, Jojo tersenyum dengan lembut.

"Kenapa panggil kak lagi, hm?" Jojo meneliti wajah dihadapannya, menatap dengan sangat lembut, "Kemarin udah panggil Jo aja." lanjutnya.

Jenny terdiam. Sial, Ini semua karena tadi malam Jenny memanggil Jojo dengan nama dan tanpa embel-embel kak didepannya.

"Gak enak kak, kakak kan lebih tua dari aku. Gak sopan dong kalo aku panggil nama aja," jawab Jenny seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yah, santai aja kali, dek. Gua malah seneng dipanggil nama aja. Kesannya kayak kita deket gitu," ucap Jojo yang diikuti senyuman lebar setelahnya.

"Eh kita kan emang deket ya." lanjut cowok itu seraya terkekeh pelan.

Jenny tersenyum canggung, entah apa yang dimaksud oleh Jojo. Apakah dekat dalam artian jarak atau dalam arti lain. Entahlah, yang jelas Jenny benar-benar senang dibuatnya. Namun, Jenny berusaha menutupinya dan berdeham mengalihkan topik.

"By the way, kak Jojo kenapa nyamperin aku?" tanya Jenny.

"Emangnya harus ada alasan untuk nyamperin kamu, hm?" Bukannya membalas, Jojo malah balik bertanya.

Jenny kaget, "eh, bukan gitu maksudnya kak." Jenny langsung menundukkan pandangannya merasa tak enak.

Jojo terkekeh geli melihat Jenny. Sambil mengacak pelan rambut Jenny, cowok itu berbisik, "Jen, nanti malem gua tunggu jam 7 di depan ya. Yang cantik!"

VOIR | Jonatan ChristieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang