"Lo gak tidur?" Tanya gue kaget.
Malu anjir. Udah ketahuan nangis didepan dia. Gue mau loncat dari balkon aja rasanya.
"Gak. Gue cuman pejamin mata aja. Lo nangisin gue kan?" Tanyanya yang membuat gue membuang muka.
Iyalah gue nangisin lo.
Beberapa detik kemudian, gue mukulin dia pake bantal.
"Lo kenapa gak tidur aja sih? Kenapa ngeliat gue nangis? Tidur aja kan bisa!" Omel gue.
"Aw aw. Sakit Kania"
"Bodo!"
"Lo ngapain kesini? Emang kita temenan?" Tanyanya yang bikin gue murung lagi.
"Udah dong marahnya. Jangan lama-lama. Gue kesepian tau karena lo gak sekolah beberapa hari ini. Gak ada yang bisa gue ajak ngobrol." Ucap gue memelas.
Dia membuang mukanya dan gak ngerespon apa-apa.
"Ih kan masih marah aja! Iya gue tau lo babak belur karena gue. Tapi gue harus apa biar lo maafin gue? Gue bingung."
Dia masih gak ngerespon.
"Yaudah gue pulang aja. Lo gak ngerespon gue. Berasa ngomong sama angin." Ucap gue kesel sambil berdiri.
"Lo ya. Kenapa sekarang lo yang ngambek?" Tanyanya.
"Ya karena lo gak mau maafin gue! Gue harus apasih biar lo mau temenan lagi sama gue?"
Dia diem lagi.
Gue mengambil tangannya dan menempelkannya ke jidat gue.
"Gue minta maaf. Gak mau tau. Lo harus maafin. Gue udah nyalim lo. Please jangan marah-marah sama gue."
"Pfffthh"
Gue melihatnya dan dia nahan ketawa sampe mukanya merah.
"Puas kan lo? Sekarang maafin gue. Gak mau tau."
"Kenapa sih gue gak bisa marah-marah sama lo? Aturannya gue gak mau ngomong sama lo selama sebulan." Ucapnya.
"Sebulan? Gila lo ya. Tiga hari gak ngomong aja gue udah kesepian banget. Apalagi sebulan."
"Iya iya. Gue maafin."
"Yeey gitu dong. Btw, muka lo masih bonyok. Masih sakit ya?"
"Denyut dikit-dikit."
"Uhm, kemarin lo diapain aja sama dia?" Tanya gue.
"Dia cuman nonjok kepala gue."
"Bohong." Tuduh gue.
"Buat apa coba gue bohong?" Tanyanya.
Gue langsung mengangkat kaos yang dikenakannya. Dan ada perban disitu.
"Kania! Apaan sih buka-buka baju gue?" Katanya sambil menurunkan bajunya kembali.
"Itu kok ada perban?" Tanya gue.
"Ya gak apa-apa. Iseng doang naruh perban di perut."
"Kenapa sih bohong terus? Itu bekas tusukan Jin kan?" Tanya gue yang membuat dia terdiam.
"Itu cowok brengsek bener-bener ya! Liat aja besok gue bunuh!" Ucap gue emosi.
Jungkook cuman senyum.
"Gue udah baik kok. Ini gak sakit sama sekali. Biasa aja."
"Ya kan tetep aja. Kesel banget gue sama dia! Berani berani nya dia mukulin temen gue." Ucap gue sambil menghentak-hentakkan kaki ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd- Jeon Jungkook
FanfictionYou're a nerd with rabbit teeth, cutie smile, sexy red lips and I love you.