6; We Meet

6.8K 828 4
                                    


Kini Sore menjelang malam. Dan mereka bertiga masih berjalan disuatu perkampungan dengan pepohonan yang lebat. Itu tandanya, Perjalanan mereka akan menuju ke Hutan.

Sesuai peta, Memang benar. Perjalanan dari Frederick ke Dinesh melewati hutan.

"Hyung, Ini sudah senja. Kurasa kita harus bermalam dulu disini. Kalau kita lanjutkan, Maka nanti bisa bahaya." Usul Felix.

"Kau benar. Baiklah, Kita beristirahat dulu disini." Kata Seokjin.

"Aku melihat Gubuk disana!" Tunjuk Namjoon.

Seokjin dan Felix juga melihat adanya Gubuk disana.

"Baiklah, Ayo kesana."

.

Dalam sekejap Suga telah sampai di Frederick. Walau ini sudah senja dan agak gelap, Indra pengelihatannya sangat Bagus.
"Aku merasa bahwa dia ada disini, Tapi--"

Suga memegang dadanya sendiri. Ia merengut kebingungan.

"Tapi kenapa aku bisa merasakannya? Bukannya aku tak ada hubungan dengan Kim Namjoon?"

Suga menggeleng pelan. Ia menyingkirkan perasaan itu. Lalu ia kembali fokus pada jalan yang ia tuju dengan kudanya.

.

Beruntung mereka berada didalam Gubuk ini. Karena disini seperti Rumah yang terbengkalai-- Masih ada beberapa alat dapur yang dapat digunakan untuk memasak dengan kayu bakar. -Yang pastinya sudah dicuci.

Namjoon dan Felix sempat mencari bahan-bahan untuk dimakan disekitarnya. Dan mereka cukup banyak mendapatkan bahan.

"Aku akan coba masak... Em, Apa kalian suka sejenis Sayuran?" Tanya Seokjin.

"Ah, Aku tak menyukai itu." Gumam Namjoon.

"Aku sangat suka itu." Jawab Felix.

Seokjin tersenyum. "Baik, Aku masak Sayur saja."

Namjoon menghela nafas. "Hyung, Aku tak suka itu."

"Kenapa?"

"Ya, Tidak suka."

"Lalu kau mau makan apa?"

Namjoon merogoh tasnya, Disana ada beberapa bekal buah yang disiapkan dirumah Bibi Kim.

"Aku makan buah saja."

"Apa kau yakin kau akan kenyang?"

"Ya."

"Terserah."

Seokjin memotong beberapa sayuran, Felix membuat bumbu masakan. Namjoon asik makan sembari melihat mereka berdua.

Kalau Namjoon melihat Felix, Rasanya ia mengingat sang adik, Jimin. Dulu, Ia sangat pemalu- tidak, Pokoknya persis seperti Felix.

Tak banyak bicara, Tapi pintar dan semua hal yang ia lakukan selalu baik.

"Whoah, Felix. Kau pandai memasak ya? Sayurnya enak!" Puji Seokjin.

Felix berbinar. "Oh, Iyakah? Terima kasih! Hehe, Aku hanya sering melihat Ibuku memasak sayur dengan Bumbu seperti ini."
Seokjin mengangguk paham. Ia asyik mengobrol dengan Felix. Mereka bercerita tentang masakan dan sejenisnya.

Namjoon masih makan Buah, Ia hanya melihat Mereka berdua dalam diam tak mengerti.

"Namjoon, Apa kau tak berniat untuk mencobanya?  Ini sangat enak." Ucap Seokjin sembari memberikan semangkuk sayur.

"Cobalah, Hyung." Kata Felix sembari tersenyum lebar.

Namjoon tak tega menolak, Akhirnya ia menerima mangkuk sayur itu.

Suapan pertama, Hm. Enak -Batinnya.
Suapan kedua, Sumpah Enak.

Terus-menerus dimakan hingga akhirnya Namjoon tak sadar kalau ia menghabiskan dua mangkuk sayur.

"Nah, Enak kan?"

Namjoon minum air, ia mengangguk. "Enak!"

Felix tertawa kecil. Ia kemudian melihat kearah Jendela. Disana suasana sudah gelap. Hanya ada beberapa Bintang.

"Kurasa kita harus tidur, Agar kita bisa berangkat lebih awal." Usul Seokjin.

Keduanya mengangguk. "Baiklah, Ayo tidur!"

.

.

"Aku ingin mencari udara diluar." Kata Chorus. Pengawal sedikit terkejut.

"Yang mulia, Diluar sudah larut malam dengan Udara yang cukup dingin. Sebaiknya anda--"

"Aku tak peduli, Intinya aku ingin mencari udara. Kawal aku dengan 25 Prajurit."

Pengawal itu hanya menurut. Mereka mempersiapkan beberapa kuda untuk menjaga Chorus dalam perjalanan malamnya.

Mungkin ini terbilang langka. Chorus yang biasanya selalu betah didalam Istana yang penuh dengan kepuasan, Ia meminta untuk diantarkan keluar.

Tak ada yang tau alasan kenapa Chorus ingin keluar larut malam.

.

Sekiranya 25 kuda dan pengawal yang Felix lihat dalam jendela Gubuk tua itu.

"Hyung, Disana- Ada Pasukan kerajaan bersama Chorus juga. Matikan lilinnya!" Serunya pelan.

Seketika Seokjin mengerjap dan langsung meniupnya hingga padam dan gelap total.

"Hng? Ada apa?" Tanya Namjoon.

"Ssh, Ada Pasukan Kerajaan dan Chorus." Jawab Felix.

Namjoon tercengang. "Oh, Benarkah? Aku ingin lihat."

Ia menggeser sedikit tubuh Felix, dan kedua matanya benar-benar melihat adanya kuda dan beberapa pengawal entah sedang berjalan menuju kemana.

Kemudian setelah melihat itu, mereka bersembunyi dibalik tembok.

"Kenapa Chorus berkeliling malam-malam begini?" Gumam Felix.

"Ah. Kau benar, Itu sebuah pertanyaan yang cukup misteri. Kenapa ia pergi ke Kota Frederick? Bukankah Kerajaanku dulu berada di Kota Bangtan? Jarak antara Bangtan dan Frederick lumayan jauh. Kurasa ia menggunakan portal." Sahut Seokjin.

Namjoon menghela nafas. "Oh, Jadi tadi itu Chorus.. " Gumamnya.

"Baiklah, Kita harus terjaga dulu sampai mereka pergi." Pimpin Seokjin.

"Oke. Lagipula aku sudah mimpi Indah dan cukup banyak tidur." Respon Namjoon.

"Ya, Kau terlalu pulas sehingga kau menendangku berkali-kali!" seru Seokjin

Felix tertawa.

"Lalu Namjoon tertidur dengan suara yang cukup berisik. Ah, Sejak kapan adikku jadi tak sopan begini?"

Namjoon tertawa meledek. "Whoahaha, Marah kali, Hyung?"

"Entah, Masa bodo. Aku tak dengar." Cuek Seokjin.

Felix tertawa pelan melihat mereka berdua. Ia kemudian berusaha untuk menoleh kembali ke jendela. Melihat situasi, Tapi kemudian ia melotot kaget.

"Hyung- mereka kearah sini!"

"Apa-!?"

.

.

Seven Prince's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang