Bab 01 anak kecil?

22K 3K 212
                                    

"Mi, pake lipstik yang merah ini loh biar gak di panggil adek terus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mi, pake lipstik yang merah ini loh biar gak di panggil adek terus.."

Aku menatap lipstik yang diulurkan  Erin kepadaku. Pagi ini dia sudah masuk kerja dan langsung mendapatkan curhatanku. Kuambil lipstik itu dan mencoba mengoleskan ke bibir. Tapi langsung aku hapus lagi. 

"Kenapa dihapus?" Erin mengernyitkan kening sambil menata bunga lili yang sebentar lagi aku antar. 

"Ogah gue, kayak habis makan ayam mentah  deh. Hiii."

Kulemparkan lipstik itu ke atas meja. Membuat Erin menggelengkan kepalanya. Teman sekaligus karyawanku  ini memang suka protes dengan penampilannya yang katanya masih kayak anak abg. Lha mau gimana lagi, kemarin pake baju mami juga masih dipanggil adek. Jadi hari ini aku kembali ke pakaian semula. Celana jins sama kaos dan sepatu kets. Itu paling nyaman buatku .

"Katanya kemarin sakit hati sama si Ro...Iro  eh siapa Mi?"

Mendengar itu aku langsung beranjak dari dudukku. Jadi teringat sama pria yang kemarin bilang mau masukin aku ke yayasannya buat sekolah. Kalau gak mikir dia borong bungaku  udah aku bejek-bejek tu cowok. Masa kemarin dia bilang aku bohong terus maksain aku mau disekolahin gitu. 

"Kairo...nama kok kayak ibu kota.."

Erin terkekeh mendengar celetukanku. Tapi kemudian dia menyodorkan beberapa buket bunga kepadaku.

"Nih udah pas. Mau gue apa lo yang nganter?" Erin mengerjapkan matanya.Tapi di hari minggu nan  cerah ini aku gak mungkin melewatkan kesempatan untuk melihat idolaku. Nah iya di pengkolan jalan dari toko ku ada sebuah toko roti. Dan pemiliknya Mas Dani. Pria yang sudah satu tahun ini aku taksir. Ah pokoknya dia tipeku banget lah. Gak putih sih kulitnya sawo matang tapi berwibawa. Pokoknya suka aja. Jadi kalau minggu dia kan ada di toko tuh. Bisa deh aku suka main mata eh enggak bukan main mata sih. Tapi merayu cantik gitu. Bukannya centil sih cuma aku udah frustasi nih. Umur udah 29 tahun kok ya belum dapat laki yang mau nikahin. Katanya aku suruh lulus sekolah dulu. Sedih kan.

"Gue dong. Jadi pake motor lo aja Ya?'

Erin menganggukkan kepalanya dan memberikan kunci motor maticnya kepadaku. Aku gak mau naik angkutan  umum lagi. Kapok selama ini di anggap anak kecil. Pernah tuh hari minggu aku naik  kopaja.  Eh malah dimarahin sama keneknya.  Bilang gini " Adek, hari minggu itu ya dibuat belajar dirumah. Ini kok malah ngelayap." Gemes tahu.

"Ati-ati Mi. Nanti jangan di cium loh si Kaironya. Lo kan masih kecil."

"Ha ha" aku tertawa sarkastik  ke arah Erin mendengar ejekannya. Lalu segera mengambil pesenan dan siap untuk mengantar.

******

"Pagi mas Dani.."

Nah bener kan Dani ada di depan toko saat aku melewati toko roti nya. Biasanya aku juga langganan beliin buat mami sama papi. Kesukaan mereka itu roti lapis.

"Naomi.. mau kemana?"

Kuhentikan  motor matic persis  di depan toko. Dani sudah melangkah ke arahku. Dia menatap buket  bunga yang ada di belakang jok. Kuikat  dengan erat di dalam keranjang.

"Mau anter bunga nih mas."

Dani tampak menatap bunga di belakang lalu kembali kepadaku.

"Nanti rusak loh. Apa mau Mas anter pake mobil?"

Ah dia kok manis banget sih? Meleleh kan ni hatiku. Tapi kugelengkan kepala dengan cepat. 

"Enggak ah mas. Lagian ini cuma deket kok. Pesen roti papinya aj ya dua box. Nanti pulang aku ambil."

Dani langsung tersenyum memamerkan lesung pipinya yang menambah pipinya wajahnya terlihat manis.

"Owh iya bentar.."

Tiba-tiba dia berlari ke dalam toko. Lalu beberapa detik kemudian dia sudah ada di depanku lagi dengan membawa sebuah kertas. 

"Nih harusnya aku mau ke florist kamu Tapi belum sempat."

Kuambil kertas yang..eh  ini kan undangan? Aku langsung menatap Dani. Dia tersenyum malu.

"Iya itu undangan pernikahanku. Datang ya Naomi.. sama pacar juga boleh."

*****

Aku patah hati. Cowok potensial melayang sudah. Bener kata Erin aku gak maju-maju selama 1 tahun ini. Kalau suka ya bilang suka tapi kan aku nunggu sinyal dari Dani dulu

 Huwwweee kok gini banget yak nasibku. Kuhentikan motor matic di depan sebuah rumah mewah. Ini kayaknya alamatnya. Setelah memarkir motor aku ambil buket bunga yang ternyata gak rusak sama sekali meski terkena angin. Syukur deh. 

"Adek.. wah udah di tungguin dari tadi."

Suara itu kembali membuat aku kesal. Itu orang kenapa sih masih manggil aku adek terus?

Saat aku berbalik, pria yang kemarin memesan buket bunga ini tampak tersenyum lebar. Dandanannya sekarang lebih kasual. Dengan kaos dan celana jins. Wajahnya jadi terlihat lebih muda. Eh tapi dia kan emang masih muda. 27 tahun. Tuh kan.

"Ini ya."

Kuberikan buket pesanannya. Dia menganggukkan kepala dan mengambil dari tanganku. Lalu mengeluarkan dompet dari saku celananya. Dan mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu.

"Eh kemarin kan udah lunas pak."

Kutolak saat dia memberikan uang itu. Aku panggil pak biar  dia kesal gitu. Tapi tahu gak reaksinya. Dia malah tersenyum lebar

"Udah gak apa-apa. Buat jajan es krim sana."

Lah kutu kupret.

Aku langsung melangkah mundur. Naik ke atas motor matic dan bersiap menyalakan motor saat tangannya terulur memegang depan motor.

"Lah adek nya ngambek. Beneran gak mau tipsnya  nih. Lumayan bisa ditabung buat beli buku kalau udah mau sekolah lagi."

Triple kutu kupret ini cowok. Dia kagak tahu apa kalau aku lebih tua darinya. Aku langsung melotot ke arahnya. Tapi wajahnya kok ya masih saja terlihat santai gitu. Kayak dia lagi ngomong ama anak kecil. Mending di buat selow  aja deh. Ngerjain kayaknya enak nih.

Kuambil uang itu dari tangannya.

"Ya udah kalau om maksa deh. Mau buat main di time zone."

Dia tersenyum lebar dan kini menganggukkan kepala. "Nah gitu panggil om aja lebih enak. Kamu itu kayak keponakanku yang baru lulus smp kemarin."

Ini orang ngelunjak deh. Makin geram aku. Tapi biarlah daripada nangis keser-keser dia tetap gak percaya. Aku tersenyum dengan manis. "Ok om. Jadi permisi ya."

Tapi dia belum melepaskan tangan dari motor. "Eh bentar tunggu."

Dia berlari masuk ke dalam rumah. Ih dia ngapain sih. Makin membuat suasana hatiku jadi kelabu. 

"Adek nih. Ada nasi kuning sama es krim buat kamu."

Dia sudah ada di depanku lagi dengan menyodorkan bungkusan kepadaku. 

"Eh enggak usah. "

Aku menatap bungkusan itu. Tapi dia memaksa dan menggantungkan bungkusan itu di gantungan yang ada di depan motor. 

"Es nya rasa strawberi. Adek pasti suka."

Ya Allah. Sabar ini ujian.

Bersambung.

Heiho hayuk ramein lagi. Owh iya ke lapak fate juga ya novel baru lagi. 

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang