Bab 17 Kahwin

14.2K 2.2K 89
                                        

OM kai dedek pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

OM kai dedek pov

26 September 2018, di pagi hari nan cerah dengan cuaca berawan. Tapi tetap saja panas. Sepanas hatiku yang kini sedang mengamati 'adeknya' sedang melayani pembeli. Tapi yang bikin cemburu itu karena pembelinya cowok dan sepertinya dari tadi ngelirik 'adeknya' terus.

"Boleh kenalan dong.."

Tuh kan aku hampir tersedak saat menelan nasi uduk yang baru saja aku suapkan ke dalam mulutku. Habisnya lapar. Jadi tadi oteweh ke sini sambil beli nasi uduk di pengkolan jalan. Kata adeknya sih Erin gak masuk karena sakit jadi aku bebas nih nemenin adeknya. Aih senengnya.

"Itu kan udah ada Saras Florist. Terimakasih sudah memesan bunga di sini."
Aku kini bersedekap saat melihat cowok yang sepertinya masih berusia anak sekolahan itu malah kini berdiri di depan adeknya dengan sombong. Aih itu anak minta di sleeding.

"Masa gak boleh minta nama sama nomer telepon."

Nah ngelunjak ini anak. Aku sudah berdiri dan kini melangkah ke arah Naomi dan cowok itu berdiri.

"Yang sopan ya.."

Cowok itu mendengar ucapanku lalu menoleh ke arahku. Lalu tampak terkejut karena dia sepertinya baru menyadari aku ada di sini sejak tadi.

"Owh maaf Om.. maaf..."

Cowok itu langsung berbalik dan melangkah keluar dengan cepat.

"Wuaaa dia takut.."

Celetukan Naomi membuat aku kini menoleh ke arahnya. Lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh rambutnya.

"Kamu kayak anak kecil
Makanya terima lamaranku dan kita nikah. Mungkin saja dengan menikah kamu jadi terlihat lebih dewasa."

Naomi mencibir mendengar ucapanku. Tapi kenapa dia sangat imut ya? Mau marah pun wajahnya tetap menggemaskan.

"Gak ada teori nikah bisa nambah tua.."

Dia kini memasukkan beberapa helai bunga mawar di dalam kertas pembungkus.
Aku mendekat ke arahnya dan kini berbisik di dekat telinganya.

"Bisa.. Kalau kamu bergairah dan katanya sih kalau udah bercinta gitu bisa buat cewek jadi lebih dewasa."

Tentu saja bisikanku membuat Naomi membelalak terkejut. Lalu dia mendorong tubuhku.

"Ih mesum. Wuaaa amit-amit.."

Dia mengetuk-ketuk meja dan bibirn ya komat kamit. Lah dia ngapain coba?

"Adek nya gak percaya sih. Makanya kecil terus."

Aku bersedekap dan kini memainkan alisku naik turun. Dia memberikan wajah jijik kepadaku. Ah tapi tak menpan, mau di lipat di buat kusut juga wajahnya tetap manis dan imut.

"Aku bilangin ke mami sama bunda loh. Kamu ternyata woaaa.."

Naomi menyilangkan lengannya di sekitar dada. Lucu.

"Bunda pingin cepet punya cucu, dan mami juga sama. Jadi percuma kamu bilang ke mereka."

Naomi kini memberengut dan duduk di atas kursi nya. Saat itulah suara pintu terbuka membuat kami menatap ambang pintu.

"Halo Naomi..."

Wajah Naomi langsung cerah ceria. Duh kenapa dia gak bisa begitu kalau melihatku?

"Mas Dani.."

"Hai.. Aku cari bunga mawar putih buat istriku."

Owh ini cowok yang ditaksir si Adeknya. Aku bersedekap saat Naomi tampak tak sebahagia tadi saat di Dani ini masuk.

"Owh ada mas.."

"Ehmm kalau yang baik buat ibu hamil apa Ya? Istriku baru hamil dua mingguan ini sih. Tapi aku seneng."

Dan kalian tahu wahai para pembaca yang budiman? Kalau wajah Naomi sekarang seputih kertas. Pucat.

"Ha...hamil?"

Naomi tergeragap yang membuat wajah si Dani makin cerah.

"Iya hamil. Aku bahagia."

Dan begitulah pembaca dedek imutku ini patah hati lagi sepertinya.

*****

"Ini dek es dawetnya.."

Naomi masih memberengut saat menerima satu gelas gede es dawet. Aku mengajaknya minum es dawet di sini. Tak jauh dari toko karena Naomi sepertinya tidak mempunyai nafsu apapun selain ingin menangis.

"Kamu gak suka karena cowok cem-ceman kamu itu bisa hamilin istrinya?"

Tentu saja ucapanku membuat Naomi menabok lenganku. Dia lalu menyeruput es dawet di depannya.

"Dia itu masa lalu
Tapi kok rasanya sakit.."

Naomi menyentuh dadanya. Kuhela nafasku dan kubiarkan saja. Lah apa istimewanya si Dani itu coba? Ganteng juga aku kemana-mana.

"Kamu suka sama apanya sih ama Dia? Orang tua gitu. Tadi aku liat rambutnya udah ubanan. Kamu masih suka?"

Naomi kini memainkan sedotannya. Dan menatapku dengan menggemaskan. Itu bibirnya duh buat panas dingin.

"Nih ya mata lebih tajam aku dia apa sipit kayak gitu. Kalau lihat kamu juga gak bakalan kelihatan. Terus tuh hidungnya juga kayak kue apem yang udah kamu gigit, kecil. Nih lihat punyaku mancung."

Kutunjuk hidungku membuat Naomi mencibir.

"Aku lebih tampan dari si Dani itu. Jadi kenapa kamu gak bisa nerima lamaranku?"
Naomi kini masih menatapku dengan tatapan putus asanya.

"Ceweeek godain kita dong. "
Saat itulah gerombolan cowok yang baru saja masuk ke dalam kedai ini menggoda Naomi
Tentu saja aku kesal. Tapi Naomi kini langsung berpindah ke sampingku.

"Emang aku kayak anak kecil banget Ya?"

Kuanggukan kepala "banget.. "

Dan wajahnya sudah mau menangis. Belum lagi dari seberang kami gerombolan cowok-cowok tadi sudah melambaikan tangan dan mengedipkan mata ke arah Naomi. Yang membuat Naomi makin merapat ke arahku. Lalu kemudian dia berbisik di telingaku..

"Aku mau nikah sama kamu. Asal kamu bisa buat aku kelihatan dewasa..."

Bersambung

Hayoh apa yang dilakukan Kairo mendengar Itu?

Koprol

Guling-guling

Atau nangis?

Wkwkwkwkw pokoknya deh ya..

Vote ment yang banyak..

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang