Entah aku harus merasa bersyukur atau mengeluh. Aku Naomi Saraswati, seorang wanita dewasa yang sudah berusia 29 tahu, diambang 30 tahun. Masih single, dan mempunyai toko bunga yang cantik. Aku memang orang yang romantis, karena hobiku dengan bunga...
"Bun..langsung nikah aja gimana sih? Gak usah pake acara lamar-lamaran. Jadi langsung sah gitu.."
Aku membenarkan dasi yang melingkar di leher. Aku grogi beneran sumpah. Habisnya kemarin pas mau nganterin adeknya ke bogor aku malah ketiduran di mobil. Jadinya ya kena ngambek adeknya. Terus akhirnya gak jadi kemana-mana. Dia minta pulang. Lha ini udah 3 hari berlalu sejak saat itu. Eh sore ini malah bunda mendadak buat acara mau ngelamar secara resmi. Aduh.
"Maunya kamu itu langsung nikah. Ya gak sopan Kai..lagian nikahnya besok perlu persiapan. Bunda sama ayah maunya kalian menikah dengan romantis gitu."
Bunda kini mematut dirinya di depan cermin. Udah cantik dengan kebaya. Warnanya senada sama ayah. Lagian itu di meja ruang tamu udah rapi dan cantik seserahan. Aku sebenarnya pingin nya semua ngerencanain sendiri. Kayaknya asyik dan romantis kalau beli barang-barang buat calon istri itu berdua. Tapi mau gimana lagi, bunda dengan segala kuasanya.
Tuh kan pertanyaan bunda buat aku jadi galau. Suka iya tapi Naominya aja judes plus galak gitu sama aku. Ntar kalau kesana ditimpuk pake sendal gimana?
Aku memakai jas yang sudah disiapkan. Lalu Ayah sudah berdiri di sampingku lalu menepuk bahuku.
"Kairo. Masa belum maju perang udah kalah duluan. Yang fight dong."
Aku tersenyum kecut sama ayah. Gimana mau di fight-in kalau muka imut gitu. Jatuhnya kan aku kasian. Masa muka imut gitu dipaksa buat nerima? Aku jadi kayak ngerebut permen dari anak kecil tahu.
***** "Akhirnya ya jeng kita mau besanan."
Ucapan maminya adeknya yang kini sudah tersenyum bahagia. Akhirnya aku ada di sini. Duduk di ruang tamu rumah adeknya. Tapi sejak tadi muka imut itu tampak pingin makan aku. Beneran suer.. kayak gini..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia kayaknya masih marah sama aku. Padahal beneran cantik loh. Pake kebaya dengan rambut yang di kepang gitu. Cantik tapi simpel.
"Iya loh gak nyangka ya jeng.. "
Tuh kan bunda mah udah senyam-senyum dari tadi. Lha sini yang dilamar masih kayak gitu wajahnya.
"Ehemm Naomi gimana kamu nak?"
Pertanyaan papinya adeknya tuh bikin aku dag dig dug juga. Sekarang semua mata tertuju pada Naomi.
"Ehmm Naomi mah patuh sama orang tua," jawabnya sambil tersenyum yang dibuat-buat. Aku yakin dia nahan emosi itu.
"Ahhh senengnya. Kalau gitu kita tentuin tanggalnya." Ayah sudah melirikku saat bunda mengatakan itu. Kebetulan ayah duduk di sampingku persis. Beliau mencondongkan tubuhnya ke arahku dan berbisik.
"Rayu Naomi, lamar sana..."
Aduh. Aku langsung menatap Ayah. Seperti di kasih intruksi si bunda langsung bilang gini..
"Kai sana ajak Naomi ngomong dari hati ke hati. Kita para orang tua mau diskusi nih."
Tuh kan si bunda. Yang langsung semuanya mendukung. Aku langsung menatap Naomi. Dia udah mengerucutkan bibirnya.
"Dek.."
"Naomi ajak ke taman belakang sana."
Itu maminya Naomi yang bilang. Dan akhirnya beranjak juga dedeknya. Ah tante memang tahu kalau aku agak gugup ini.
***** "Kenapa gak datang ke toko?"
"Hah?"
Aku langsung menatap adeknya yang saat ini sudah duduk di kursi rotan yang ada di teras belakang. Dia benar-benar imut saat ini.
"Ngasih tahu gitu kalau mau ngelamar. Tapi kamu aja belum..."
Dia menghentikan ucapannya lalu pipinya benar-benar memerah. Dia mengalihkan tatapannya.
"Belum ngelamar adek ya?"
Naomi langsung melotot ke arahku saat aku mengatakan itu.
"Bukan itu. Lagian aku gak mau nikah sama kamu."
Tuh kan mulai lagi. Aku berdehem dan kini menegakkan tubuh.
"Kenapa gak mau? Aku sudah mapan, sudah dewasa juga. Usia 27 tahun itu bukan lagi anak-anak. Dan langsung bisa buat adeknya adek.."
Ups aduh keceplosan. Naomi langsung mengulurkan tangan untuk mencubit tanganku.
"Jangan mesum ya om. Aku nerima lamaran karena gak enak sama tante dan om. Lagian mami papi jadi kelihatan sedih kalau aku nolak. Tapi aku masih belum mau sama kamu. Aduh. Aku udah bisa jalan lancar dan ngomong lancar kamu baru aja nangis karena lahir di dunia. Gimana bisa aku jadi istri seorang yang lebih muda?"
Kan bawa-bawa umur lagi. Gimana coba ngeyakinin mbak-mbak imut ini?
"Beda dua tahun aja kali adeknya.." Jawabku lugas yang membuat Naomi kini menggelengkan kepala.
"Dua tahun juga tetep beda. Coba bayangin kamu masih sekolah di sma aku udah kuliah. Hiiii."
Dia memeluk dirinya sendiri kayak menggigil gitu.
"Terus adeknya maunya aku gimana?"
Aku kini menatapnya serius. Yang membuat Naomi kini mengerucutkan bibirnya lagi. Kok gemesin yah?
"Maunya kita gak nikah."
"Ya gak bisa. Lamaran udah terjadi. Aku malah pinginnya langsung sah gitu."
Nah kan salah omong lagi aku. Dia udah menatapku galak lagi.
"Kenapa kamu ngebet banget ama Aku?"
Nah pertanyaan yang menjebak ini. Aku mengernyitkan kening. Lalu aku menyeringai lebar.
"Habisnya adeknya gemesin. Imut. Aku jadi pingin ngelindungin adek terus. Pingin jagain adek terus. Seumur hidupku."
Bersambung
Dedek Kai lagi bener and lempeng ini pikirannya... yuhuuuvotement dong ramein..