Cinta tidak menganut peribahasa diam itu emas.
🌙️🌙️🌙️
Forest menoleh kearah wanita yang sedang berjalan di sampingnya. Sejak sampai di parkiran sekolah, Lifera hanya diam seribu bahasa. Berbeda dengan Lifera yang cerewet saat tadi ia menjemputnya. Hal seperti inilah yang menimbulkan kecanggungan melanda mereka berdua.
Forest dengan cepat menghadang langkah Lifera, merentangkan kedua tangannya dan menatap Lifera heran.
"Lo kenapa? Masih gak enak badan? Makanya jangan jadi cewek kepala kerikil! Sok kuat." ujar Forest dengan terus menatap lurus Lifera. Bukannya menjawab pertanyaan Forest, Lifera malah memukul lengan Forest kuat.
"Apaan sih loh, sakit tahu!" ucap Forest sambil mengusap lengannya, korban pukulan maut Lifera. Lumayan sakit baginya.
"Ihhh.. Gue bukan gak enak badan, tapi gue kesel sama lo! Nyebelin!" kata Lifera dengan kesal.
"Hah? Seharusnya gue yang kesel sama lo, apaan coba berangkat sepagi ini. Kalau gue gak harus jemput lo, biasanya gue dateng jam delapan." protes Forest menanggapi perkataan Lifera. Kali ini Forest mendelik ke arah Lifera, membatin perempuan yang tidak tahu berterima kasih ini.
"Itu udah jadi konsekuensi lo yang setuju sama perjanjian. Dan alasan gue kesel sama lo adalah..."
"Adalah apa?"
Lifera berjinjit dan mulai mendekatkan mulutnya pada telinga Forest. "LO GAK BERHENTI BUAT BELI ES KRIM TADI!" teriak Lifera begitu kencang.
Telinga Forest berdengung hebat, ia segera mengusap-usap telinganya. Forest menatap tajam Lifera. Ia agak menunduk dan berteriak tepat di telinga Lifera, membalas perbuatan gadis menyebalkan ini. "GUE GAK BUDEK!"
"Isshh!!" decak Lifera geram.
"Maksud lo, es krim deket pertigaan gang komplek tadi?" tanya Forest malas, namun di balas anggukan semangat Lifera.
"Yah, itu salah lo! Kenapa tadi gak bilang sama gue?" lanjutnya bertanya.
"Hmm.. Ya seharusnya lo sebagai cowok peka dong! Lamban!"
"Woii! Buat apa gue peka sama hal kayak gitu! Gak penting!"
"Lalalalala.. Lalalalala.. Gue udah gak peduli, tugas lo hari ini cukup gak muncul di hadapan gue. Karena lo itu cuma buat masalah aja. Pulang sekolah gue naik angkot, lo gak perlu nganterin gue. Paham kan?"
"Terserah." ucap Forest lalu melenggang pergi begitu saja.
Lifera berjalan dengan melompat-lompat ceria. Senyum manis terlukis di wajahnya, memancarkan kebahagian. Langkah pertama yang dia ambil untuk menjalankan rencananya hari ini, cukup datang ke ruang kepala sekolah. Bocoran saja.
"Mari menuju awal penyelidikan." gumam Lifera di sertai senyum miring.Ia berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan gaya bak seorang detektif. "Jeng..jeng..jeng.." Lifera bersenandung lalu tertawa sendiri, mungkin bila ada orang melihat tingkahnya akan mengira dia sudah gila. Memang aneh.
"Berhenti." Lifera refleks berhenti mendadak karena terkejut.
Ia menoleh cepat ke empunya suara. Tertangkap satu objek oleh mata Lifera, cowok yang ia kira berperawakan seperti Forest. Tunggu, Forest? Ia menggeleng heran, mengapa harus cowok menyebalkan itu yang ia jadikan perbandingan. Astaga menguras waktu saja.
"Ngomong sama gue?" tanya Lifera pada lelaki di depannya ini.
Lelaki itu menegakkan tubuhnya yang semula bersender di dinding. Ia berjalan mendekati Lifera. Dan..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifera
Teen Fiction"Tawa yang menjadi penyamar luka." Lifera Amelya Dewitahari. Gadis cantik dengan sikap seperti wanita pada umumnya. Ia nampak sempurna banyak pria yang ingin memilikinya, hanya saja itu pujian belaka. Goresan luka oleh sang masa lalu, membuatnya eng...