☀Lifera-11 #Bersama Malam☀

33 7 11
                                    

Senyuman hanya bisa diberikan oleh sang waktu. Dia juga mengatur senyum menjadi benih cinta, yang masih kelabu dan tak menentu.

🌙🌙🌙

"Lo tahu gak, apa yang bikin gue bahagia banget malam ini?"

Lifera menoleh, ia menghentikan kegiatan makannya. Ucapan lelaki berjas putih di depannya ini, terdengar seperti nada menggoda. Dan sejak sebelum bertemu lelaki semacam itu, dirinya tahu bagaimana cara mengatasi kondisi ini dengan benar. Walau agak sedikit goyah untuk memilih luluh. "Gak tahu dan gak akan pernah mau tahu."

Mata Forest membuka lebar sempurna, tak menyangka atas jawaban gadis ini. "Kenapa bilang gitu? Gue mau gombal dikit ini."

Lifera menghela napas, ia lalu mengangguk dan mulai menyantap makanan nomor satu di hatinya. Tak ingin memperpanjang percakapan dengan pria gila ini.

"Gue bahagia banget lihat lo mau pakai gaun dari gue. Jadi, sebenarnya malam ini dan lebih tepatnya setelah makan. Gua akan bawa lo nemenin gua ke pesta salah satu partner bisnis gue. Mau kan? Gua anggap mau karena lo udah pakai gaun itu." jelas Forest tersenyum, membuat lubang terbentuk di pipinya.

Detik berikutnya, suara batuk berulang kali terdengar dari mulut Lifera. Forest langsung dengan cekatan memberikan segelas air putih untuk gadis itu.

"Gak! Palingan lo mau kenalin gua ke keluarga lo! Pokoknya gua mau pulang aja!" Lifera beranjak berdiri dengan raut wajah mulai memerah.

Forest sontak kalang kabut, dirinya padahal sudah berjanji akan membawa Lifera ke acara itu pada bundanya. Ia ikut berdiri dan mengejar Lifera.

"Tolong mau. Gua udah terlanjur janji sama bunda, untuk bawa pacar gua ke pesta itu." cegah Forest disertai jurus memohon andalannya kepada kaum hawa.

Lifera menatap Forest dengan mulut tertekuk kesal. Dia melipat kedua tangannya di depan dada. Mencegah degup jantung yang mulai tak membentuk nada teratur. "Ini buat bunda lo! Bukan anaknya bunda lo!"

Forest terkekeh keras, hampir ingin terbahak. "Thanks calon pacar paling best!"

"Dasar bucin!" teriak Lifera lalu berlari cepat mendekat ke arah motor Forest.

Sedangkan lelaki itu tersenyum miring. Mengangguk angguk tak jelas, dengan tangan berkacak pinggang. "Dasar hati kerikil."

🌙🌙🌙

Kedua remaja itu sampai di depan sebuah gedung besar bernuansa putih, serta dekorasi yang mewah. Semua orang yang ingin masuk ke sana sepertinya harus menunjukkan undangannya. Lihat saja, Forest juga merogoh saku jasnya. Mengeluarkan secarik kertas putih seperti undangan istimewa kepada penjaga.

"Mari masuk putri cantik." Forest menggandeng tangan Lifera.

Lifera melotot, berani sekali pria ini mencuri kesempatan. Ia segera menghentakkan tangannya untuk melepas cekalan pria itu. "Gak perlu gandeng segala!"

"Kan biar gak hilang, tenang aja. Tangan gue udah perawatan tadi, gak mungkin nularin virus ganteng kan?" Untuk kedua kalinya, Forest tersenyum hingga membentuk lesung pipi.

"Stop! Lo serius bawa gue ke pesta ginian, lihat nih sepatu gue. Nanti malu bukan urusan gue, salah siapa gak bilang mau ngajak ke acara formal ginian. Udah antarin gue pulang aja, gue malu!" protes Lifera agak berbisik setelah melihat keadaan di dalam gedung dirinya berpijak, ia berusaha menarik tangan Forest untuk kembali keluar.

LiferaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang