☀ Lifera-7 #Kota Tua☀

205 34 42
                                    

Cinta itu tak terikat aturan. Bebas merasa dan mengungkapkan. Lewat kata maupun perhatian.

🌙🌙🌙

Lifera mengerjapkan matanya perlahan, sinar lampu tidur tertangkap retina matanya. Ia menggeliatkan tubuhnya, rasanya masih ingin kembali ke dunia mimpi. Begitu nyaman, tentram, dan diam. Tak ricuh seperti air yang kini tengah bertugas, membasahi keringnya bumi.

Piiinngg...

Suara notifikasi dari akun WhatsApp nya berbunyi nyaring, ia mendengus. Lifera melihat jam yang ada di dinding, jarum masih menunjukkan jam 3 pagi. Rasa heran sekaligus kesal kepada orang yang mengirimkan pesan ini, menghampiri pikirannya.

"Gak tahu waktu nih orang, apa jamnya gresek paling ya?" gumamnya seraya membuka pesan itu.

Melihat nama kontak yang terpampang di ruang chat ponselnya, mata Lifera langsung membulat. Rasanya dia tak pernah menyimpan nomor itu, dan bahkan tak menamainya dengan nama yang ia anggap menjijikkan.

>Kak Forest Ganteng [03.00]

Nanti jam 8 gue jemput lo. Dandan yang cantik, tapi jangan terlalu cantik. Nanti ada yang naksir, dan itu gak boleh terjadi. Gue gak terima penolakan, harus mau! See you my swety!

Wajah Lifera berubah seperti ingin muntah, bisa-bisanya lelaki menyebalkan itu mengajaknya jalan. Ia langsung mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Forest.

>Me [03.02]

Gue gak mau! Daripada jalan sama lo, mending gue tidur. Buang waktu!

>Kak Forest Ganteng [03.02]

Terserah mau ngomong apa, tapi gue akan tetap ngajak lo jalan. Balasan ketidaksetujuan di tolak, harus ikut. Tanda seru gak pake koma!

>Me [03.05]

Tetep gak mau, lo dateng gue bakal kunci pintu! Lagian hujan tahu!

>Kak Forest Ganteng [03.06]

Hujan pasti punya pawangnya. Kalau lo pasti punya gue. Sama saling mempunyai, maka akan terjadi simbiosis mutualisme. Hujan akan mendukung hubungan kita. Jadi tenang, dia akan berhenti jam 8 nanti💖

Lifera diam, tak berniat membalas pesan itu. Tangannya beralih menyentuh dada, tepat di mana jantungnya berada. Detak yang berirama cepat dan tak biasa ia rasakan menggebu. Pipinya terasa aneh, hangat dan berkedut. Memaksakan sebuah lengkungan lebar di bibirnya, dan Lifera tak mampu menahan itu.

"Sial! Gue kenapa lagi nih?!" seru Lifera sambil menepuk-nepuk pipinya.

Daripada seperti orang tidak waras, yang berbicara sendiri. Lifera merebahkan tubuhnya, dan kembali memejamkan mata. Walau matanya sudah tak ingin menutup, karena suatu alasan yang membingungkan.

🌙🌙🌙

Lifera duduk di kursi dengan meja yang menyajikan roti sandwich dengan parutan keju di atasnya, serta tak lupa segelas susu. Ia lalu menatap kursi di sampingnya, sudah lima hari ini kosong. Lifera menghela napas, ia menjadi rindu dengan sosok itu.

LiferaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang