Semua hal pasti punya alasan, termasuk sebuah senyuman maupun tangisan.
🌙🌙🌙
"Sebelas Happy Three Day."
Brak.
Lifera menggebrak meja geram, dan memang sudah harfiahnya mata seseorang akan tertuju pada suara itu. Sera melotot ke arah Lifera, ia menggeleng membalas semua tatapan yang dilayangkan oleh penduduk kantin.
"Gila lo, Lif. Emang urat malu lo udah putus beneran," timpal Sera dengan nada masih sedikit gemas.
"Lagian gue kesel sama lo, Asera. Gue tanya buat lo jawab, bukan untuk lo jelasin. Jawab aja kenapa, gak usah muter-muter kayak bianglala," sergah Lifera langsung membuat Sera terkekeh dan mengangguk berikutnya.
Sera beranjak berdiri, untuk berulang kali Lifera berdecak benar-benar merasa geram. Apalagi yang akan dilakukan sahabatnya ini? Ia bertanya untuk mendapatkan jawaban, tapi ini malah Sera berdiri dan menarik tangannya.
"Kak Gafa! Aku minta penjelasan!" teriak Sera seraya lebih mendekat ke sosok Gafa yang duduk di sudut kantin paling pojok, tentu cowok itu bersama dengan belahan jiwanya.
Setelah Lifera dan Sera berada di depan kedua cowok itu, mereka langsung tak segan duduk. Tentu teriakan Sera masih berefek untuk seorang Aldano Padjajaran. Hati cowok itu seketika nyeri seperti sakit sendi, atau semacam goresan pisau yang baru terkena ujungnya. Ya hanya nyeri sakit-sakit.
"Ehh, Dek Sera dan Dek Lifera yang cantik-cantik. Maksudnya penjelasan apaan nih? Kakak ganteng ini kan jadi bingung," cerca Gafa sengaja dengan menatap Dano.
Sera terkekeh, sedangkan Lifera refleks mimik wajahnya seakan seperti ingin muntah. Ternyata memang benar buah tak jatuh, jauh dari buah pohon lain yang sejenisnya. Lifera dibuat geli sendiri saat membayangkan tingkah laku kedua cowok di depannya ini, ketika sedang bersama Forest.
Apa mereka juga akan berkata dengan pilihan kata yang terdengar manja dan menjijikkan? Mungkin iya, karena sudah dapat diterka bahasa yang dipilih pria-pria ini. Sedikit melenceng dengan hakikat seorang pria itu tegas.
"Penjelasan soal SHTD tahun lalu, waktu zamannya Kak Gafa. Ceritain dong Kak, ini si Lifera masih belum nyantol. Maksud dari SHTD." Sera menunjuk Lifera tatapan jengah.
Dano terbatuk keras, ia menggeser tubuh Gafa ke belakang untuk menempatkan dirinya mendekati Sera. "Gua aja yang cerita."
Gafa mendengus lalu menggeplak punggung Dano lumayan kuat, cowok itu refleks meringis. Gafa menepuk-nepuk jam di pergelangan tangannya, memberikan kode untuk memberitahukan Dano. Dan detik berikutnya cowok itu langsung menepuk dahinya, seolah baru teringat akan sesuatu.
"Maaf ya dedek-dedek cantik nan comel. Kami selaku senior ganteng kalian, meminta maaf. Karena kita gak bisa cerita sekarang. Ada urusan setelah dari kantin, biasa cowok pekerja," cerocos Gafa langsung menarik Dano bangkit.
"Cowok pekerja? Emangnya kalian kerja? Kerja apaan lo Kak?" tanya Lifera ikut penasaran, tak mengerti maksud ucapan Gafa dengan jelas.
"Kerja jadi penyelaras bucin!" jawab Gafa dan Dano bersamaan, lalu berlari menjauhi kedua adik kelasnya itu.
"Dasar kakak kelas gaje!" ujar Sera dan Lifera kompak, memang sahabat itu bisa satu pikiran.
🌙🌙🌙
Lifera turun dari angkot lalu menjulurkan tangannya memberikan, uang untuk sopir kendaraan umum itu. Lifera lalu berjalan menyusuri jalan yang sepi, tak butuh waktu lama untuk sampai di komplek Lestari. Komplek perumahannya.
Mata Lifera refleks langsung menyipit, setelah melihat ke arah salah satu rumah dengan bercat putih minimalis modern. Didepan rumah itu terdapat sebuah motor yang sangat Lifera kenal, ya itu motor Forest. Jadi benar dirinya dan Forest bertetangga. Dan sedekat ini kah rumah mereka, hanya terhalang satu rumah kosong di antaranya. Bodohnya Lifera baru tahu akan ini.
"Seriusan itu rumahnya tuh cowok, yang bener aja sedeket ini. Cuman beberapa langkah dari rumah, pantes main masuk ke rumah orang sembarangan. Ketahuan lo hutan tempat berteduh hidup lo," celutuk Lifera sambil menunjuk rumah itu dengan jari telunjuknya.
"Besok aja dah gue main, pas lo udah pulang. Gak lucu gue ke rumah terus gak ada penghuninya," lanjut Lifera kemudian memutuskan kembali melangkahkan kakinya menuju rumahnya.
Sesampainya Lifera di pekarangan rumah ke sayangannya, ia dikejutkan dengan sebuket bunga di depan teras sana. Dari gerbang saja bunga itu langsung menarik perhatian dengan warna merah menyala, pencuri perhatian orang. Harus diakui pemilik buket ini pandai memilih warna yang dapat memikat.
"Bunga mawar?" tanya Lifera bergumam sendiri setelah meraih buket bunga itu.
Ia mencari-cari sesuatu di buket itu, mengolak-alik bunga mawar tersebut. Berusaha mencari petunjuk siapa pengirim bunga ini. Lifera jujur tidak terlalu suka dengan warna merah, dan termasuk bunga mawar ini. Terlihat menakutkan seperti warna darah yang membuat bulu kuduknya berdiri.
"Nahkan, pasti ada," seru Lifera saat menemukan selembar kertas kecil berbentuk hati yang juga berwarna merah, jadi memang membuat kertas ini terlihat menyatu dengan bunga.
Gadis itu duduk di bangku teras sembari membaca kertas itu. Matanya membulat, ia lalu melempar bunga itu ke lantai dengan kaget.
To: My Ex
From: Your Ex
Hello my Ex,
Suka bunganya? Merah seperti hati aku sekarang, kamu rindu aku gak? Senyum kamu cantik, ingin banget kembali jadi alasan kamu tersenyum.
Lifera menoleh sekitar, memastikan apakah pengirim bunga ini masih ada di sekitar sini. Jantungnya berdebar kencang saat ini, astaga sosok itu kembali.
Seseorang yang tak pernah Lifera harapkan lagi keberadaannya. Dan ternyata berita bahwa orang itu masih ada di bumi ini, benar. Ekspektasi untuk hidup dengan tenang kini kian berubah.
"No my Ex! Kenapa lo balik? Gue udah hampir bahagia saat lo gak ada, dan gue udah bisa tersenyum. Saat bukan lagi lo alasan gue tersenyum. Pengkhianat!"
🌙🌙🌙
TBC..
Vote and comment aja, krisarnya selalu diterima dengan lapang dada depan dan belakang!!
Salam Penulis Amatir,
Fisela...
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifera
Teen Fiction"Tawa yang menjadi penyamar luka." Lifera Amelya Dewitahari. Gadis cantik dengan sikap seperti wanita pada umumnya. Ia nampak sempurna banyak pria yang ingin memilikinya, hanya saja itu pujian belaka. Goresan luka oleh sang masa lalu, membuatnya eng...