Tanpa teman, dunia akan terasa kurang aman. Tanpa cinta, dunia akan terasa kurang gempita.
🌙🌙🌙
Siang ini, tepat saat jam istirahat berdering beberapa menit lalu. Lifera dan Sera seperti rutinitas mereka biasanya. Pergi ke kantin untuk mencari sesuatu yang dapat mengisi lambung, entah minuman atau makanan.
"Terus kenapa bisa Kak Forest masuk rumah sakit?" Sera masih merasa penasaran dengan cerita Lifera pagi tadi.
Gadis itu tersenyum menggoda, Lifera mendengus melihat tingkah Sera ini. Ia tahu jika sahabatnya ini sedang berada pada tingkat penasaran yang tinggi, dan sangat bernafsu ingin mendapatkan jawaban.
"Gak usah mikir aneh-aneh. Gue sama Forest gak ada hubungan apapun, gue cewek sultan. Dia kemarin berantem, terus pas ketemu gue dia pingsan. Alhasil gue minta bantuan pacar lo buat bawa ke rumah sakit," jelas Lifera membuat Sera membulatkan bola matanya.
"Pacar? Siapa cowok yang pantas buat jadi pacar gue? Hah?" tanya Sera sembari menggoyangkan bahu Lifera kuat.
Lifera menepis sebal tangan Sera, ia melayangkan tatapan tajam. "Kak Dano, cowok absurd idaman lo."
"Kak Dano? Pacar gue? Gak mungkin yah, selera gue high," cerca Sera.
"Terus pas lo di toilet waktu itu, bilang beb sama Kak Dano tuh maksudnya apaan? Drakor?"
Sera terkekeh dengan menutupi mulutnya. "Iyak. Drakor buat nyindir lo berduaan sama Kak Forest, lagian pacaran di toilet. Gak good loh cuy."
"Pacaran kentut lo bau, Ser. Amit-amit jabang bayi gue pacaran sama cowok buaya angin," balas Lifera, setelah memasuki area kantin. Lifera dan Sera langsung mencari tempat duduk senyaman mungkin.
"Mbak Sabar, mau pesen mbak!" teriak Sera kencang, refleks mengundang beberapa pasang mata.
Lifera menggeleng sembari menutupi telinganya, rasanya sangat malu memiliki teman berisik seperti Sera. Tapi rugi juga jika tidak bisa berteman dengan gadis itu, dunia akan terasa hampa dan sunyi.
"Suara tolong dirawat," sindir Lifera memicingkan matanya ke arah Sera.
"Udah neng, tapi cuma ke Puskesmas. Jadi bocor lagi saringannya," timpal Sera seketika membuat Lifera terkekeh geli, memang selalu berhasil jika Sera melawak.
"Mie ayam sama teh jeruk?" tanya pelayan kantin yang biasa dipanggil Mbak Sabar itu.
"Enggak deh mbak, libur dulu. Perutku masa kemarin diterawang, lambungnya keriting. Kebanyakan makan mie mungkin mbak, pesen bakso aja," ujar Sera dibalas anggukan oleh Mbak Sabar setelah beliau tertawa.
"Lo Lif? Masih tetap mau mesen mie chicken?"
Lifera menggeleng, entah mengapa hari ini seleranya untuk menyantap makanan berkurang. Padahal tubuhnya terasa sehat dan enak, tidak ada gangguan. Mungkin hanya mood untuk memakan makanan favoritnya jelek.
"Empek-empek aja, bumbunya jangan yang pedes banget. Sedikit ya mbak," ucap Lifera, Mbak Sabar lalu kembali untuk memproses pesanan kedua gadis itu.
"Okeh, lanjut curhat no secret. Mulai dari perasaan lo sekarang sama Kak Forest, sumpah gue penasaran banget. Soalnya makin ke sini, lo jadi makin deket sama dia," seru Sera.
Perasaan Lifera untuk Forest Dewanolan? Lifera akan selalu menjawab tidak ada, karena nyatanya memang tiada apapun yang ia rasakan. Mungkin perasaan kesal, marah, dan jengkel. Bukan perasaan yang mengarah ke tingkat tinggi sana.
Walau lama kelamaan, Lifera akui dirinya agak merasa penasaran dengan kehidupan Forest. Sangat bergairah untuk ditelusuri lebih dalam, terlihat misteri. Hampir persis dengan kehidupannya.
"Biasa aja. Dia dekat karena emang rumah kita dekat, atau bahasa lainnya yaitu tetangga."
"Hah? Serius? Demi apa lo tetanggaan sama Kak Forest? Kenapa baru ngomong, dasar Oli Perah," celetuk Sera membuat telinga Lifera semakin geregetan sendiri.
"Bisa gak berisik? Namanya gue baru pindah dari Bandung, mana tahu gue bakal tetanggaan sama cowok hutan. Kemarin gue baru tahu, udahlah kenapa ngomongin cowok itu? Gak berfaedah."
Sera menepuk-nepuk mulutnya, ia sengaja begitu untuk memberi peringatan pada si mulut. Agar tidak mengeluarkan suara lagi, walaupun hatinya kini sangat ingin tahu tentang Lifera pindahan dari Bandung. Pasalnya memang gadis itu tidak pernah bercerita asal muasalnya.
Lifera terkekeh kecil bisa saja tingkah lucu Sera. Ia memutar kepala untuk memantau sekitar kantin, satu nama berkelebat di otaknya. Lifera baru ingat jika pria itu tidak masuk sekolah, astaga apa yang Lifera pikirkan saat ini? Mengapa ia memikirkan cowok itu? Lifera dengan lekas membuang pemikiran gila itu.
"Pengumuman untuk kelas sebelas yang ada di area kantin! Mohon segera melihat poster yang baru saja ditempelkan anggota OSIS! Keterangan selengkapnya sudah ada di poster, tolong dibaca baik-baik! Terima kasih."
Lifera dan Sera refleks mencari keberadaan poster, sesuai dengan suara salah satu anggota organisasi sekolah itu. Mereka beranjak berdiri bersamaan dan merapat ke poster itu. Membaca secara seksama tanpa terlewatkan satu kata apapun.
"Sebelas Happy Three Day? Acara apaan nih?"
Sera menarik Lifera kembali ke tempat duduk mereka semula. Ia memegangi pundak Lifera sambil melayangkan senyuman merekahnya. Sera mengangguk-angguk, terlihat jelas gadis itu kegirangan bukan main.
"Ini yang gue tungguin selama kelas sebelas. This is really happiness," ujar Sera masih dengan tersenyum.
Lifera masih belum paham apa yang dibicarakan oleh gadis dihadapannya ini. Hatinya sudah tenang tidak ada kehadiran si pengganggu itu, untuk beberapa waktu. Tapi mengapa Sera membuat rasa lega dihatinya, menjadi perlahan sirna dengan tingkah laku gadis itu?
"Maksudnya apaan? Gue masih belum paham," seru Lifera dengan logat kebingungan.
"Tiga hari tiga malam. Hari yang benar-benar bakal bikin semua kelas sebelas SMA Metranasional bahagia. Tunggu aja gimana Kak Aslan bakal bikin acara tahun ini, bakal lebih bagus dari tahun lalu."
"Hah? Apaan sih? Kak Aslan?" tanya Lifera memang belum paham sama sekali.
"Ketua OSIS tahun ini emang banyak ide, semoga aja SHTD angkatan kita bakal seru banget," jawab Sera semakin tidak jelas dan tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh Lifera.
Dan si penanya semakin dibuat bingung. "SHDT?"
Sera memutar bola matanya dan menghela nafas panjang. Semua pertanyaan Lifera semakin tidak mendukung kondisi hatinya. Sedang girang justru dibuat kesal, karena tingkat kepahaman rendah otak Lifera.
"Sebelas Happy Three Day."
🌙🌙🌙
Short Part:(
Dipersilahkan dengan damai untuk vote and comment! And thanks for your reading!
Salam Penulis Amatir,
Fisela..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifera
Roman pour Adolescents"Tawa yang menjadi penyamar luka." Lifera Amelya Dewitahari. Gadis cantik dengan sikap seperti wanita pada umumnya. Ia nampak sempurna banyak pria yang ingin memilikinya, hanya saja itu pujian belaka. Goresan luka oleh sang masa lalu, membuatnya eng...