9. The Beginning of the Start

541 33 3
                                    

Daegu.
April 03, 2010.

Keesokan paginya, Taehyung sarapan dengan kedua orangtuanya. Hal yang sangat jarang terjadi. Biasanya Taehyung sarapan hanya dengan Ayahnya dan Seokjin. Atau dengan Ibunya dan Seokjin. Atau hanya dia dan Seokjin. Dan bahkan terkadang dia sendirian.

"Eomma. Appa, aku akan ujian kelulusan hari ini sampai 4 hari kedepan. Aku ingin kita bisa selalu sarapan bersama seperti ini selama 4 hari itu agar kita bisa berdoa bersama untuk kelancaran Ujianku. Apa itu hal yang sangat sulit untuk diminta?" Taehyung memulai pembicaraan karna meja makan mereka terlalu hening.

"Akan kami usahakan ya TaeTae sayang." Ucap Hyemi lembut sambil mengusap surai emas Taehyung dengan penuh kasih sayang.

"Ne, kami akan mengusahakannya Taehyung-ah." Timpal Namjoon. "Itu bukan hal yang sulit untuk diminta. Tetapi sulit untuk dikabulkan. Kau tahu sendiri, Eomma dan Appa begitu sibuk. Akan lebih mudah jika kau meminta hal lain saja. Seperti uang misalnya." Hyemi yang terkejut segera meneloh dan melotot ke arah suaminya.

"Kalau begitu berikan aku uang 5 juta won." Taehyung menengadahkan tangannya  ke arah Namjoon sambil mempoutkan bibirnya.

"TaeTae sayang," Hyemi berkata lembut sambil menurunkan tangan Taehyung yang menengadah. "Yang Appamu maksud adalah, sesibuk apapun kami, kami akan selalu mengusahakan yang terbaik untukmu." Lalu Hyemi mengelus bahu Taehyung.

"Sebenarnya bukan itu yang Appa maksud." Namjoon terdiam ketika menerima Death Glare dari Hyemi. "Tapi ya sudahlah." Namjoon lalu mengangkat bahu. Taehyung memutar bola matanya.

"Apa kau sudah memberikan Seokjin gajinya?" Tanya Hyemi mengalihkan topik pembicaraan.

Taehyung menggeleng lesu. "Aku belum bertemu dengan Seokjin sejak kemarin."

"Lalu dimana uangnya?" Kali ini Namjoon yang bertanya. Ia sedikit curiga ada yang main disana.

Taehyung segera merogoh tasnya hingga ia menemukan sebuah amplop dan menyodorkannya pada Ayahnya. "Igo."

"Biar Appa saja yang memberikannya pada Seokjin." Namjoon menyarankan.

"Ide bagus." Ucap Taehyung cepat. Ia khawatir Seokjin tak mau menerima uang itu jika dia yang memberikannya. Ia tak ingin  Seokjin berfikir ia mempermainkannya.

"Aigoo... sudah saatnya pergi." Ucap Hyemi heboh sendiri setelah melirik arlojinya. "Aku berangkat duluan ya. Jaga dirimu baik-baik ya TaeTae." Lalu Hyemi mengecup dahi Taehyung. "Kau juga Yeobo." Lalu Hyemi mengecup bibir Namjoon. Taehyung berpura-pura tidak melihatnya. Tapi pipinya bersemu merah muda.

"Appa berangkat kerja jam berapa?" Taehyung bertanya setelah Ibunya menghilang dibalik pintu.

"Pukul 12. Wae?" Namjoon balik bertanya.

"Appa mau tidak, mengantar kami kesekolah?" Taehyung bertanya malu-malu. Seolah sedang bertanya pada orang yang baru ia temui saja. Wajar saja. Karna meskipun Orangtua Taehyung mempunyai mobil, ia jarang sekali diantar oleh mereka. Ia biasanya berjalan kesekolah dengan Seokjin. Terkadang dengan Jennie jika Ayahnya berangkat lebih awal.

Namjoon malah salah fokus pada kata "Kami?"

"Ne. Aku dan Seokie Hyung. Dan mungkin Jennie."

Namjoon mengangguk mahfum. Lalu sebuah ketukan terdengar diikuti oleh suara yang membuat Taehyung tersenyum lebar. Suara dari orang yang telah Taehyung tunggu kehadirannya sejak kemarin.

"Silyehamnida...!!!" Tentu saja itu seokjin.

"Kajja?" Ajak Namjoon bangkit lalu beranjak ke pintu depan. Taehyung mengikuti setelah menyampirkan tasnya.

Love Maze | TAENIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang