10. Brother

489 41 0
                                    

Daegu.
April 06, 2010.

"Hyung." Panggil Taehyung. Seokjin menoleh. "Bagaimana lukamu?"

"Gwaenchana." Jawab Seokjin. Luka memar di bibir, punggung, kaki dan tangan Seokjin memang sudah mulai memudar. Tidak separah 3 hari yang lalu. Saat Seokjin pertama kali mendapatkan luka memar itu.

Darimana Seokjin mendapat luka memar itu? Dari berandalankah? Dari copetkah? Pembully? Tukang palak? Anak SMA? Atau anak Kuliahan? Atau yang lebih parah, dari Bibinya sendiri?

FLASHBACK

Daegu.
April 03, 2010.

Sepulang Sekolah Taehyung, Seokjin, Jennie dan Namjoon pergi ke Mall. Awalnya hanya untuk sebentar saja karna waktunya mepet. Namjoon harus berangkat bekerja pukul 12. Tapi rupanya Shopping tak bisa dilakukan hanya dalam waktu 1 jam. Jadi Namjoon terpaksa izin. Lagipula tak ada hal yang mendesak.

Mereka berbelanja di Lotte Young Plaza, dengan uang masing-masing tentu saja. meskipun awalnya Seokjin ingin mentraktir mereka. Kali ini Taehyung menolak dengan benar.

"Kalau Hyung terus-menerus mentraktir kami, Nanti tak ada yang tersisa untuk Hyung."

"Ne, Oppa. Oppa simpan saja uang Oppa. Traktir kami saat kami tak punya uang." Jennie menimpali lalu nyengir diakhir kalimat.

Seokjin mengangkat bahunya acuh. "Geuraeyo."

Setelah berbelanja, mereka semua pulang dengan Seokjin yang memiliki kantung belanja paling banyak. Dia membeli beberapa makanan untuk makan malam dirumahnya. Beberapa setel pakaian untuknya dan Bibinya. Sebuah ponsel untuknya dan bibinya. Karna ponsel bibinya sudah retak dan itu model yang sudah begitu lama. Sekitar 10 tahun yang lalukah? Entahlah Seokjin tak terlalu yakin.

Namjoon mengantar Seokjin sampai Blok rumahnya. Seokjin sendiri yang memintanya. Ia tak ingin Bibinya berfikir yang macam-macam. Seokjin melangkah kerumahnya dengan senyum yang lebar. Biasanya ia akan berjalan sambil menunduk dan tampak murung.

"Kemarin Imo dipecat." Seokjin mulai bergumam. "Aku tak bisa menghiburnya kemarin karna ia mabuk. Aku juga tidak pergi kerumah TaeTae meskipun aku sudah berjanji. Aku sedikit heran kenapa ia tidak menanyakannya." Seokjin diam sejenak ketika ia sudah didepan rumahnya. Ia membuka pintu perlahan dan berkata "Aku Pulang."

Pemandangan yang dilihat Seokjin adalah, Bibinya yang masih tampak kacau. Dan yang lebih parah lagi, bibi Seokjin sedang mabuk. Ia tak suka melihat Seokjin membawa banyak barang itu. Tanpa bertanya ia merampasnya lalu melepar barang-barang itu ke tungku perapian.

"SUDAH KUBILANGKAN, JANGAN PERNAH TERIMA PEMBERIAN DARI SIAPAPUN!" Bentak Hyuna sambil menampar Seokjin. "KAU SENANG MEREKA MENGANGGAPKU RENDAH HAH? kAU SENANG MEREKA MEMBICARAKANKU EUM? DASAR ANAK KURANG AJAR!" Sebuah tendangan mendarat diperut Seokjin. Membuatnya tersungkur.

Seokjin menangis kala rasa sakit mulai merambat keperutnya dan pipinya yang terasa panas. "Tapi...Tapi ini bukan pemberian orang hikss... A.. aku membelinya dengan uangku sendiri..hikss"

"DASAR PEMBOHONG!" Hyuna mendaratkan sebuah pukulan kebibir Seokjin. Darah segera mengalir dari bibir Plum Seokjin. "KAU SUDAH BERANI BERBOHONG RUPANYA." Lagi-lagi sebuah pukulan mendarat. Kali ini dirahang Seokjin.

"Arrrrgghhh..." Jerit Seokjin. "Aku tidak bohong Imoo....arrrgghh" Seokjin kembali menjerit kala Hyuna menjambak rambutnya dan membuatnya mendongak.

"KALAU BEGITU SERAHKAN PADAKU SISA UANGNYA!"

Seokjin segera mengambil sisa uang dalam kantungnya. Ia memberikan semuanya pada Hyuna. Ia tak menyembunyikan sepeserpun.

"700 dollar?" Mata Hyuna melotot tak percaya. "Sebenarnya kau bekerja dimana?" Hyuna sudah melepaskan cengkramannya pada rambut Seokjin. Dengan kasar tentunya.

Love Maze | TAENIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang