Jalanan macet di kota itu, air hujan merembas hingga ke aspal, bercak lumpur tercecer ke mana-mana, dengan para besi baja yang tak mau berhenti.
Malam itu bising dengan deru mobil yang berjalan, sautan antar klakson tak mereda semenjak sore, sedangkan hujan tak kunjung diam untuk merintik.
Sekarang, siapa peduli?
Siapa yang akan mengalah untuk memberi kepada yang lain?
Siapa pula yang mau diam dan hanya memperhatikan?
Saat malam itu, hanya meratapi rahasia suatu keegoisan: pulang.Jumat, 14September 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASIK 2 ✓
PoetryBagaimana wanita dapat sembunyi hebat? Akh-itu bagai cerutu yang terlontar. Mereka hanya pemalu, 'tuk pamer kesedihan. © copyright 2018 R I N I S R I N A