Aku tidak pernah tahu betapa konyolnya diri ini.
Bertanya pada bintang, meminta permohonan.
Hal yang selalu kulakukan; mengeluh padanya,
dan memohon sesuatu yang membahagiakan."Kau siap pada kemungkinan yang akan terjadi?"
Bintang-bintang itu mengerling, tampak mengejek dari atas,
Menampakan bagaimana rendahnya aku sebagai makhluk bumi.
Tapi tak masalah, aku memang rendah, dan setidaknya merendah.Ah, aku memang begini. Sangat begitu,
lalu baru tahu rasa saat dihina dan diinjak-injak layaknya wanita penghibur.
Tapi aku bukan, aku tidak melakukan itu yang sangat rendah.
Aku juga mabuk, tapi dalam rasa yang amat terkendali.Aku mabuk pada perasaanku sendiri,
dan syukurnya aku bisa mengontrol diri.Jadi apa? Aku meminta apa?
Aku kosong. Hanya sekarang mengeluh tak tahu malu.
Ya, aku melewatkan kesempatan 'meminta satu doa pada bintang.'Salah satu paling merendah, hingga manusia menyangka aku itu tidak bisa
apa-apa. ya, itu adalah aku. tampak sekali tidak punya akal.Aku mengeluh dan terus melakukannya.
Apa aku termasuk manusia penghuni barzah?
Apa para dewa-dewi surga tahu aku sedang terhina?
Apa Tuhan tahu aku sedang mengeluh padanya?Aku seperti pesakit!
Berbicara sendiri, tak jelas.
Bangun, Wanita Pemalas.
Kau berada di lucid dream paling
mengenaskan. Yang bahkan
Kau bingung pada apa yang
kaubicarakan!Kamis, 20 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
KLASIK 2 ✓
PoetryBagaimana wanita dapat sembunyi hebat? Akh-itu bagai cerutu yang terlontar. Mereka hanya pemalu, 'tuk pamer kesedihan. © copyright 2018 R I N I S R I N A