58|| Bangsa Cicit yang Rindu

80 7 0
                                    

Tahun-tahun berganti.
Seluruh organ berevolusi.
Semuanya menua begitu jua bumi.
Dan koloni kami terakhir di sini.

Berbeda adalah bukan spesisfik.
Di sini lebih dikatakan hancur telak.
Kami dan para sampah tak terhelak.
Semuanya seperti air di riak-riak.

Abad berganti dengan nenek moyang.
Kami adalah cicit yang tersayang.
Dengan penuh cinta, tinggalah jejak berkubang.
Ini kami bersama sampah yang menggunung.

Tidak ada kata yang sempat terucap.
Kami menangis melihat bumi terkesiap.
Yang begitu segar dan kini senyap.
Sekarang bagaikan hilang ditelan rayap.

Manakah tempat indah yang dijanjikan?
Perubahan angkasa yang dikata modern.
Janji-janji itu hanyalah tipuan.
Kemuslihatan yang dipenuhi ketamakan.

Bagaimana bangsa cicit ini hidup, Eyang?
Zamanmu merusak segala harapan.
Semuanya lebur dan menghilang.
Kau pikir kami hidup dalam sampah yang bergelimang?





Senin, 1 Juli 2019

KLASIK 2 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang